Jangan sampai mengantuk di kelas menjadi budaya karena kita membiarkan hal itu terjadi. Harus selalu ada upaya kita memperbaiki semua kekurangan dari waktu ke waktu cara mengajar kita semakin baik.Â
Kalau hari ini di kelas ada 10% yang tidak memperhatikan atau mengantuk, maka pada bulan depan, harus berkurang menjadi misalnya 6-7%. Begitu seterusnya sampai tidak ada lagi yang mengantuk ataupun bermain sendiri di kelas.
Kalau ditelusuri, memang banyak sekali faktor yang membuat murid mengantuk atau tidak memperhatikan di kelas. Karena jam pelajaran siang, karena faktor kelelahan, ataupun karena kurangnya semangat dan motivasi belajar dari murid itu sendiri. Dari sisi guru, biasanya karena faktor cara mengajar yang monoton ataupun cenderung berbicara satu arah yang tidak melibatkan siswa.
Seorang siswa mempunyai waktu untuk fokus dan konsentrasi tidak terlalu lama. Kalau cara kita mengajar monoton, maka kejenuhan dan konsentrasinya akan buyar. Harus ada cara untuk mengembalikan konsentrasi tersebut.Â
Pada saat fokus dan konsentrasi siswa hilang, seorang guru mesti memberikan suasana yang berbeda dalam mengajar, apakah memberikan ice breaking sebagai penyegar suasana dan pemecah kebekuan, ataupun mengganti metode yang lebih banyak melibatkan siswa. Hal ini menjadi penting agar suasana di kelas tidak menjadi monoton yang akhirnya menyebabkan siswa mengantuk atau tidak memperhatikan.
Kembali kepada pertanyaan di atas, "salah siapakah kalau siswa mengantuk", juga menggambarkan cara kita memandang diri kita. Pribadi-pribadi yang terbuka akan selalu melihat kepada diri sendiri; apa yang kurang dan yang perlu diperbaiki.Â
Sebuah peristiwa selalu akan membawa hikmah sekaligus pembelajaran. Mengapa kelas saya tidak menarik, mengapa murid tidak memperhatikan, apa yang mesti saya perbaiki.
Semua mengacu kepada diri sendiri, apa lagi yang perlu diperbaiki. Orang-orang seperti ini akan cepat maju karena merasa selalu ada yang belum cukup dan perlu belajar lebih banyak dan lebih banyak lagi.
Maka peristiwa mengantuk di kelas menjadi pemicu agar kita belajar untuk berbicara lebih baik di depan kelas, belajar membuat variasi metode mengajar, belajar membuat kelas lebih menyenangkan. Semuanya menjadi pembelajaran bagi kita.
Sebaliknya, pribadi-pribadi yang merasa sudah berpengalaman, akan selalu melihat kesalahan dari sisi orang lain. Apakah kesalahan itu pada murid, kondisi sarana dan prasarana, sistem yang dijalankan, hingga menyalahkan keadaan.
Kalau sudah begini, maka hal-hal yang seharusnya menjadi perbaikan diri tidak bisa terjadi. Selalu merasa dirinya benar dan melihat yang di luar dirinya salah. Menyalahkan murid yang kurang semangat dan motivasi, padahal murid-murid itu bersemangat dan punya motivasi tinggi juga terkadang sangat tergantung dari gurunya. Menyalahkan sistem di sekolah dan lembaga, pokoknya tidak ada yang benar di matanya.