Mohon tunggu...
Akhmad Solikhin
Akhmad Solikhin Mohon Tunggu... Lainnya - Biotechnologist

Ayo Melek Sains

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyambut Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia

22 November 2023   16:44 Diperbarui: 22 November 2023   16:53 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: website sekolah farmasi ITB)

Pernahkah anda atau keluarga anda menggunakan antimikroba? Seberapa sering anda menggunakan antimikroba dalam kehidupan sehari-hari? Dan untuk kebutuhan apa anda menggunakan antimikroba?

Mohon maaf kalau saya sedikit kepo. Beberapa orang mungkin lebih mengenal istilah antibiotik daripada antimikroba. Perlu diketahui bahwa semua antibiotik adalah antimikroba tapi tidak semua antimikroba adalah antibiotik. Antimikroba itu meliputi antibiotik, antivirus, antifungi, dan antiparasit.

Sedikit bercerita, kemarin saya mengantar anak periksa ke dokter karena mengalami batuk pilek (tidak demam) selama sekitar 2 minggu. Setelah diperiksa dan mendengarkan informasi gejala, dokter menyimpulkan kalau anak saya terkena infeksi saluran pernapasan atas.

Dokter memberikan 2 resep obat yaitu 1 set obat puyer untuk batuk dan pilek serta 1 botol obat antibiotik. Bukan tanpa alasan mengapa antibiotik itu diberikan. Infeksi tersebut bisa jadi karena bakteri atau virus.

Pagi sebelum periksa, saya sempat baca di koran Kompas tanggal 21 November 2023 berjudul "Resistensi Antimikroba Jadi Pandemi Sunyi". Saya penasaran dan akhirnya minta pendapat kepada dokter anak saya mengenai resistensi antimikroba.

Menurut dokter tersebut, resistensi antimikroba itu memang nyata dan bisa menghambat pengobatan atas penyakit tertentu. Akan tetapi, bukan berarti dokter tidak diperbolehkan memberikan antimikroba. Keputusan dokter memberikan antimikroba didasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap pasien.

Saya sendiri mendengar penjelasan tersebut dan melihat kondisi anak, merasa bahwa dokter tidak melakukan misuse atau overuse antibiotik. Dua bulan yang lalu anak saya juga pernah mengalami batuk dan demam selama hampir 3 minggu. Dengan dokter yang sama, diberi obat batuk dan antibiotik, kemudian pulih.

Hal penting lainnya adalah jangan sampai antibiotik dikonsumsi tidak sesuai dengan keterangan obat yang seharusnya. Misal, seharusnya antibiotik dikonsumsi 1 hari 2 kali dengan takaran 1 sendok teh, jangan sampai jadi dikonsumsi 1 hari 3 kali dengan takaran 1 sendok makan.

Demikian cerita saya bersama keluarga dalam menggunakan antimikroba dari fasilitas kesehatan. Kesadaran masyarakat dalam menggunakan antimikroba berperan penting dalam mencegah muncul dan menyebarnya mikroba resisten.

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia

Minggu ini, tepatnya 18-24 November 2023 diperingati sebagai pekan kesadaran antimikroba dunia. Istilah internasionalnya adalah World Antimicrobial Awareness Week (WAAW). Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antimikroba.  

Kali ini tema yang diangkat adalah "Preventing antimicrobial resistance together". Tema tersebut mengajak semua sektor untuk menggunakan antimikroba dengan hati-hati, bekerja sama dan memperkuat langkah pencegahan resistensi bakteri.

Menurut Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah video menyambut pekan kesadaran antimikroba sedunia 2023, menjelaskan bahwa resistensi antimikroba berkontribusi terhadap sekitar 5 juta kematian setiap tahunnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa resistensi antimikroba disebabkan oleh penggunaan yang salah (misuse) dan penggunaan yang berlebihan (overuse) dari antimikroba baik pada manusia dan hewan. Tedros juga menyampaikan bahwa pendekatan one health yang melibatkan manusia, hewan dan lingkungan menjadi penting dalam mengatasi masalah resistensi antimikroba.

Kebijakan Pemerintah

Seperti yang kita tahu, penggunaan antimikroba tidak hanya pada sektor kesehatan. Sektor lain seperti peternakan, perikanan dan pertanian juga terlibat. Pemerintah, swasta dan masyarakat harus bekerja bersama untuk meningkatkan kesadaran penggunaan antimikroba.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Koordinator PMK No 7 Tahun 2021 tentang rencana aksi nasional pengendalian resistensi antimikroba tahun 2020-2024.

Rencana aksi nasional pengendalian resistensi antimikroba (RAN PRA) 2020-2024 memiliki 3 tujuan yaitu meminimalkan muncul atau menyebarnya mikroba resisten, memastikan ketersediaan antimikroba yang aman, efektif, bermutu dan terjangkau, serta penggunaan antimikroba yang bijak dan bertanggung jawab.  

Saya sendiri penasaran dengan detail rencana aksi nasional tersebut. Di awal bab dari RAN PRA dijelaskan bahwa resistensi antimikroba adalah suatu keadaan dimana mikroorganisme mampu bertahan pada dosis terapi senyawa antimikroba.

Akibatnya, mikroorganisme masih mampu berkembang, mengurangi keampuhan obat, meningkatkan risiko penularan, keparahan, hingga menyebabkan kematian dalam tindakan pengobatan pada manusia, hewan, ikan dan tumbuhan.

Bagaimana dengan rencana anggaran dari RAN PRA 2020-2024?

Setelah saya cek dari dokumen tersebut total biaya anggaran yang diproyeksikan mencapai sekitar 189 Miliar. Dengan rincian Kemenkes 71,9 Miliar, Kementan 62 Miliar, KKP 31,7 Miliar, KLHK 17,2 Miliar dan BPOM 6,2 Miliar.

Anggaran yang cukup besar tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan meliputi komunikasi efektif, seminar, pendidikan dan pelatihan, surveilans dan penelitian, pengendalian infeksi, pengawasan dan penerapan sanksi, penemuan tata cara pengobatan, metode diagnostic dan vaksin baru, hingga tata kelola dan koordinasi dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba.

Dan ternyata ada anggaran khusus untuk pelaksanaan kegiatan peningkatan kesadaran terintegrasi dalam rangka World Antimicrobial Awareness Week. Anggaran tersebut ada di 3 kementerian yaitu Kemenkes, Kementan dan KKP. Anggaran tersebut mencapai 123 juta pertahunnya.

Saya pun mencoba mencari informasi dari website di 3 kementerian tersebut mengenai kegiatan atau semacamnya yang berkaitan dengan pekan kesadaran antimikroba sedunia (WAAW). Saya pun tidak berhasil menemukannya.

Setelah mencoba mencari dari mesin pencari google, saya malah mendapatkan postingan dari Sekolah Farmasi ITB berkaitan dengan peringatan pekan kesadaran antimikroba sedunia. Pikiran saya, mungkin kegiatan peringatan WAAW di 3 kementerian tersebut belum terpublikasi.

Pekan kesadaran antimikroba sedunia hanyalah sebuah gerakan dan ajakan bersama agar semua pihak terlibat dalam peningkatan kesadaran dan pemahaman terhadap resistensi antimikroba. Kebetulan jatuh pada tanggal 18-24 November 2023.

Di luar pekan tersebut, harapannya semua pihak tetap sadar dan paham tentang resistensi antimikroba. Pemerintah dengan segala anggaran dana yang telah ada, semoga bisa lebih optimal lagi menjalankan programnya. Swasta dan masyarakat juga harus mematuhi dan mendukung kebijakan pemerintah tentang resistensi antimikroba.

Demikian, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun