Kampanye koalisi 02 di GBK sukses besar?
Benarkah tanpa catatan merah!?
Baru beberapa hari kampanye di GBK selesai dijalankan. Apresiasi positif dari berbagai pihak datang menyambut, namun tetap ada kritik dari kedua kelompok yang memiliki refrensi calon pemimpin yang akan dijagokan menang. Terutama kiritik tentang masalah fiqh, yang kedua belah pihak sama-sama pernah berada dalam kondisi tersebut.
Lupakan sejenak hal tersebut. Informasi yang saya mau sampaikan sudah dimuat dibeberapa media nasional, secara online dituliskan dengan beragam judul, dengan narasi yang berlainan. Silahkan dicari secara mandiri.
"Bendera PBB dilarang masuk ke dalam acara kampanye!", Ini judul yang bisa ditarik ke kepentingan yang bermacam-macam. Contoh, Yusril Ihza Mahendra, menggunakan berita tersebut sebagai penanda atau suatu pesan pembuktian kepada para simpatisan bahwa, adanya penolakkan partai-partai koalisi (terutama PKS) Â terhadap kehadiran PBB dalam barisan mereka adalah benar adanya. Bukan isapan jempol dan telunjuk. Buktinya, atribut yang selama ini kita perkenalkan kepada masyarakat berakhir di plastik hitam, yang biasanya dijadikan tempat sampah portable. :(
Benarkah pemicu nya hanya karena secara de jure dan de facto Partai yang dikomandoi ahli Hukum tata negara (yang juga pernah mendapatkan penghargaan aktor terbaik dari salah satu festival film bergengsi di Eropa) mendukung paslon 01?
Ya sebagai pemicu awal, tapi tidak untuk kondisi saling menolak yang berlarut-larut, kebingungan berbeda tanpa alasan yang masuk akal.
Lalu apa?
Tentu polemik antara YIM dan HRS yang dipublikasikan secara luas dan beredar dalam berbagai bentuk narasi dan framing nya. Dua kata yang harus digaris bawahi dalam polemik dua tokoh nasional adalah kata Bohong dan Raja Bohong. Dan, tenggelamkan partai Bulan Bintang!, tentunya.
Saya ragu mereka tidak mendahulukan kepentingan umat dibanding ego mereka masing-masing, karena selalu diperkenalkan kepada publik, bahwa mereka banyak berkonsentrasi pada permasalahan umat dalam berbagai aspeknya.
YIM dan HRS tidak pernah terlihat 'mesra' atau berada dalam satu gerakan dengan intensitas yang tinggi, mereka dianggap dalan satu kelompok karena sama-sama menjadikan syariat Islam sebagai sumber nilai, sebagai Ideologi. Pertanyaan selanjutnya, polemik yang mereka pertontonkan kepada publik secara terang ini, berdasarkan nilai syariat Islam yang mana? Ukhuwwah Islamiyyah? Atau apa, kok salah satu akibatnya, muncul fenomena perpecahan diakar rumput.
Sampai saat ini, mereka berdua tidak pernah memberikan isyarat ishlah. Malah terakhir YIM mengatakan, bahwa bila polemik dengan HRS berlanjut ke ranah hukum, maka ia sudah siap? Apa faedahnya lagi
FYI, inisiator pembawa bendera di GBK kemarin adalah Obby Kaban Caleg DPRD Kota Bogor Dapil Tanah Sareal, no urut 10. Layaknya ksatria muda dalam medan juang, yang ia miliki adalah visi masa depan, karena memang ia tidak memiliki bekal pengalaman masa lalu yang panjang. Salah satu bukti kongretnya adalah kejadia di GBK kemarin, dari kota Bogor ia mempersiapkan diri bersama timnya untuk menyambut panggilan perubahan menuju GBK.
Mereka bersiap sejak pukul 03.00 WIB dini hari, setelah Shubuh mereka bergegas menuju Jakarta. Dengan semangat yang bergelora mereka sampai di tempat pertemuan. Setiap langkah dihiasi dengan percaya diri, bendera dikibarkan sepanjang jalan. Langkah mereka terhenti sejenak sebelum masuk ke dalam stadion, beberapa orang yang menggunakan seragam putih meminta mereka untuk tidak masuk dengan bendera tersebut. Adu argument pun terjadi. Sampai akhirnya diputuskan bahwa dilarang adanya bendera Partai Bulan Bintang yang dibawa masuk!
Jelas rawut kecewa ditunjukkan caleg muda tersebut. Karena tidak mau memperpanjang ribut, juga karena adanya atmosfir intimidasi yang ditunjukkan oleh oknum FPI (ya oknum lah) , dan dalam kejadian tersebut tidak ada orang yang teridentifikasi sebagai simpatisan PKS, yang dikutip beberapa media, juga seperti yang dikatakan Prof Yusril dari Hong kong.
Begitulah kira-kira catatan merahnya. Besar mudharat yang dihasilkan dari  perselisihan pandangan diantara dua tokoh yang dianggap besar oleh anggotanya masing-masing bila menjadi konsumsi umum. Apa yang hilang diantara keduanya? Mau saya tulis akhlak, tapi itu terlalu private. Jadi diganti dengan hilangnya kearifan dan kebijak sanaa (dan sini)
Pilpres pilih 02, Partai no. 19 .... Masih minatkan paket pilihannya begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H