Kesenjangan tersebut bisa terjadi karena diantara orang yang memiliki gejala dangue hanya sekitar 30% orang yang periksa ke layanan kesehatan. Sisanya bisa karena benar-benar tidak bergejala atau bergejala namun misdiagnosis.
Nyamuk Wolbachia
Menurut Prof. Upik dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, upaya pengendalian vektor mencakup pengendalian fisik, pengendalian biologi, pengendalian kimiawi, pengendalian genetik dan pengendalian terpadu.
Nyamuk Wolbachia merupakan salah satu contoh upaya pengendalian vektor secara biologi. Pengendalian ini dilakukan dengan melepas nyamuk Wolbachia untuk menganggu perkembangan nyamuk yang menjadi vektor penyakit seperti dangue.
Nyamuk jenis ini dibuat dengan mengintroduksi bakteri Wholbachia pipentis ke dalam sel telur. Wolbachia pipentis merupakan bakteri yang secara alamiah ditemukan di dalam tubuh serangga seperti kupu-kupu, lebah, capung, lalat dan beberapa spesies nyamuk.
Bakteri Wolbachia dinyatakan aman bagi manusia dan hewan. Menurut National Environment Agency, manusia dan hewan sudah lama terpapar oleh Wolbachia. Hal ini terjadi ketika ada kontak langsung dengan serangga, memakan serangga atau memakan buah yang terinfeksi Wolbachia. Hingga saat ini, belum ada laporan Wolbachia memberikan dampak buruk bagi manusia atau hewan.
Bagaimana nyamuk Wolbachia mengehentikan penularan penyakit?
Nyamuk Wolbachia ini dilepaskan ke lingkungan untuk mengendalikan populasi nyamuk yang berpotensi menjadi vektor penyakit berbahaya.
Nyamuk Wolbachia jantan yang kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia tidak akan menghasilkan keturunan. Telur hasil keturunannya tidak akan menetas karena mengalami inkompatibilitas sitoplasma.
Inkompatibilitas sitoplasma diduga terjadi karena ada material genetik dari bakteri Wolbachia yang terbawa sperma nyamuk jantan terinfeksi Wolbachia menghambat proses pembuahan saat bertemu sel telur nyamuk betina yang tidak terifeksi Wolbachia. Tenang saja, material genetik dari Wolbachia tersebut tidak akan berpengaruh ke manusia atau hewan.