Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah AI

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Pertigaan UIN Sunan Kalijaga Simbol Perlawanan Mahasiswa, Sarang Tilang, hingga Ruang Hidup yang Semrawut

22 September 2024   06:05 Diperbarui: 29 September 2024   21:55 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lpmrhetor.com/demo-hari-buruh-di-pertigaan-uin-semua-pihak-mendadak-beringas/

Di Jogja, beberapa tempat memiliki cerita unik yang tidak hanya sebatas menjadi perlintasan, memiliki latar belakang serta fenomena yang berbeda-beda dan menarik pada setiap tempat yang ada. Pertigaan di depan UIN Sunan Kalijaga adalah salah satunya, tak hanya menjadi titik lalu lintas, pertigaan tersebut juga jadi arena beragam fenomena yang merepresentasikan wajah kota pelajar ini. Di kota yang identik dengan aktivitas akademis dan dinamika pergerakan mahasiswa, Yogyakarta ada satu tempat yang dapat dikatakan sarat dengan simbol perlawanan dan problematika. 

Banyak orang yang menyebutnya dengan berbagai julukan, tetapi mungkin yang paling ikonik adalah sebutan "Pertigaan Revolusi" oleh para mahasiswa. Di balik keramaian dan kepadatannya, pertigaan ini menyimpan problematika dan fakta menarik untuk diperbincangkan. 

Pertigaan UIN Sunan Kalijaga atau beberapa orang menyebutnya Pertigaan Revolusi, ternyata bukan sekadar simpang jalan, melainkan ruang yang menyimpan beragam kisah, mulai dari mahasiswa yang turun ke jalan, pengendara yang apes kena tilang, hingga kemacetan yang tidak berkesudahan.

Simbol Pergerakan Mahasiswa Jogja

Pertigaan ini telah lama menjadi saksi bisu pergerakan mahasiswa Yogyakarta, khususnya UIN Sunan Kalijaga, namun tak dipungkiri terkadang ada kelompok lain juga yang melakukan upaya gerakan yang sama juga. Tak terhitung sudah berapa kali aksi demonstrasi digelar di sini. Mulai dari isu kampus, kebijakan pemerintah, hingga solidaritas nasional, semuanya tercurahkan di pertigaan ini. Tidak heran, Pertigaan UIN ini mendapat julukan "Pertigaan Revolusi".

Julukan tersebut, tentu bukan tanpa alasan, upaya mahasiswa yang menyuarakan aspirasi di tempat ini menjadi simbol perlawanan yang tak tertahankan. Di tengah hiruk-pikuk lalu lintas, suara-suara nyaring dari pengeras suara dan mungkin poster-poster bertuliskan protes mengalir seperti arus Sungai Gajah Wong di dekatnya. Namun, fenomena ini juga memunculkan problematika lain yang kerap dikeluhkan warga, yaitu kemacetan.

Sumber Kemacetan dan Tilang yang Mengintai

Tak dapat dipungkiri, setiap kali aksi berlangsung, kemacetan menjadi tak terhindarkan. Meskipun banyak pengendara yang memahami esensi dari aksi-aksi tersebut, tidak sedikit juga yang merasa dirugikan karena waktu tempuh yang terhambat. Bukan cuma itu, di dekat pertigaan ini juga ada pos polisi yang rajin melakukan operasi tilang. Bagi pengendara yang tidak membawa kelengkapan surat-surat kendaraan, pertigaan ini ibarat ranjau darat yang siap mengintai kapan saja.

Padahal, tak perlu ada demonstrasi atau operasi tilang untuk membuat jalanan di sekitar sini macet. Setiap hari, lalu lintas di pertigaan ini sudah menjadi medan perjuangan tersendiri bagi para pengguna jalan. Mulai dari kendaraan yang melaju dari arah barat menuju kampus, hingga yang datang dari timur melewati jalan utama Solo-Jogja, semua bertemu di titik ini.

Ruang Hidup yang Semrawut

Di sisi lain, penyebab kemacetan lainnya datang dari Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen yang terletak tak jauh dari pertigaan. Setiap pagi dan siang, kendaraan orang tua yang menjemput anak-anak mereka di sekolah tersebut turut menyumbang kemacetan yang memusingkan. 

Banyak sekali mobil mewah berderet-deret mulai dari Jalan Bimokurdo, Demangan, atau tepatnya di depan Kopma UIN Sunan Kalijaga, hampir setiap pagi dan sore hari, mulai dari jalanan di depan Kopma UIN Sunan Kalijaga selalu padat merayap. Banyaknya berbagai jenis merk mobil yang bertengger di bahu jalan, membuat suasana cukup sumpek dan macet. 

Ya, ruwet dan padatnya volume kendaraan baik yang jalan menuju SD Muhammadiyah Sapen atau sebaliknya keluar menuju jalan raya utama, menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga sekitar, khususnya mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. 

Padatnya kendaraan yang ada menambah sempit ruang gerak bagi kendaraan lain yang ingin melintas. Apalagi jika ditambah dengan ada acara wisuda di UIN Sunan Kalijaga, jalur ini seperti mendapat kutukan macet total yang bikin stres.

Wajah Baru Bagi Pertigaan UIN Sunan Kalijaga Nantinya

Di tengah segala hiruk-pikuk kemacetan dan problematika yang terjadi, Pertigaan UIN Sunan Kalijaga nantinya akan mendapat wajah baru yang datang dari rencana pembukaan rumah makan Padang "Payakumbuah" milik Arief Muhammad. Rumah makan ini digadang-gadang akan menjadi wajah baru yang menarik, yang mana juga mampu menarik banyak orang, terutama karena popularitas Arief Muhammad sebagai influencer dan pengusaha kuliner.

Namun, dengan wajah baru ini juga muncul kekhawatiran apakah kehadiran RM Padang ini justru akan menambah pelik situasi lalu lintas di pertigaan yang sudah ruwet ini. Bagaimanapun, pertigaan ini adalah jalur strategis yang menjadi penghubung beberapa area penting di Yogyakarta. 

Penambahan volume kendaraan dan parkir di sekitar rumah makan baru ini tentu akan menjadi tantangan atau bahkan dapat menjadi peluang baru bagi warga sekitar.

Pertigaan Revolusi UIN Sunan Kalijaga memang tak sekadar tempat pertemuan tiga jalan. Ini adalah ruang hidup yang penuh dengan beragam kemungkinan, menyatukan elemen perlawanan mahasiswa, problematika lalu lintas, dan persinggungan aktivitas warga. Dari mulai simbol perlawanan hingga warung makan Padang, semua berpadu dalam satu titik yang kadang menyenangkan, sering kali memusingkan.

Terlepas dengan segala pro dan kontranya, pertigaan ini tetap menjadi gambaran dari kehidupan Yogyakarta yang kaya akan cerita dan tantangan. Tentu, upaya untuk mencari solusi dari problematika di sini harus terus diupayakan. Siapa tahu, dengan sinergi antara masyarakat, mahasiswa, dan pihak berwenang, bisa mengubah pertigaan ini menjadi ruang yang lebih ramah dan teratur bagi semua. 

Sampai saat itu tiba, kita hanya bisa berharap agar macet tidak membuat kita lebih sering mengeluh daripada menikmati hidup di kota ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun