Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030042 UIN Sunan Kalijaga

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Trotoar di Yogyakarta: Perubahan Fungsi yang Mengkhawatirkan

29 September 2024   07:30 Diperbarui: 29 September 2024   07:35 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Yogyakarta sering dianggap sebagai kota yang ramah terhadap wisatawan, tetapi apakah keramahan itu juga dirasakan oleh pejalan kaki? Jika kita cermati kondisi trotoar di beberapa area penting seperti Jalan Mangkubumi, Jalan Malioboro, dan Jalan Senopati, jawabannya mungkin tidak. Salah satu masalah besar yang muncul adalah alih wahana trotoar, di mana trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki kini sering kali digunakan untuk hal lain seperti parkir kendaraan dan berdagang.

Kondisi Fisik Trotoar: Apakah Masih Layak untuk Pejalan Kaki?

Saat mengamati trotoar di berbagai titik, seperti Jalan Suroto (Kotabaru) dan Jalan Cik Di Tiro, terlihat bahwa trotoar di Yogyakarta sering kali dipenuhi dengan halangan fisik. Keberadaan tiang listrik, tiang lampu, dan penutup saluran air membuat pejalan kaki sulit memanfaatkan fasilitas ini secara maksimal. Bagaimana bisa pejalan kaki merasa nyaman, jika langkah mereka terus dihadang oleh berbagai penghalang?

Masalah ini diperburuk dengan pemasangan guiding block yang tampaknya tidak dipikirkan matang-matang. Di beberapa titik, seperti di Jalan Malioboro, guiding block justru diarahkan ke tiang listrik atau berhenti tiba-tiba tanpa petunjuk jelas. Alih-alih membantu penyandang disabilitas, jalur ini malah menambah tantangan baru.

Trotoar Jadi Tempat Parkir dan Berjualan: Pejalan Kaki Terpinggirkan

Selain penghalang fisik, banyak trotoar di Yogyakarta yang kini beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan bermotor atau area pedagang. Misalnya, di sekitar Pasar Beringharjo, trotoar sering kali dipenuhi oleh lapak pedagang dan parkir kendaraan. Akibatnya, pejalan kaki harus berbagi ruang dengan aktivitas lain, mengurangi kenyamanan dan keamanan saat berjalan kaki.

Kualitas dan Fungsi: Hanya Sedikit yang Layak

Yogyakarta, kota yang sudah dikenal oleh banyak orang dapat dikatakan hanya memiliki satu trotoar yang benar-benar layak untuk pejalan kaki, yaitu trotoar di sisi timur Malioboro. Trotoar ini cukup lebar dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti kursi, sehingga pejalan kaki merasa lebih nyaman. Namun, di titik lainnya banyak ditemukan trotoar yang rusak atau tidak layak digunakan. Sebagai contoh, di Jalan Solo, material trotoar yang licin saat hujan menjadi ancaman bagi keselamatan pejalan kaki, terutama setelah diubah oleh pemilik restoran di sekitarnya.

Regulasi dan Penataan: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Masalah trotoar di Yogyakarta juga mencerminkan adanya kurangnya koordinasi antara instansi terkait. Pemasangan tiang utilitas sering dilakukan sebelum pembangunan trotoar, yang mengakibatkan desain trotoar menjadi tidak efisien. Jika ada koordinasi yang lebih baik antara berbagai pihak seperti dinas perhubungan dan PLN, trotoar di kota ini bisa dirancang lebih ramah bagi pejalan kaki.

Pemerintah Kota Yogyakarta sebenarnya telah berupaya melakukan revitalisasi trotoar, seperti penataan pedestrian di Jalan Senopati yang dirancang untuk mendukung area wisata Malioboro. Namun, hasilnya masih belum sepenuhnya memadai untuk memenuhi kebutuhan pejalan kaki.

Kesadaran Masyarakat: Siapa yang Salah?

Masalah trotoar bukan hanya soal regulasi yang kurang baik, tetapi juga tentang rendahnya kesadaran masyarakat. Banyak orang yang masih memarkir kendaraan di trotoar atau membuka lapak dagangan di atasnya, tanpa memikirkan hak pejalan kaki. Kesadaran masyarakat akan pentingnya trotoar sebagai ruang publik masih sangat rendah.

Padahal, trotoar yang layak sangat dibutuhkan, terutama oleh penyandang disabilitas. Namun, sayangnya hak-hak mereka sering terabaikan oleh perilaku sebagian masyarakat yang kurang peduli.

Bagaimana Langkah Ke Depannya?

Jika Yogyakarta ingin menjadi kota yang ramah bagi semua, termasuk pejalan kaki, perbaikan trotoar harus menjadi prioritas. Pemerintah perlu melakukan evaluasi mendalam, tidak hanya memperbaiki kerusakan trotoar, tetapi juga memperbaiki sistem penataan dan penegakan aturan. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya trotoar sebagai ruang publik harus terus ditingkatkan.

Pada akhirnya, baik pemerintah maupun masyarakat harus sama-sama bertanggung jawab untuk memastikan kondisi trotoar di Yogyakarta bisa kembali layak dan nyaman. Dengan begitu, hak-hak pejalan kaki, termasuk penyandang disabilitas, dapat dihormati dan diakui dengan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun