Mohon tunggu...
Akbar MaulanaPrasetiya
Akbar MaulanaPrasetiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Hobi dalam bidang Olahraga lebih terkhususnya permainan bola voli, konten yang saya gemari pastinya dalam lingkup olahraga selain itu, politik, dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Boleh Pengen Seterkenal Itu? Kemiskinan Orang Lain sebagai Bahan Konten, Poverty Porn Ga Ya?

24 Juli 2023   13:37 Diperbarui: 24 Juli 2023   13:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari ranahresearch.com

Seperti yang di bahas oleh Channel YouTube Detective Aldo 

Pada salah satu kontennya tersebut membahas bagaimana konten kreator membuat konten kemiskinan demi kekayaan dan popularitas. Channel YouTube Detctive Aldo atau biasa di panggil Aldo ini menjelaskan kalau pada dasarnya konten seperti ini merupakan salah satu "Poverty Porn".

Poverty Porn adalah menampakkan kemiskinan orang lain hanya untuk menarik rasa simpati orang lain. Sesungguhnya poverty porn sudah muncul pada tahun 90an, dimana sebuah band menggalang dana untuk mengatasi kelaparan di Ethiopia. Konser untuk menggunakan foto-foto dan video yang memperlihatkan bagaimana kesusahan dari rakya Ethiopia untuk mendapatkan makanan dan minuman pada saat itu.

Hal itu pun berhasil di lakukan, pada akhirnya konser berjalan lancar dan Ethiopia pun tertolong dengan hal tersebut, tetapi hal tersebut hanya bertahan beberapa waktu sahaja. Mereka tidak mencari bagaimana Ethiopia dapat mengalami hal tersbut dan tidak memecahkan masalah tersebut, hanya membantu yang masih dikatakan tidak sustainble. 

Sama halnya dengan yang terjadi di negara kita ini, konten yang hanya mencari view dan popularitas semata tanpa mencari bagaimana memecehkan masalah tersebut.

Solution

Solusinya menumbuhkan kesadaran setiap konten kreator, bahwa yang namanya pertolongan itu tidak harus di pertontonkan layaknya layar besar agar semua orang tahu. Jadilah apa yang seharusnya dilakukan dan perlihatkan pelajaran yang seharusnya di perlihatkan. 

Para konten kreator harus menyadari bahwa mengangkat isu orang miskin hanya demi sebuah konten sensasiona tidak etis dan dapat menyebabkan dampak nnegatif pada masyarakat yang terlibat. 

Konten yang menolong orang miskin menjadikan kita sebagai pendorong partisipasi sosial dari audiens. Seperti halnya mengajak orang untuk mendukung atau menyumbangkan semata-mata untuk perubahan dari orang tersebut, nantinya akan mengubah dari kehidupan hingga derajatnya.

Semoga kita dapat memilah mana konten yang seharunya diperlihatkan dan memperlihatkan konten yang memiliki makna sesungguhnya dari menolong orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun