BHD memang belum menjadi concern dari BWF. Hal ini dapat dilihat dari isi tas medis (medical bag) yang disyaratkan dalam setiap turnamen resmi BWF, diantaranya yaitu spray, perban dan perekat, glove, gunting, dan stetoskop.
Saran
Dalam konferensi pers disampaikan bahwa PBSI akan membawa kasus ini ke BWF untuk kebaikan dan keselamatan atlet. Saran dari saya, BHD harus menjadi SOP penangan medis khusus dalam setiap turnamen resmi BWF. Hal ini sebagai upaya agar kejadian henti jantung mendadak tidak kembali menelan korban jiwa dalam event selanjutnya.
Berbicara sedikit tentang prosedur BHD, jika edukasinya sudah diberikan sebenarnya bisa juga dilakukan oleh orang awam. Berikut adalah prosedur ringkas dalam melakukan tindakan BHD bagi orang awam:
1. Memposisikan korban dan penolong dalam keadaan aman
2. Mengecek respon dari korban
3. Segera minta tolong
4. Mengecek denyut nadi dan nafas
5. Memberikan kompresi atau resusitasi jantung dan paru sebanyak 30 kali kemudian diberikan pemberian nafas (jika ada alat bantunya) Â sebanyak 2 kali. Proses tersebut dilakukan 1 siklusnya sebanyak 5 kali sampai bantuan medis datang.
Penjelasan secara lengkapnya dapat dibaca di tulisan saya yang berjudul "Pentingnya Orang Awam Paham BHD". Untuk penerapan dalam turnamen bulutangkis dapat disesuaikan dan diatur kembali urutannya.
Selain itu, BWF harus mulai memberikan dan mewajibkan edukasi mengenai praktek pemberian BHD ke seluruh anggotanya. PBSI juga diharapkan dapat menghimbau bagi penyelenggara turnamen baik resmi maupun tidak resmi memiliki tim medis yang paham dengan BHD.