JOMBANG –Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam diketahui sebagai salah satu daerah penghasil salak yang memiliki kualitas menjanjikan. Pengolahan perkebunan buah salak merupakan pekerjaan sampingan masyarakat setempat.
Sebagian besar lahan kosong akan dimanfaatkan sebagai lahan salak maupun durian. Hal ini membuat buah salak menjadi Salah satu komoditas unggulan desa Galengdowo.
Beberapa masyarakat sekitar memanfaatkan salak menjadi makanan ringan seperti keripik salak. Namun, hasil samping dari pengolahan berupa biji dan kulit salak kurang bahkan tidak dimanfaatkan. Maka dari itu perlu dilakukan pengolahan lanjutan sebagai pemanfaatan limbah.
Setelah dilakukan pengkajian, mahasiswa KKN Bina Desa dari teknik kimia UPN “Veteran” Jawa Timur membuat program kerja mengenai pembuatan kopi dari biji salak dan teh dari kulit salak.
Dalam bahasa inggris salak memiliki nama snake fruit dan bernama ilmiah salacca zalacca. Biji dan kulit salak yang biasa kita buang setelah makan dagingnya ternyata memiliki khasiat yang tinggi bagi kesehatan tubuh manusia.
Berdasarkan literatur yang telah dibaca, Kandungan yang terdapat dalam kopi biji salak yaitu kapasitas antioksidan 436,91 mg/L dan IC50% 9,37 mg/mL, kafein 0,207 %, lemak 2,95%, karbohidrat 80,98 %, kadar air 6,24%; kadar abu 3,49%; dan protein 6,34%.
Antioksidan yang terdapat dalam kopi biji salak salah satunya adalah polifenol yang positif dengan FeCl3 dan Folin-Ciocalteu dengan kadar 979,31 ppm, sehingga berpotensi sebagai produk pangan dan kesehatan yaitu antikanker.
Untuk kulit salak, ditemukan beberapa kandungan bermanfaat, di antaranya karbohidrat, kalori, fosfor, kalsium, vitamin B, air, serta zat besi. Dengan mengonsumsi teh ini maka kita sudah memperoleh berbagai mineral yang diperlukan tubuh.
Pengolahan produk kopi dan teh dari limbah salak ini memiliki proses yang mudah dan dapat dilakukan pada skala rumahan.Proses pembuatan kopi dan teh diawali dengan mencuci biji dan kulit salak yang telah dikumpulkan.
Setelah itu, dilakukan pengecilan ukuran menggunakan pisau dan gunting yang selanjutnya di oven selama 30 menit untuk menghilangkan kadar air.
Biji salak yang telah kering disangrai agar aroma dan juga citarasa kopi keluar. Tahap akhir pada pembuatan kopi adalah proses penggilingan biji menjadi bubuk kopi. Untuk pembuatan teh, kulit salak yang telah di oven akan dilakukan penggilingan hingga menjadi bubuk menggunakan alat blender.
Produk kopi yang telah jadi diberi nama Zalacoffe dan untuk produk teh diberi nama Zalatea. Produk olahan ini Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan dengan logo yang telah di desain sendiri.
Kami berharap dengan adanya olahan ekonomis ini dapat menjadi nilai tambah bagi desa wisata Galengdowo. Disis lain, program kerja yang telah dilakukan dapat meningkatkan perekonomian desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H