Mohon tunggu...
Ari AJ
Ari AJ Mohon Tunggu... Freelancer - Kritikus Sastra

Founder Gerakan #SastraInAja | Sastra, Bahasa, Budaya | Sastra Inggris UIN SGD Bandung | Pusing? #SastraInAja | Yuhuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pantun Sitti Nurbaya

26 September 2019   22:49 Diperbarui: 13 Juni 2020   05:51 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli. Sumber gambar: https://jaririndu.blogspot.com/2013/04/resensi-novel-siti-nurbaya-kasih-tak.html

Pulau Pinang kersik berderai,

Tempat burung bersangkar dua.

Jangan bimbang kasih'kan cerai,

Jika untung bertemu jua.

Jika ada sumur di ladang,

Tentulah boleh menumpang mandi.

Jika ada umur yang panjang,

Tentulah dapat bertemu lagi.

(Rusli, Sitti Nurbaya, halaman 90)

Pantun tentang “sumur di ladang” di atas tentu sudah mengalami banyak modifikasi yang keseluruhannya mengarah pada maksud yang sama. Ya, terkadang baris kedua dan keempat dari pantun terakhir di atas berbunyi, “boleh kita menumpang mandi” dan “boleh kita bertemu lagi”. Modifikasi tersebut berubah seiring penuturnya yang berbeda dari berbagai budaya. Marah Rusli memutuskan menggunakan yang sebagaimana tertulis di novel, sedangkan sebagian orang cenderung memilih menggubahnya dengan kalimat lain.

Tak ketinggalan dalam mengungkapkan kerinduan pun, pantun adalah medium yang digunakan. Terbayangnya seorang kekasih di siang dan malam hari turut diungkapkan melalui puisi. Begitu juga dengan pujian “permata intan” yang dilontarkan oleh sang pecinta kepada yang dicintainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun