Di samping itu, setiap hari para guru diharuskan memeriksa pekerjaan siswa, menyiapkan rencana pengajaran, mengikuti rapat evaluasi, dan banyak tugas penelitian yang menumpuk dan harus diselesaikan. Selalu saja ada tugas yang diberikan sekolah, hingga rasanya tidak ada waktu untuk bersenang-senang.
Sebaliknya, sekolah B memberi honor yang, bisa dibilang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tetapi mengajar di sekolah B diberikan kebebasan untuk masuk hanya pada saat mengajar, tidak terlalu ketat dalam disiplin waktu, dan tidak banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Masih banyak contoh lain yang bisa dikemukakan, yang intinya setiap sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika didata kekurangan-kekurangan yang dimiliki masing-masing sekolah, tentu tidak ada habisnya. Karena itu, sebagai guru kita dituntut untuk menyiasati kekurangan yang ada dengan menciptakan berbagai kreativitas dan inovasi dalam proses belajar-mengajar.
Dengan demikian, kita akan terbiasa bekerja tidak hanya pada sekolah, atau lembaga pendidikan yang memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai. Tetapi juga mampu tetap kreatif dengan berbagai kondisi fasilitas sekolah yang ada. Nah, justru di sinilah kemampuan dan kreativitas kita diuji, apakah kita mampu mengembangkan diri dengan baik dalam berbagai situasi atau tidak.
Kedua, mengubah cara pandang kita terhadap suatu persoalan. Pada dasarnya, cara pandang terhadap suatu persoalan akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perasaan. Sebenarnya tiap masalah itu sama, yang membedakan hanyalah cara kita merespon persoalan itu. Misalnya, saat memperoleh tugas yang banyak dari sekolah.Â
Hal itu tergantung bagaimana cara kita menerimanya. Jika berpikir bahwa kita sedang dibebani oleh sekolah dengan pekerjaan yang berat, tentu kita akan menerimanya dengan bermuka masam, atau sambil menggerutu dan berpikir mengapa tugas tersebut diserahkan kepada kita, dan bukan kepada orang lain.
Akan berbeda jika berpikir dari sudut pandang yang lain. Berpikirlah bahwa sekolah sedang memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada kita karena percaya bahwa kita mampu melakukannya, atau agar kita belajar menjadi pemimpin di sekolah tersebut. Dengan sedikit mengubah cara berpikir, maka perasaan kita menjadi lebih lega, dan kita menerima berbagai tugas tersebut dengan senang hati.
Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mengubah pola pikir semacam ini. Tentang anak-anak yang 'tidak bisa diatur' dalam kelas misalnya. Jika kita berpikir bahwa itu merupakan sarana terbaik untuk belajar bagaimana kita mengatur anak-anak dengan berbagai kebutuhan dan tingkah-polahnya, maka kita akan senang hati menerima keadaan itu dan menjadikannya sebagai proses pembelajaran paling baik tentang bagaimana mengelola kelas.Â
Sekali kita bisa mengelola kelas dengan baik, hal itu akan memudahkan kita menghadapi anak-anak dengan berbagai persoalan masing-masing di masa yang akan datang.
Prinsip bahagia ternyata sederhana ya, mengubah cara pandang kita dengan cara pandang berbeda. Melihat dari sisi baiknya, sisi yang lebih positif.
Ketiga, berhenti mengeluh, mengumpat, dan menyalahkan orang lain. Ketiga hal ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Jika setiap masalah kita hadapi dengan mengeluh dan mengumpat, bisa jadi bukan penyelesaian masalah yang kita dapat, melainkan akan lebih meluas dan melebar, serta memicu timbulnya masalah lain yang belum ada sebelumnya.