Banyak sekali mobil mewah berderet-deret mulai dari Jalan Bimokurdo, Demangan, atau tepatnya di depan Kopma UIN Sunan Kalijaga, hampir setiap pagi dan sore hari, mulai dari jalanan di depan Kopma UIN Sunan Kalijaga selalu padat merayap. Banyaknya berbagai jenis merk mobil yang bertengger di bahu jalan, membuat suasana cukup sumpek dan macet.
Ya, ruwet dan padatnya volume kendaraan baik yang jalan menuju SD Muhammadiyah Sapen atau sebaliknya keluar menuju jalan raya utama, menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga sekitar, khususnya mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.
Padatnya kendaraan yang ada menambah sempit ruang gerak bagi kendaraan lain yang ingin melintas. Apalagi jika ditambah dengan ada acara wisuda di UIN Sunan Kalijaga, jalur ini seperti mendapat kutukan macet total yang bikin stres.
Wajah Baru Bagi Pertigaan UIN Sunan Kalijaga Nantinya
Di tengah segala hiruk-pikuk kemacetan dan problematika yang terjadi, Pertigaan UIN Sunan Kalijaga nantinya akan mendapat wajah baru yang datang dari rencana pembukaan rumah makan Padang "Payakumbuah" milik Arief Muhammad. Rumah makan ini digadang-gadang akan menjadi wajah baru yang menarik, yang mana juga mampu menarik banyak orang, terutama karena popularitas Arief Muhammad sebagai influencer dan pengusaha kuliner.
Namun, dengan wajah baru ini juga muncul kekhawatiran apakah kehadiran RM Padang ini justru akan menambah pelik situasi lalu lintas di pertigaan yang sudah ruwet ini. Bagaimanapun, pertigaan ini adalah jalur strategis yang menjadi penghubung beberapa area penting di Yogyakarta.
Penambahan volume kendaraan dan parkir di sekitar rumah makan baru ini tentu akan menjadi tantangan atau bahkan dapat menjadi peluang baru bagi warga sekitar.
Pertigaan Revolusi UIN Sunan Kalijaga memang tak sekadar tempat pertemuan tiga jalan. Ini adalah ruang hidup yang penuh dengan beragam kemungkinan, menyatukan elemen perlawanan mahasiswa, problematika lalu lintas, dan persinggungan aktivitas warga. Dari mulai simbol perlawanan hingga warung makan Padang, semua berpadu dalam satu titik yang kadang menyenangkan, sering kali memusingkan.
Terlepas dengan segala pro dan kontranya, pertigaan ini tetap menjadi gambaran dari kehidupan Yogyakarta yang kaya akan cerita dan tantangan. Tentu, upaya untuk mencari solusi dari problematika di sini harus terus diupayakan. Siapa tahu, dengan sinergi antara masyarakat, mahasiswa, dan pihak berwenang, bisa mengubah pertigaan ini menjadi ruang yang lebih ramah dan teratur bagi semua.
Sampai saat itu tiba, kita hanya bisa berharap agar macet tidak membuat kita lebih sering mengeluh daripada menikmati hidup di kota ini.