Nabi Yusuf sang Ekonom
Setelah kita berpetualang dipemikiran para ekonom barat masa kontemporer kita kembali masa ke ribuan tahun silam saat Nabi Allah Yusuf tengah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi saat masa Raja Qitfir (atau Tutankhamen) di Mesir. Semua itu bermula saat Yusuf diminta untuk menafsirkan salah satu mimpi raja,
Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi. (QS Yusuf ayat 43)
Bak bertemu Sapi emas, para penakwil mimpi kerjaan sama bingung menafsirkan mimpi sang Raja. Melalui rekan lamanya yusuf sewaktu di penjara menawarkan kemampuan Yusuf dalam menafsirkan mimpi Raja. Setelah itu Yusuf berkata,
Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)." (QS. Yusuf ayat 47-49)
Tidak sampai disitu, dalam Yusuf mengejawantahkan tafsir mimpinya tersebut, yusuf meminta untuk dijadikan bendahara kerajaan
Dia (Yusuf) berkata, "Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan." (QS Yusuf ayat 55)
Singkat cerita betul saja, dengan wahyu dari Allah strategi ekonomi yang dicanangkan yusuf berhasil membawa Mesir selamat dari masa depresi ekonomi. Terlepas dari teroi ekonomi yang ditawarkan Keynes dan Fisher, yusuf sudah menerapkan pentingnya intervensi pemerintah disaat pasar mengalami kegagalan (market failure) serta konsep Intertemporal choice nya Fisher dengan membagi pendapatan yang didapat Mesir saat itu, untuk disimpan (tabung) agar bisa menjadi modal konsumsi di masa yang akan datang ketika pendapatan pada masa itu, nyaris sama dengan 0.
Bagaimana itu semua bisa?
Tak lain dan tak bukan ialah lantaran bukti kebesarn Allah sang Khalik. Bahwa seangkuh-angkuhnya manusia yang mendewakan kepintaran tetap lebih dahsyat dan hebat ilmunya Allah