Menurut saya, jalanan Jakarta adalah milik pengguna jalan termasuk pelari. Namun bukan berarti pelari harus menjadi pengguna yang paling dihormati. Pelari jalanan juga harus menghormati pengguna jalan lainnya. Hal itu dapat ditunjukkan melalui sikap pelari yang tidak ugal-ugalan.
Pelari ugal-ugalan biasanya mengambil jalur lari sesuka hati. Mengambil jalur terlalu ke tengah yang bisa menghalangi pengguna jalan lainnya tentu itu tidak dibenarkan. Saat ingin mendahului kendaraan yang sedang berhenti, pelari bisa melambaikan tangan kanan agar pengguna jalan di belakang bisa memperlambat laju kendaraannya.
Selalu berdoa saat lari
Berlari di jalanan Jakarta selalu penuh risiko. Semua risiko tersebut bisa kita minimalisir jika kita selalu berusaha untuk waspada dan melakukan persiapan dengan matang. Melengkapi upaya yang bersifat ragawi, saya selalu tidak lupa terus memanjatkan doa saat berlari. Itu semua agar Tuhan senantiasa melindungi di tiap langkah lari yang saya pijakan.
Tuhanlah yang melindungi pelari dari pengguna jalan lain yang ugal-ugalan. Tuhan juga melindungi pelari dari insiden cidera yang dapat terjadi. Berdoa membuat saya sebagai pelari menjadi lebih tenang dan dapat menikmati aktivitas berlari di jalanan Jakarta.
Demikian beberapa tips berlari di jalanan Jakarta. Stay save saat berlari di jalan raya. Jika anda tidak mampu berlari dengan pace kencang, larilah dengan pace pelan saja. Jika anda tidak mampu berlari dengan pace pelan, berjalan itu opsi terbaik. Tetap bergerak di tengah gempuran orang-orang yang mager di pagi hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H