Mohon tunggu...
Akbarunnajmi Fadhlan Noor
Akbarunnajmi Fadhlan Noor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030085 ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Suka makan seafood

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gen Z dan Penolakan Diri: Tantangan Self Denial dalam Era Digital

28 Mei 2024   09:46 Diperbarui: 28 Mei 2024   09:48 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: sirhouse.org

Era Gen Z, yang mencakup individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah menghadapi tantangan unik yang mempengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan dunia di sekitar mereka. Salah satu fenomena yang muncul dalam era ini adalah self-denial, yaitu kecenderungan untuk menahan atau menolak diri dari kebutuhan atau keinginan pribadi.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi self-denial di era Gen Z, menggali faktor-faktor yang mempengaruhinya, dampaknya pada kesehatan mental, serta cara mengelola dan mempromosikan kesejahteraan yang seimbang.

Mengapa Self Denial Muncul di Era Gen Z?

1. Tekanan Sosial dan Standar yang Tinggi: Generasi Z hidup dalam era media sosial yang intens dan terhubung secara digital. Mereka sering kali terpapar dengan standar kecantikan, citra tubuh yang sempurna, dan gaya hidup yang ideal yang ditampilkan di media sosial.

Hal ini menciptakan tekanan sosial yang tinggi untuk memenuhi standar tersebut, yang dapat memicu self denial sebagai upaya untuk mencapai citra yang diharapkan.

2. Perbandingan Sosial dan Kebutuhan Validasi: Keterhubungan digital yang luas memungkinkan Gen Z untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain secara terus-menerus. Mereka sering kali merasa perlu untuk menyembunyikan atau menolak diri dari kelemahan atau ketidaksempurnaan mereka agar mendapatkan validasi dan penerimaan sosial.

Hal ini dapat menyebabkan self denial sebagai cara untuk mempertahankan citra yang dianggap lebih baik oleh orang lain.

3. Ketakutan akan Penolakan dan Ketidaksetujuan: Generasi Z sering kali memiliki kekhawatiran yang besar terkait dengan penolakan dan ketidaksetujuan dari orang lain. Mereka mungkin merasa perlu untuk menahan diri dari kebutuhan atau keinginan pribadi agar mendapatkan penerimaan sosial dan menghindari konflik atau penolakan.

4. Pengaruh Budaya dan Media: Budaya konsumsi dan fokus pada materi yang kuat dalam era Gen Z dapat mempengaruhi pandangan mereka tentang diri sendiri dan apa yang dianggap penting.

Mereka mungkin merasa perlu untuk menahan diri dari keinginan pribadi agar dapat memenuhi ekspektasi yang diberikan oleh budaya konsumsi dan citra yang ditampilkan di media.

5. Kurangnya Keterampilan Mengelola Emosi: Dalam era yang serba cepat dan terhubung secara digital, Generasi Z mungkin kurang memiliki keterampilan untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka mungkin merasa sulit untuk mengenali dan mengungkapkan kebutuhan atau keinginan pribadi mereka, yang pada akhirnya dapat menyebabkan self denial.

 sumber gambar: sirhouse.org
 sumber gambar: sirhouse.org
Dampak Self Denial pada Kesehatan Mental:

1. Kesehatan Mental yang Buruk: Menahan diri dari kebutuhan atau keinginan pribadi dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Rasa tidak puas dengan diri sendiri dan perasaan kurang berharga dapat muncul ketika individu mengabaikan kebutuhan emosional dan psikologis mereka.

2. Perasaan Kehilangan Identitas: Self-denial dapat menyebabkan individu kehilangan hubungan dengan diri mereka sendiri dan apa yang mereka benar-benar inginkan dalam hidup. Mereka mungkin merasa terjebak dalam citra palsu yang mereka buat untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

3. Gangguan Makan dan Body Image yang Negatif: Self-denial dapat memicu gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, karena individu mencoba untuk mengendalikan dan menolak kebutuhan makan mereka. Selain itu, self-denial juga dapat memperburuk citra tubuh yang negatif dan meningkatkan tekanan untuk mencapai standar kecantikan yang tidak realistis.

Tips Mengelola Self Denial

1. Kesadaran Diri dan Penerimaan Diri: Penting bagi individu Gen Z untuk mengembangkan kesadaran diri yang kuat dan menerima diri mereka apa adanya. Menghargai keunikan dan kelebihan pribadi mereka adalah langkah pertama dalam mengatasi self-denial.

2. Menghargai Keseimbangan dan Batasan Pribadi: Menyadari pentingnya keseimbangan dalam hidup dan menetapkan batasan yang sehat adalah kunci untuk menghindari self-denial yang berlebihan. Mengenal dan menghormati kebutuhan dan keinginan pribadi adalah tindakan penting untuk menjaga kesejahteraan yang seimbang.

3. Tetapkan Batasan yang Sehat: Tetapkan batasan yang sehat dalam hubungan dan aktivitas Anda. Belajar untuk mengatakan "tidak" ketika Anda merasa terbebani atau merasa bahwa permintaan orang lain tidak sesuai dengan kebutuhan atau keinginan Anda sendiri.

4. Temukan Dukungan Sosial: Temukan kelompok teman atau komunitas yang mendukung dan memahami Anda. Berbagi pengalaman dengan orang-orang yang sejalan dengan nilai-nilai dan minat Anda dapat membantu mengurangi tekanan sosial dan memberikan dukungan emosional.

5. Jaga Kesehatan Mental: Penting untuk menjaga kesehatan mental Anda dengan mengelola stres, beristirahat yang cukup, dan menjaga pola tidur yang sehat. Jika Anda merasa kesulitan mengelola self denial atau menghadapi masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.

 sumber gambar: vecteezy.com
 sumber gambar: vecteezy.com
Dalam menghadapi self denial di era Gen Z, penting untuk mempromosikan kesadaran diri yang sehat, penerimaan diri, dan kemampuan untuk mengelola tekanan sosial. Menciptakan lingkungan yang mendukung dan membangun keterampilan emosional yang sehat dapat membantu Gen Z mengatasi self denial dan membangun kesejahteraan yang seimbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun