Karena itu, agar tidak kecewa, berharaplah hanya kepada Allah. Bahwa yang kita kerjakan, semuanya hanya berharap ridho Allah SWT. Kalau Allah ridho, semuanya akan menjadi baik.Â
Kerja keras kita, susah payah kita, keringat deras yang mengalir pada tubuh kita, semuanya adalah karena kita berharap akan ridho Allah SWT. Kalau itu yang kita lakukan, InsyaAllah hidup kita akan lebih tenang. Hidup tenang itu yang akan menjadikan kita lebih mudah menjalani kehidupan.
Ikhlas itu, menerima rezeki yang diberikan Allah SWT, tanpa mengeluh. Apa yang diberikan kepada kita, itulah yang terbaik bagi kita. Jangan sampai kita merasa mengapa orang lain lebih dimudahkan oleh Allah dalam mendapatkan rezeki. Iri dengan orang lain hanya akan membuat kita mengeluh, yang akhirnya malah menjauhkan kita dari rezeki Allah yang luar biasa melimpah.
Setiap orang sudah diukur sesuai dengan kadar kesungguhan dan kebutuhan kita. Apa yang kita terima adalah hasil dari kesungguhan yang kita berikan. Karena itu, kalau kita hasilnya lebih baik, maka upayanya juga harus lebih besar.
C. MENGAJAR DENGAN PENUH KEBAHAGIAAN
Sebagai guru, kita mengajar hampir setiap hari, terkadang 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan sebagainya. Nah, emosi dan perasaan kita pada saat mengajar akan sangat menentukan kebahagiaan kita. Bagaimana mungkin hidup kita akan bahagia kalau setiap hari kita diliputi beban dan kesedihan dalam mengajar. Berbahagialah dalam mengajar, karena hal itu yang akan membahagiakan hidup kita.
Lalu, apa bahagia itu?
Bahagia itu, mensyukuri apa yang sudah ada di depan kita. Kita bersyukur masih bisa mengajar, mendapatkan penghasilan, betapapun kita anggap kurang misalnya. Dengan mensyukuri apa yang ada di depan kita, maka kita akan menjadi bahagia.
Yang membuat diri kita tidak bahagia adalah, pada saat kita sudah punya sesuatu, tetapi kita masih memikirkan yang lainnya. Di depan kita ada tempe, maka bahagialah kita dengan tempe yang ada di depan kita. Kalau kita masih memikirkan seandainya ada telur, ada daging, ada ikan, tentu tempenya menjadi tidak enak.
Kita sudah bisa mengajar di tempat kita sekarang. Syukuri apa yang ada, bahwa kita sudah diberi kesempatan mengajar. Jangan sampai berpikir kalau saya mengajar di sekolah lain, di sekolah A, di sekolah B, dan sebagainya. Kalau masih berandai-andai, kita tidak akan pernah bisa bahagia.