Mohon tunggu...
Akbar MaulanaPrasetiya
Akbar MaulanaPrasetiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Hobi dalam bidang Olahraga lebih terkhususnya permainan bola voli, konten yang saya gemari pastinya dalam lingkup olahraga selain itu, politik, dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Boleh Pengen Seterkenal Itu? Kemiskinan Orang Lain sebagai Bahan Konten, Poverty Porn Ga Ya?

24 Juli 2023   13:37 Diperbarui: 24 Juli 2023   13:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot dari salah satu konten Instagram @fakta.indo

Ekploitasi Orang Miskin untuk Mendapatkan Popularitas

Beberapa konten kreator terkhususnya konten kreator baru, berusaha untuk mendapatkan konten yang memanfaatkan penderitaan orang miskin. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian dan rasa empati dari orang yang menonton, mereka pun nantinya akan dikenal sebagai "pahlawan" bagi para penonton. 

Mereka mungkin merekam adegan-adegan menyedihkan dan menyentuh dari orang miskin tanpa izin dan tanpa memberikan bantuan yang nyata. Hal ini dapat dianggap sebagai eksploitasi, di mana orang miskin dijadikan alat untuk mencapai tujuan pribadi pembuat konten, bukan sebagai manusia yang layak mendapatkan penghormatan dan bantuan. 

Sebelum saya akan memberikan solusi, saya akan membahas sedikit lebih lanjut tentang konten seperti ini.

Pada dasarnya hal ini seperti pisau bermata dua, disatu sisi hal ini baik untuk dilakukan karena banyaknya orang yang sangat tertolong pada konten seperti ini. Sisi lainnya hal ini menimbulkan jurang yang semakin besar antara si miskin dan si kaya.

Beberapa pakar seperti Rachmah Ida yang merupakan pakar kajian studi media di Universitas Airlangga mengatakan, konten dengan hal tersebut disebut dengan eksploitasi kemiskinan hanya akan menimbulkan pembeda yang lebih besar antara kemiskinan dan kekayaan.

Tidak hanya itu yang menjadi keburukan dari konten seperti ini, lebih buruk lagi apabila konten ini dikemas dengan perencaan atau biasa disebut settingan. Seperti salah satu cuplikan Reels dari akun intagram @fakta.indo https://www.instagram.com/p/CucKB7KgvGB/ 

Pada video tersebut memperlihatkan orang yang sedang mengomentari dua orang anak muda yang sedang membuat konten di seberang jalan. Konten tersebut disinyalir merupakan konten settingan berdasarkan gerak gerik dari si pembuat konten. 

Melihat hal tersebut akan menghilangkan seluruhnya makna dari konten seperti ini, tidak hanya nilai kebaikannya, nilai atau pelajaran yang dipetik pun terasa hambar untuk dilakukan.

Konten yang serupa sering kali kita temui di media sosial, seperti memberikan uang lebih kepada pedagang, ojek online, pengemis, dan lain-lain. Akan tetapi, apakah ini semua baik adanya? 

Sebagai penonton pastinya sangat menyukai hal tersebut apalagi berhubungan dengan rasa empati kepada orang lain. Namun, konten-konten seperti ini mempunyai bumbu-bumbu adiktif yang membuat kita suka dan menginginkan yang lebih untuk konten seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun