Kesombongan adalah penyebab kegagalan yang utama bagi seseorang dalam meraih kesuksesan. Jika ada orang yang sombong, namun sukses dan mempunyai kekayaan yang melimpah, percayalah sesungguhnya ia jauh dari kebahagiaan.Ada dua kesombongan yang harus dijauhi apabila seseorang menginginkan keberhasilan sekaligus dapat menikmati hidup dengan hati yang bahagia. Kesombongan yang pertama adalah merasa tidak memerlukan keterlibatan Tuhan dalam setiap usahanya.Â
Hal ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang. Ketika akan melakukan suatu pekerjaan, ia hanya berpikir bahwa pekerjaannya bisa diselesaikan sendiri tanpa perlu melibatkan Tuhan. Orang yang demikian biasanya merasa tidak perlu untuk berdoa sebelum memulai pekerjaannya.
Ketika seseorang menganggap bahwa keberhasilannya adalah murni dari usahanya sendiri, tanpa ada peran Tuhan di dalamnya, sesungguhnya ini termasuk kesombongan. Sebab, ia bisa melakukan semua pekerjaannya sehingga berhasil karena badannya sedang sehat. Siapakah yang memberi kesehatan? Sudah tentu yang memberi kesehatan adalah Tuhan. Coba seandainya saja ia diberi sakit oleh Tuhan, tentu ia tidak akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Akibat dari kesombongan yang pertama ini setidaknya ada dua macam. Yakni, apabila ia berhasil dalam melakukan pekerjaannya maka ia tidak perlu untuk bersyukur kepada Tuhan. Sungguh, ini bentuk kesombongan yang paling nyata. Padahal, ketika seseorang sudah tidak merasa perlu untuk bersyukur kepada Tuhan, dijamin ia akan jauh dari kebahagiaan. Mengapa? Orang yang tidak bersyukur kepada Tuhan merasa bahwa keberhasilannya bukan anugerah dari Tuhan.Â
Padahal, sudah merupakan fitrah manusia kalau mendapatkan anugerah atau diberi sesuatu maka ia berasa bahagia. Sedangkan orang yang tidak bersyukur merasa bahwa keberhasilannya hanyalah murni dari usahanya. Perasaan ini hanya akan menimbulkan kebanggaan semu yang pada akhirnya membawa kepada sifat sombong.
Akibat kedua dari kesombongan yang pertama adalah apabila yang terjadi sebaliknya, yakni seseorang tidak berhasil dalam usahanya. Orang yang demikian akan mudah menyalahkan diri sendiri atau bahkan orang lain. Di samping itu, bila kegagalannya tidak bisa diterima dengan lapang dada, mudah baginya mengalami putus asa.Â
Hal ini berbeda dengan orang yang berpandangan bahwa setiap pekerjaan atau usaha yang dilakukannya ada peran Tuhan di sana maka ia masih mempunyai sandaran hati atas kegagalannya. Ia beranggapan bahwa Tuhan memberikan kegagalan terlebih dahulu agar dirinya mempunyai kekuatan demi kesuksesan besar yang akan diterimanya. Orang yang demikian senantiasa mempunyai harapan besar dalam hidupnya.
Berkaitan dengan kegagalan bagi orang-orang yang ketika akan memulai pekerjaan atau ketika sedang bekerja berpandangan bahwa Tuhan tidak berperan, biasanya pada saat merasa gagal baru teringat kepada Tuhan. Inilah kecenderungan yang sering terjadi. Pada saat berhasil merasa bahwa keberhasilannya adalah murni dari jerih payahnya sendiri, namun pada saat gagal baru teringat kepada Tuhan untuk memohon bantuan.
Kesombongan yang kedua adalah merasa tidak memerlukan orang lain dalam setiap usahanya. Hal ini bisa terjadi karena seseorang merasa paling baik di antara orang lain. Dia tidak percaya kalau orang lain yang mengerjakan hasilnya akan maksimal; dia meragukan kemampuan orang lain. Orang yang demikian biasanya sulit untuk bisa bekerja sama dengan orang lain. Semuanya kalau bisa dikerjakan sendiri.
Orang yang merasa tidak memerlukan orang lain dan akhirnya bekerja sama dengan orang lain, biasanya ia ingin yang dikerjakan dalam kerja sama adalah ide atau gagasan darinya, sedangkan orang lain hanya tinggal melaksanakan saja. Dia sulit sekali untuk bisa menerima ide, saran, apalagi kritik dari orang lain. Segala yang diusulkan atau dikerjakan oleh orang lain selalu saja dinilainya kurang memuaskan atau kurang sempurna.
Orang yang mempunyai kesombongan kepada orang lain cenderung menganggap rendah orang lain, bahkan menghinakannya. Orang demikian maka akan dijauhi oleh orang lain. Apabila ada orang yang sombong kepada orang lain, namun masih banyak orang yang berada dekat dengannya, biasanya tidak lebih dari sekadar urusan karena ia terikat kerja dengannya.Â
Misalnya, ada seorang pemilik atau pemimpin perusahaan yang sombong. Para karyawan bertahan bisa dekat dengannya karena memang mereka butuh pekerjaan dan penghasilan. Kedekatannya tak lebih dari itu.Â
Pemilik atau pemimpin perusahaan yang sombong akan sulit mempunyai karyawan yang benar-benar bertanggung jawab dan loyal. Dijamin apabila karyawan tersebut menemukan tempat kerja yang lain maka ia akan kabur dari perusahaan yang dipimpin oleh orang yang sombong.
Ya, orang yang sombong sesungguhnya akan dijauhi oleh orang lain. Orang yang sombong adalah kawan atau mitra yang sama sekali tidak menyenangkan. Jangankan untuk meraih kesuksesan, dalam dunia pergaulan pun orang yang sombong akan gagal menjalin relasi yang tulus dan membahagiakan.
Orang yang mempunyai kesombongan, baik sombong terhadap Tuhan maupun sombong terhadap sesama manusia, akan sulit mencapai kesuksesan yang membahagiakan. Oleh karena itu, segala bentuk kesombongan memang harus ditinggalkan jauh-jauh apabila kita menginginkan kesuksesan, rezeki melimpah, dan kebahagiaan dalam hidup.
Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azeet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H