Mohon tunggu...
Akeyla Mareeq A.
Akeyla Mareeq A. Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Bukan kita yang membaca buku tapi buku yang membaca kita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Karya Sastra Film Tanda Tanya, Alasan Mengapa Film Ini Menuai Berbagai Macam Respon

13 Maret 2022   18:30 Diperbarui: 13 Maret 2022   18:33 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal tersebut, diimbangi oleh beberapa kekurangan yang dapat saya temukan di dalam film Tanda Tanya. Hal pertama, ialah penggunaan kata kasar yang cukup tersebar merata di seluruh 100 menit film ini diputar. 

Menurut saya, kata-kata kasar yang ada pada film ini cukup ekstrim, bahkan saya pribadi cukup kaget saat mendengarnya. Beberapa celotehan mengandung unsur SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) yang kental, sehingga bagi beberapa orang dapat terkesan menghina atau bagi orang yang sensitif, dapat menanggapinya secara pribadi. 

Namun, menurut saya permasalahan utama di film Tanda Tanya, ialah topik yang mereka angkat. Permasalahan tentang SARA memang sebaiknya kami bahas, karena merupakan topik hangat dan genting di Indonesia. Namun menurut saya, sangat disayangkan cara penyampaian film ini terlalu frontal, serta aksi-aksi yang mereka tunjukkan dapat menimbulkan stereotip negatif dalam kehidupan nyata.

Sehingga, setelah menonton film Tanda Tanya, mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya untuk saya sendiri, saya kurang rekomendasi film ini. Mengapa saya kurang merekomendasikannya? Saya kurang merekomendasikan film ini, karena permasalahan utama yang ada di paragraf sebelumnya. Hal itu mengenai cara penyampaian film, yang menurut saya sedikit terlalu frontal dan agresif. 

Film ini dipenuhi dengan konflik antar agama, yang menurut saya jika ditonton oleh orang-orang yang salah, dapat mengakibatkan miskonsepsi dan akan menimbulkan pemikiran yang tidak-tidak.

 Serta, menurut saya karena penyampaian film tersebut yang secara blak-blakan, beberapa orang akan menanggapi film ini secara pribadi, seolah-olah karena ada konflik yang digambarkan dengan agama mereka di film tersebut, hal yang mereka tunjukkan terjadi di dunia nyata, dan jika memang terjadi itu pasti karena ulah suatu kelompok agama. Mungkin saya dapat merekomendasikan film ini, kepada orang-orang yang sudah cukup dewasa dan memiliki pola pikir terbuka. Karena, jika memasuki film ini dengan pola pikir yang sempit, menurut saya yang ada malahan film ini akan membawa rasa amarah, melainkan menonjolkan pluralitas. 

Daftar Pustaka:

  1. Kristina. 2021. Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang Pertama Kali Diungkapkan Mpu Tantular. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711982/sejarah-semboyan-bhinneka-tunggal-ika-yang-pertama-kali-diungkapkan-mpu-tantular#:~:text=Semboyan%20Bhinneka%20Tunggal%20Ika%20pertama,Bali%2C%20namun%20berbahasa%20Jawa%20Kuno.

  2. Semarangpedia. 2018. Peninggalan Budaya Tionghoa Bagian Dari Semarang                           https://semarangpedia.com/peninggalan-budaya-tionghoa-bagian-dari-semarang/

  3. Titi, Tyas Kinapti. 2019. Film Tanda Tanya, Film tentang Pluralisme yang Sempat Diwarnai Kontroversi https://www.liputan6.com/citizen6/read/3920111/film-tanda-tanya-film-tentang-pluralisme-yang-sempat-diwarnai-kontroversi

Teks resensi ini disusun oleh: Akeyla Mareeq Anardia XD/02

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun