Dalam kondisi ekonomi kami yang sulit kami terpaksa memberhentikan pengasuh kami semntara supaya uang yang untuk menggajinya masih bisa kami gunakan untuk sehari-hari.Â
Sedih rasanya memberhentikan orang yang telah baik membantuku mengasuh anakku.Kondisi kami yang sulit membuatku semakin berusaha mencari harapan dengan menjual sayur dan mencari lowongan kerja yang lain. Dengan harapan yang kuat aku masih berusaha, meski hanya mendapat sepuluh ribu seminggu, aku merasakan syukur yang luar biasa.
Aku tak berhenti berdoa dan memohon ampun atas kesalahanku sehingga menyebabkan semua ini. Aku masih menyalahkan diriku atas kejadian ini. Dengan mengurus anakku sendiri aku terus berusaha untuk berjualan dan mencari kerja. Tiba saat itu sebuah lowongan menerima lamaran seorang dosen yang cukup banyak. Aku pesimis untuk diterima dengan persyaratan yang tidak cukup tapi aku tetap nekat dan berusaha memenuhi persyaratan yang aku mampu.
Sekian bulan berlalu tiba masa pengumuman lowongan itu. Ternyata aku diterima untuk menjalani serangkaian tes.Â
Ujian tak selesai sampai disitu, laptop yang harusnya kugunakan bermasalah sehingga aku mengalami kendala dalam ujian tertulis. Nikmat Tuhan mana yang aku dustakan, tes yang seharusnya tidak mengijinkan revisi, ternyata memberikan keleluasaan untuk merevisi.
Tahap satu usai dilanjutkan pada tes wawancara. Aku tidak mengalami kendala hanya saja baground yang tidak sesuai menyebabkan aku harus dipindah pada prodi lain. Aku menyetujui kesepakatan tersebut.
Sebulan setelah tes aku diterima menjadi seorang dosen. Tidak henti-hentinya aku menangis dan bersyukur mendapatkan sebuah pekerjaan ditengah pandemi seperti ini. Impian terwujud dan kesejahteraan meningkat. Aku keluar dari perusahaan yang lama dan pengasuh si kecil dapat kupanggil bekerja lagi dngan gaji yang meningkat.
Sampai saat ini rasanya tidak menyangka Tuhan gan rasa sabar ini dengan hadiah yang luar biasa. Kondisi seperti ini aku yang tidak punya pengalaman mengajar diterima disini dengan gaji sepuluh kali lipat dari perusahaan yang lama.Â
Aku menjadi lebih percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan hambaNya merasa sedi terus menerus selama kita percaya dan kita berdoa. Aku selalu percaya bahwa pandemi ini adalah cara Tuhan untuk memberikan hal yang terbaik kepada umatnya. Percayalah... dan selalu percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H