Sebagaimana kebijakan memprioritaskan pembangunan indonesia timur dibanding barat.
Kebijakan keberpihakan itu bukannya tdk berdasar dan diskriminatif. Toh ketika perempuan dan anak di istimewakan, laki laki masih tetap punya posisi dominan dan berkuasa di semua tatanan sosial ekonomi politik. Toh dengan kebijakan perhatian pembangunan ke indonesia timur, tetap saja anggaran dan pembangunan tetap masih lebih terpusat ke wilayah jawa dan sumatera. Apalagi jika keberpihakan itu tidak ada.
Membiarkan kesenjangan ekonomi terus berlangsung, makin jauh dan dalam, sama dengan membiarkan api dalam sekam.
Mau pendekatan konflik dengan teori apapun, jika kesenjangan ekonomi masih tajam, potensi bencana itu masih ada dan siap menjadi bom waktu.
Karena sesungguhnya kalau perut rakyat itu kenyang,
Kalau lapangan kerja ada,
Buat apa main bakar-bakaran,
Bakar mesjid, bakar gereja, bakar vihara
Di provokasi pun mager (malas gerak)
Jadi gak perlu berdebat keluarkan jurus jurus agama, menghujat pembakar vihara, atau penghina adzan
Karena Kalau rakyat bisa kenyang dan sejahtera, ketimbang bakar rumah ibadah, pasti lebih enak bakar bakar ikan