Kesadaran itu mengakibatkan manusia berada pada tataran kolektif yang tinggi. Berbeda pada masyarakat modern mungkin saja semboyan yang dianut adalah “ kebebasan meraih keuntungan”. Semboyan itu diakibatkan pada konteks nilai individualitas yang dipegang teguh. Tujuan akhir dari nilai individualitas adalah persaingan secara bebas.
Persaingan itu disebabkan pada faktor pemenuhan ekonomi yang sebagai pelarian yang ditujunya. Alasan persaingan adalah perebutan sumber daya yang terus dieksploitasi demi memperoleh keuntungan.
Dasar dari alasan itu adalah orientasi marxisme yang menjadi pegangan manusia. Marxisme sendiri selalu berlandaskan materi pada jalannya kehidupan.
Posisi materi yang sudah berputar pada otak manusia memberikan efek pada pola pikir kemenangan pada dirinya sendiri daripada harus membagi nasib yang belum tentu mendapatkan keuntungan besar.
Posisi moral pada manusia modern terus mengalami pergerusan yang semakin berada pada ambang kebingungan dalam memaknai kehidupan. Kebingungan dalam pemaknaan kehidupan berkaitan pada identitas diri pada kondisi yang kalang kabut. Berdasarkan pemikiran dari Erich Fromm memahami identitas diri dengan memaknainya sebagai keberadaan (Santoso, 2019).
Identitas diri pada tataran pangkuan keberadaan memberikan kesadaran akan keberadaan dirinya sebagai manusia. Kesadaran diri pada keberadaan manusia memberikan suatu efek ke pada diri seseorang untuk menjalani kehidupan secara humanis.
Kondisi yang ada saat ini manusia memahami identitas dirinya sebagai mempunyai yang berakibat pada munculnya rasa egoisme pada otak dan emosi manusia. Egoisme yang mengkar kuat menunjukan jati diri manusia sebagai makhluk yang tercipta ke dunia dengan keadaan saling menundukan.
Rasa egoisme juga memberikan pemaknaan yang buruk untuk menjadi stimulus pada diri. Penundukan itu menjelma pada aturan – aturan yang terorganisir secara rapi untuk menundukan manusia, agar individu tidak bisa membangkang pada ruang kehidupan.
Pembentukan nilai – nilai pada orientasi kehidupan sering kali membuat masyarakat menjadi tertunduk dan berakibat pada rasa pasif dalam diri seseorang.
Keserakahan manusia menjadi moralitas yang sering dipertontonkan manusia modern saat ini. Kondusifitas kehidupan damai dan saling toleransi yang selalu diimpikan manusia menjadi lepas begitu saja.
Banyak fenomena ditemukan di mana demi sebuah kekuasaan manusia rela melakukan segala cara demi menduduki tujuan tersebut. Jiwa – jiwa manusia modern mulai melepaskan diri terhadap ruang nilai – nilai agama.