Mohon tunggu...
Akh_ Khisabil
Akh_ Khisabil Mohon Tunggu... Security - Kisah sukses orang lain belum tentu jadi kisah sukses kita
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

reputation of the tongue

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Domain-domain Perkembangan Moral

19 Oktober 2021   18:48 Diperbarui: 19 Oktober 2021   18:54 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Moralitas adalah tata cara, kebiasaan, adat dan etika seseorang. Jadi apa yang dimaksud dengan perkembangan moral itu sendiri? Perkembangan moral adalah perubahan yang berkaitan dengan pikiran, emosi, kebiasaan, dan sikap.

Perubahan ini didasarkan pada standar perilaku yang benar atau salah yang ditetapkan dalam kehidupan masyarakat. 

Teori psikoanalitik menunjukkan bahwa perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma sosial dan pematangan biologis organik. 

Teori ini berpendapat bahwa jika seseorang telah menginternalisasi aturan atau aturan kehidupan sosial dan dapat mencapainya melalui perilaku yang terus menerus, atau dengan kata lain telah menetap dalam diri seseorang, maka ia telah mengembangkan aspek moral.

Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang harus dilakukan manusia ketika berinteraksi dengan orang lain. 

Perkembangan moral memiliki dimensi internal, yang mengatur aktivitas seseorang ketika tidak berpartisipasi dalam interaksi sosial, sedangkan dimensi interpersonal mengatur interaksi sosial ketika menyelesaikan konflik. Pada usia 4-6 tahun, anak mulai menyadari dan menjelaskan bahwa perilaku tertentu baik dan ada juga yang tidak.

Ada beberapa tahapan perkembangan moral anak usia dini, menurut Piaget, seorang ahli, mengatakan bahwa anak-anak memiliki tahapan berpikir yang berbeda tentang moralitas:

Tahap moralitas yang berbeda, yaitu anak-anak antara usia 4-7 tahun

Tahap heteronomi moral adalah tahap pertama perkembangan moral. Anak-anak percaya bahwa keadilan dan aturan adalah atribut dunia dan tidak dapat diubah dan dikendalikan oleh orang lain. Anak-anak berpikir bahwa aturan dibuat oleh orang dewasa dan memiliki batasan perilaku.

Pada tahap ini, anak menilai apakah perilaku tersebut benar atau tidak berdasarkan konsekuensi dari perilaku tersebut, bukan dari niat pelaku. Anak-anak juga percaya bahwa aturan tidak dapat diubah dan diteruskan oleh otoritas yang kuat. 

Anak-anak berpikir mereka tidak punya hak untuk membuat aturan sendiri. Orang dewasa perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat aturan, sehingga anak menyadari bahwa aturan berasal dari konvensi dan dapat diubah.

Tahap Autonomous Morality Anak pada tahap ini berada dalam masa transisi, menunjukkan beberapa ciri perkembangan moral tahap pertama dan beberapa ciri perkembangan moral otonom tahap kedua. 

Anak-anak mulai menyadari bahwa aturan dan hukum dibuat oleh manusia, ketika mengevaluasi aturan, anak akan mempertimbangkan maksud dan konsekuensinya. Moralitas akan muncul dari kerjasama atau hubungan timbal balik antara anak dan lingkungan.

Hal ini sering membuat anak merasa khawatir dan takut melakukan kesalahan. Namun, ketika anak mulai berpikir berbeda, mereka mulai menyadari bahwa mereka akan dihukum ketika ada bukti pelanggaran. 

Piaget percaya bahwa semakin berkembang gaya berpikir anak, semakin mereka memahami masalah sosial dan bentuk-bentuk kerjasama yang ada dalam masyarakat.

Pakar lain Kohlberg juga menunjukkan bahwa cara berpikir anak-anak tentang moral dikembangkan secara bertahap. Kohlberg membagi penalaran moral menjadi 3 level, dan setiap level level Kohlberg memiliki 2 tahapan, yaitu:

    Moralitas tradisional

Pada level ini, anak baik dan anak nakal dijelaskan dengan penghargaan (rewards/commendations) atau hukuman (punishment). Ada dua tahap pada tingkat ini, tahap moral heteronomi dan tahap individualisme.

Pada tahap pertama (Heteronomous Morality Stage), anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, anak percaya bahwa ia harus patuh dan takut akan hukuman. Pada tahap kedua (tahap individualisme), anak berpikir bahwa egoisme itu benar, dan ini juga berlaku untuk orang lain. 

Oleh karena itu, anak-anak percaya bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan harus dihargai atau ditukar secara setara. Jika dia melakukannya dengan baik, maka orang juga harus memperlakukannya dengan baik, dan anak itu beradaptasi di masyarakat untuk mendapatkan penghargaan.

Moralitas tradisional

Pada tingkat ini, individu memaksakan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, seperti orang tua atau pemerintah. Landasan etika adalah mengikuti aturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Tahap pertama adalah harapan interpersonal, dan tahap kedua adalah moralitas sistem sosial.

Pada tahap pertama (Tahap Ekspektasi) Interpersonal anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebaga dasar penilaian moral. 

Seseorang menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Contoh: mengembalikan krayon ke tempat semula sesudah digunakan (nilai moral tanggungjawab).

Pada tahap kedua (Tahap Moralitas Sitem Sosial), penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. 

Seseorang yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, maka mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari kamanan dan ketidaksetujuan sosial. Contoh; bersama-sama membersihkan kelas, semua anggota kelompok wajib membawa alat kebersihan (nilai moral=gotong royong).

Moralitas Pascakonvensional

Pada tingkatan ini seseorang menyadari adanya jalur moral alternatif, dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang peraturan, dan moralitas didasari pada prinsip-prinsip yang diterima sendiri. Ini mengarah pada moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena merupakan kesadaran dari diri orang tersebut. 

Tingkatan ini memiliki dua tahap, pertama hak individu, dan tahap kedua prinsip widespread. Pada tahap pertama (Hak Individu), individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama. Seseorang menyadari perlunya keluwesan dan adanya modifikasi dan perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungkan kelpmpok secara keseluruhan.

Contoh: pada awal tahun ajaran, orang tua diperkenankan menunggu anaknya selama kurang lebih satu minggu, setelah itu anak harus berani ditinggal.

Pada tahap kedua (Prinsip Universal), seseorang menyesuaikan dengan standar sosial dan cita-cita inside terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan menghindari kecaman sosial. Contoh; anak secara sadar merapikan kamar sendiri segera setelah ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat selalu dalam keadaan rapi.

Untuk itu orangtua mempunyai kewajiban terhadap anak untuk menumbuhkan atau mengembangkan moral anak. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan anak usia dini yaitu, Kerjasama, Disiplin Diri, Gotong Royong, Tanggung Jawab, Kujujuran, dan bersikap sopan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun