Isu tersebut kemudian viral, bahkan seluk beluk keluarga pelaku terungkap di media massa, yang ternyata seorang anak dari  pejabat di Kementerian Keuangan, Rafael Alun Trisambodo. Buntut dari kasus tersebut dan banyaknya kecaman yang dilontarkan wargenet menyebabkan Rafael mengundurkan diri dari jabatannya. Tak hanya itu, kasus gratifikasi yang melibatkan dirinya akhirnya ikut mencuat pasca kasus yang melibatkan anaknya viral.
Kemudian, kasus penembakan terhadap seorang polisi bernama Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang didalangi oleh perwira polisi sekaligus pimpinan korban, yakni Ferdy Sambo.
Awalnya, kematian Brigadir Yosua disebutkan karena insiden saling tembak dengan Bharada Richard Eliezer. Saling tembak itu dipicu dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir Yosua terhadap istri Sambo, Putri Candrawathi. Tetapi, karena diduga banyak kejanggalan dan banyaknya desakan warganet untuk mengusut ulang kasus ini, diketahuilah bahwa sebab kematian Brigadir Yosua bukan karena peristiwa tembak-menembak, melainkan aksi penembakan yang didalangi oleh Ferdy.
Atas kejahatannya, Ferdy diberhentikan secara tidak hormat dari kepolisian dan dikenakan hukuman penjara seumur hidup.
Cancul culture tak hanya menjerat seseorang, tetapi juga suatu entitas bisnis. Misalnya, kasus yang menyeret usaha kelab malam, Holywings atas kegiatan promosi minuman alkohol gratis bagi mereka yang bernama "Muhammad" dan "Maria". Buntut dari promosi tersebut menyebabkan outlet-outlet Holywings di beberapa kota ditutup oleh otoritas daerah.
Selain itu, isu viral yang melanda usaha restoran "Babiambo", yang menyajikan menu makanan khas Minang dengan daging babi. Restoran tersebut banyak dicibir warganet di media sosial sehingga menjadi isu yang kontroversial.
Banyaknya cibiran dari warganet, membuat Sergio selaku pemilik restoran Babiambo terpaksa menutup usahanya yang baru berjalan sekitar empat bulan.
Sisi Positif dan Negatif Cancel Culture
Seperti kebanyakan budaya, cancel culture memberikan pro dan kontra bagi banyak pihak.
Keberadaan cancel culture memberikan tiga hal positif bagi pihak yang pro terhadap budaya ini. Pertama, memungkinkan masyarakat yang terpinggirkan untuk mencari keadilan ketika sistem peradilan gagal. Kedua, memberikan suara kepada orang-orang yang kehilangan haknya atau kurang berkuasa. Ketiga, dapat menjadi sebuah bentuk boikot baru dan taktik yang dijunjung tinggi dalam gerakan hak-hak sipil untuk membawa perubahan sosial.
Sisi negatif dari cancel culture setidaknya meliputi dua hal. Pertama, budaya tersebut sama saja dengan intimidasi secara online serta dapat memicu kekerasan dan ancaman yang bahkan lebih buruk daripada pelanggaran yang dilakukan oleh si pelaku/ tokoh yang diintimidasi.Â