Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah AI

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Banyumas Raya: Pilihan Ideal untuk Slow Living dan Pensiun?

12 Desember 2024   10:59 Diperbarui: 12 Desember 2024   10:59 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak Kebumen yang tengah merantau di Jogja, saya sering terlintas dipikiran, kalau sudah tua nanti, mau tinggal di mana ya? Apakah saya akan pulang ke kampung halaman, atau malah menetap di kota besar dengan segala hiruk-pikuknya? Tapi setelah merenung (dan scrolling media sosial yang mempromosikan konsep slow living), tiba-tiba muncul pencerahan, Banyumas Raya. Ya, daerah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, dan Cilacap ini ternyata punya potensi besar untuk menjadi tempat ideal bagi slow living sekaligus pensiun.

Namun, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan slow living? Singkatnya, ini adalah gaya hidup yang fokus pada ketenangan, kesederhanaan, dan harmoni dengan lingkungan. Cocok untuk mereka yang ingin kabur dari ritme kehidupan di kota besar yang bikin stres. Tapi, apakah Banyumas Raya memenuhi kriteria sebagai daerah ideal untuk slow living dan pensiun? Berikut ulasan dengan menggunakan data yang berbasis penilaian objektif dan, tentu saja, sedikit sentuhan perspektif saya sebagai warga asli Kebumen.

Kriteria Kota Ideal untuk Slow Living

Untuk menentukan daerah yang cocok bagi slow living, beberapa kategori dan subkategori penilaian yang berbobot digunakan. Mulai dari ekonomi, infrastruktur, lingkungan, kesehatan, sosial, hingga keamanan. Berikut adalah beberapa poin menarik dari Banyumas Raya berdasarkan kriteria tersebut:

1. Ekonomi

Banyumas Raya, meskipun belum termasuk kawasan dengan ekonomi paling maju, memiliki daya tarik tersendiri. Harga properti di daerah ini relatif murah, dengan rata-rata sekitar Rp3 juta hingga Rp6 juta per meter persegi. Jadi, kalau mau beli rumah untuk pensiun, nggak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Ditambah lagi, konsumsi rata-rata masyarakat di Banyumas Raya tergolong cukup baik. Artinya, standar hidup di sini sudah memadai tanpa harus makan mi instan tiap hari. Jadi, kalau Anda punya tabungan pensiun, hidup santai di sini sangat mungkin tanpa takut kantong bolong. Tapi, tentu saja ada PR besar, terutama untuk Kebumen, yang hingga kini masih menyandang predikat kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Meski begitu, sektor wisata di Kebumen sedang menggeliat, mulai dari Goa Jatijajar, Geopark Kebumen yang sudah resmi diakui UNESCO, hingga Pantai Menganti dengan daya tarik keindahannya serta pasir putihnya yang tak kalah dengan pantai-pantai di Pulau Bali. Kalau potensi ini digarap serius, bukan tidak mungkin ekonomi daerah akan terangkat.

2. Kesehatan

Rasio dokter di Banyumas Raya masih perlu ditingkatkan, tapi secara infrastruktur kesehatan, Banyumas dan Purbalingga bisa jadi contoh. Rasio dokter per penduduk memang masih perlu ditingkatkan. Jangan kaget kalau nanti antrean dokter agak panjang, apalagi di fasilitas kesehatan daerah. Tapi hei, kalau gaya hidup Anda slow living, nunggu antrean dokter sambil baca buku atau main catur kan masih oke-oke aja, kan? Namun disisi lain dari Banyumas, sudah punya beberapa rumah sakit besar yang cukup representatif, seperti RSUD Margono Soekarjo, yang terkenal juga menjadi rujukan di Jawa Tengah bagian selatan. Namun, untuk Kebumen, masih ada tantangan terkait akses layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil. Angka harapan hidup di kawasan ini cukup baik, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas kesehatan.

3. Lingkungan

Nah, ini salah satu poin unggulan Banyumas Raya. Proporsi ruang terbuka hijau di kawasan ini tergolong tinggi, terutama di Banjarnegara dan Purbalingga yang masih banyak dihiasi perbukitan hijau. Banyumas juga patut diacungi jempol dalam hal pengelolaan sampah. Program bank sampah yang berjalan di beberapa desa berhasil mengurangi tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir. Sebagai perbandingan, Kebumen masih tertatih-tatih dalam hal ini. Namun, potensi ruang hijau di Kebumen, dengan pantai-pantai dan hutan pinusnya, menjanjikan pengalaman slow living yang menenangkan. Dengan proporsi ruang terbuka hijau yang cukup besar, kawasan ini cocok untuk Anda yang ingin hidup tenang. Di Banjarnegara, misalnya, ada Dieng yang terkenal dengan udara sejuknya dan pemandangan alamnya yang bikin hati adem. Selain itu, kualitas udara di kawasan ini cukup baik, jauh dari level "beracun" seperti di Jakarta. Banyumas Raya dapat dikatakan sudah masuk kedalam kategori pengelolaan sampah yang cukup baik, meskipun masih ada ruang untuk perbaikan. Dan buat Anda yang nggak tahan panas, kabar baiknya, Banyumas Raya punya jumlah jam dengan suhu nyaman per tahun yang cukup tinggi. Jadi, hidup di sini nggak akan bikin Anda merasa seperti tinggal di oven.

4. Keamanan

Soal keamanan, Banyumas Raya tergolong cukup aman. Tingkat kriminalitasnya relatif rendah dibanding kota besar. Untuk urusan keamanan, Banyumas Raya tergolong aman dari kriminalitas besar. Meski begitu, tentu tetap perlu waspada dengan kejahatan kecil seperti pencurian ayam tetangga (klasik banget). Indeks risiko bencana alam di kawasan ini juga relatif rendah, kecuali di beberapa area rawan banjir di Cilacap. Meski begitu, beberapa wilayah di Cilacap, sebagai kawasan industri juga punya tantangan tersendiri dalam hal ini. Tapi hei, siapa yang nggak mau tinggal di daerah yang tenang dan jauh dari drama kriminal?

5. Infrastruktur

Banyumas Raya punya infrastruktur yang cukup lengkap untuk mendukung mobilitas. Banyumas sendiri memiliki Stasiun Purwokerto yang menjadi pusat transportasi kereta api di Jawa Tengah bagian selatan. Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga juga menambah aksesibilitas daerah ini. Tapi, untuk Kebumen, infrastruktur seperti terminal bus dan stasiun kereta api masih perlu ditingkatkan agar lebih layak mendukung kebutuhan masyarakat, namun setidaknya stasiun-stasiun tersebut sudah cukup baik dalam mendukung aksesbilitas dan mobilitas, salah satunya adalah Stasiun Gombong yang sudah cukup baik sejauh ini dalam fungsinya mendukung aksesbilitas dan mobilitas masyarakat.

6. Sosial

Indeks toleransi di Banyumas Raya cukup tinggi. Masyarakatnya dikenal ramah dan guyub. Di Kebumen, misalnya, kerukunan antarumat beragama menjadi salah satu nilai yang terus dijaga. Ini penting, terutama bagi mereka yang ingin hidup tenang tanpa konflik sosial. Masyarakatnya terkenal ramah dan terbuka terhadap pendatang. Bahkan, kalau Anda mau belajar dialek ngapak, mereka dengan senang hati akan mengajarkan. "Ora popo, sing penting bahagia," begitu prinsip hidup orang Banyumas Raya.

Layakkah Banyumas Raya untuk Slow Living?

Jawabannya, layak, tapi ada catatan. Banyumas Raya punya keunggulan dalam hal lingkungan, keamanan, dan biaya hidup yang terjangkau. Namun, tantangan seperti akses kesehatan, infrastruktur, dan kesenjangan ekonomi di beberapa wilayah masih perlu mendapat perhatian serius. Sebagai anak Kebumen, saya optimis bahwa daerah ini bisa terus berkembang. Apalagi, sektor pariwisata yang menjadi andalan bisa menjadi kunci untuk mendorong perekonomian sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Bayangkan saja, pagi-pagi bangun di rumah, menikmati udara segar lingkungan sekitar yang masih asri, lalu jalan-jalan ke Pantai Menganti atau menikmati curug-curug yang ada di Banyumas atau Banjarnegara. Hidup tenang tanpa kemacetan, siapa yang nggak mau?

Pesan untuk Banyumas Raya

Untuk benar-benar menjadi kawasan slow living yang ideal, Banyumas Raya perlu fokus pada beberapa hal,

Peningkatan Infrastruktur: Terutama di wilayah seperti Kebumen dan Banjarnegara.

Pengelolaan Lingkungan: Jadikan Banyumas sebagai panutan dalam hal ini.

Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Kembangkan sektor pariwisata dan UMKM agar masyarakat bisa lebih sejahtera.

Akhirnya, sebagai warga Kebumen, saya hanya bisa berharap daerah ini terus berbenah. Karena pada akhirnya, hidup slow living itu bukan cuma soal tempat tinggal, tapi bagaimana kita merasa damai dengan apa yang kita miliki. Dan Banyumas Raya, dengan segala potensinya, sangat mungkin bisa menjadi jawaban untuk itu. Jadi, kapan Anda mau pindah ke Banyumas Raya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun