Mohon tunggu...
Akbar Mafis
Akbar Mafis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD

Perkenalkan nama saya Pradiva Akbar Maulana., saya adalah anak dari pasangan orangtua yang sekarang tinggal di jepara. Umur saya 20 tahun. Saya anak bontot laki-laki. Cita-cita saya adalah guru SD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Overprotective Orangtua terhadap Rasa Percaya Diri Anak SD

28 Oktober 2023   09:55 Diperbarui: 28 Oktober 2023   09:59 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak merupakan suatu anugerah dari tuhan yang tidak bisa dihitung dan ternilai lagi, anak juga merupakan pemberian tuhan, karena hadirnya anak pula menjadi cikal bakal lahirnya generasi penerus keluarga yang mengasuh dan membesarkannya. Pengertian lain menyebutkan bahwa anak merupakan anugerah dari Allah Swt. Yang mempunyai dua potensi yaitu bisa menjadi baik dan bisa pula menjadi buruk. Baik buruknya anak sangat erat terkaitannya dengan pendidikan yang di berikan oleh kedua orangtuanya. 

Perkembangan fitrah manusia banyak tergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan orangtua. Kehadiran seorang anak juga kadang ditunggu kehadirannya karena hadirnya anak orang tuanya berharap anak mereka yang sebagai penerus keluarga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Setiap orang tua memiliki insting untuk melindungi anaknya.

Pada diri orang tua akan muncul rasa takut kepada anaknya karena mereka tidak mau anaknya rusak akibat pengaruh dari dunia luar terutama pada pergaulan bebas. Selain itu juga anak yang baru saja meranjak remaja maupun dewasa pasti ingin berinteraksi dan bersosialisasi kepada teman-teman dilingkungan sekitarnya, akan melakukan yang namanya penyesuain diri terhadap lingkungan yang baru ia temui. Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. 

Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri. Tidak jarang pula di temui bahwa orang-orang yang stress dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh dengan tekanan. Oleh karena itu ada UUD tentang perlindungan anak pasal 1 ayat 2 tentang perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Kasih sayang perlu ditunjukkan dengan memberikan perhatian misalnya melengkapi kebutuhan anak sehingga anak tidak mengalami deprivasi. Memberikan anak makan yang cukup merupakan salah satu bentuknya, namun hal ini cenderung lebih banyak terkait pada aspek fisik. Orang tua juga perlu menanyakan misalnya apakah ia belum merasa lelah dan lapar, makanan apa yang diinginkan; juga perlu ditanyakan bagaimana perasaannya apabila berenang di daerah pegunungan, misalnya mungkin perlu ditanyakan apakah mereka tidak merasa dingin, dan seterusnya. 

Kasih sayang adalah salah satu bentuk hubungan emosi. Jadi, fokus utamanya adalah perasaan seseorang. Artinya, orang tua hendaknya lebih mengarahkan perhatian kepada perasaan yang dialami anak- anaknya. Perasan tersebut meliputi misalnya rasa senang, gembira, sedih, kesal, dan lain-lain. Seperti halnya orang dewasa ingin berbagi rasa dengan orang lain, anak-anak pun ingin berbagi rasa dengan orang tua mereka yang harus diwaspadai dalam konsep kasih sayang ini adalah adanya kesalahan pengertian dengan upaya memperhatikan dan melindungi secara berlebihan (overprotective). Karena jika seorang anak terlalu dilindungi, kecemasanlah yang merupakan dasar pendekatannya. 

Kartono (2015) menyatakan perilaku orang tua yang overprotective di mana orang tua terlalu banyak melindungi dan menghindarkan anak mereka dari macam-macam kesulitan sehari-hari dan selalu menolongnya, pada umumnya anak menjadi tidak mampu mandiri, tidak percaya dengan kemampuannya, merasa ruang lingkupnya terbatas dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap keputusannya sehingga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Chaplin dalam Harlina et al. (2017). Menurut Baumrind (2016), dasar teori pola asuh overprotective orang tua memiliki aspek–aspek sebagai berikut : terlalu berhati-hati pada anak, khawatir akan keselamatan anak, khawatir akan kesehatan anak, khawatir akan kegagalan anak.

Walaupun begitu overprotective orang tua kepada anaknya juga sangat diperlukan demi menjaga anaknya dari pengaruh dunia luar. Oleh karena itu, remaja sendiri juga perlu dapat perlindungan orang tuanya dan juga mendapatkan bimbingan dari orang tuanya dengan diajarkan rasa bertanggung jawab dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. 

Kadang berpikir bahwa perilaku overprotektif orang tua kepada anaknya yang sedang meranjak dewasa tidak boleh terlalu berlebihan dikarenakan masa remaja melibatkan perubahan emosional, konflik dalam keluarga. Sebagaimana remaja merasakan tekanan antara dependensi (konteks sosial) pada orang tua mereka dan kebutuhan untuk memisahkan diri, orang tua juga memiliki perasaan yang memang orang tua itu harus lakukan demi menjaga anaknya dari pengaruh- pengaruh negatif. Maka hal itu yang telah diberikan orang tua kepada anaknya ialah untuk kebaikan anaknya dimasa depan yang akan datang, orang tua ingin anaknya memiliki sifat, akhlak, dan memiliki kepribadian yang baik,menurut dampak-dampak perilaku overprotective orang tua, diantaranya sebagai berikut:

1.Tidak percaya diri
Pribadi ini tumbuh karena sikap orang tua yang selalu cenderung melarang anak untuk melakukan suatu kegiatan-kegiatan yang anak senangi.Jika aktivitas itu berbahaya, itu dapat dimaklumi. Tetapi terkadang orang tua sering kali melarang anaknya untuk melakukan suatu yang tidak disenangi orang tuanya.

2.Tidak akan pernah mandiri
Seorang anak tidak akan pernah merasa dewasa ketika orang tua terlalu over protective pada setiap kegiatan yang anaknya lakukan. Misalnya ketika anak bertengkar dengan temannya, orang tua membantu mendamaikan anak dan temannya itu dengan cara membujuk untuk meminta maaf kepada temannya atas nama anak, orang tua malah tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk meminta maaf sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun