Mohon tunggu...
Akbar Wahyudiyanto
Akbar Wahyudiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama: Akbar Wahyudiyanto NIM: 42321010102 Dosen: Prof. Dr Apollo, M.Si.Ak, CA, CIBV, CIBV, CIBG Desain Komunikasi Visual - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Panopticon dan Kejahatan Struktural

1 Juni 2023   04:38 Diperbarui: 1 Juni 2023   04:42 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerapan CCTV di stasiun kereta api dan terminal bus meningkatkan tingkat keamanan dengan memberikan pemantauan konstan terhadap aktivitas yang terjadi. Keberadaan CCTV dapat membantu dalam mendeteksi dan mencegah tindakan kriminal atau insiden keamanan lainnya.

Kesadaran akan pemantauan yang konstan dapat mendorong penumpang dan pengunjung untuk mematuhi aturan dan perilaku yang diharapkan. Potensi pelanggaran atau tindakan melawan hukum dapat menurun karena adanya kesadaran bahwa aktivitas mereka terlihat oleh petugas pengawas.

Sistem pengawasan yang diterapkan melalui CCTV dapat memberikan bukti visual yang berharga dalam penyelidikan kriminal, memfasilitasi identifikasi pelaku dan mengumpulkan bukti yang kuat.

Kejahatan narkotika di Indonesia

Teori kejahatan struktural oleh Anthony Giddens menekankan bahwa kejahatan adalah hasil dari ketidakseimbangan sosial dan ketidakadilan struktural yang dihadapi oleh individu. Salah satu contoh studi kasus yang relevan dengan teori ini adalah penyebaran kejahatan narkotika di Indonesia.

Ketimpangan pendapatan yang signifikan di Indonesia dapat mempengaruhi masyarakat dengan cara yang berbeda. Beberapa individu dan kelompok mungkin terjebak dalam kemiskinan dan merasa terpinggirkan secara ekonomi. Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, mereka mungkin mencari jalan pintas dengan terlibat dalam perdagangan narkotika yang ilegal.

Ketidakadilan dalam akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja dapat menyebabkan frustrasi dan ketidakpuasan sosial. Hal ini dapat mengarah pada peningkatan angka pengangguran dan kesempatan terbatas untuk memperbaiki kualitas hidup. Dalam situasi ini, individu yang putus asa mungkin tergoda untuk terlibat dalam kejahatan narkotika sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan ekonomi.

Korupsi di berbagai tingkatan dalam sistem penegakan hukum di Indonesia memberikan kesempatan bagi sindikat narkotika untuk beroperasi tanpa hambatan. Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdagangan narkotika yang luas dan memfasilitasi distribusi dan penyebaran narkotika yang merusak masyarakat.

Beberapa aspek budaya, seperti perayaan dan glamorasi gaya hidup yang konsumtif, juga dapat mempengaruhi penyebaran narkotika. Keterlibatan individu dalam aktivitas yang melibatkan narkotika sering kali diasosiasikan dengan gaya hidup yang dianggap "keren" atau "menarik" oleh sebagian masyarakat.

Teori kejahatan struktural oleh Anthony Giddens juga dapat diterapkan untuk memahami fenomena kejahatan pencurian kendaraan di perkotaan Indonesia. Perkotaan Indonesia seringkali menghadapi kesenjangan ekonomi yang signifikan. Beberapa wilayah perkotaan memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, sementara sebagian lainnya merupakan pusat kekayaan dan konsumsi yang mencolok. Ketimpangan ekonomi yang tinggi dapat memicu ketidakpuasan sosial, kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sulit, serta perasaan tidak adil dan putus asa. Hal ini dapat mendorong individu tertentu untuk terlibat dalam kejahatan pencurian kendaraan sebagai sumber pendapatan tambahan atau sebagai cara untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka.

Keberadaan lapangan kerja yang terbatas di perkotaan dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran. Pengangguran dan ketidakstabilan ekonomi yang dialami sebagian penduduk perkotaan dapat mempengaruhi motivasi mereka untuk terlibat dalam kejahatan pencurian kendaraan sebagai sumber penghasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun