Sebagai kelompok yang seringkali bekerja tanpa pamrih maka dukungan pemerintah akan memberikan motivasi tambahan untuk terus berkarya di tengah keterbatasan yang ada.
Guru sebagai garda depan pendidikan memiliki peran vital dalam membentuk karakter dan kecerdasan siswa. Tetapi di balik layar, tidak sedikit dari mereka khususnya guru honorer yang harus bertahan dengan gaji yang sangat terbatas.
Fakta ini menimbulkan keprihatinan tersendiri. Dengan penghasilan yang minim tentu banyak guru harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk urusan makan atau mencukupi asupan gizi.
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu sosok kunci keberhasilan siswa. Namun, bagaimana mereka bisa optimal menjalankan tugasnya jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi dengan baik?
Sayangnya ketika murid-murid menikmati MBG maka ada saja kasus dimana guru harus mencari solusi instan untuk memenuhi kebutuhan makan siang mereka.
Ada berita yang sempat viral dimana sekolah meminta iuran tambahan kepada orangtua siswa untuk biaya makan siang guru. Praktik ini tentu menimbulkan polemik bahkan menuai protes keras dari para orangtua yang merasa keberatan dengan biaya tambahan tersebut.
Praktik tersebut menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat. Banyak yang merasa bahwa pendidikan seharusnya bebas dari pungutan liar apalagi jika itu membebani orangtua siswa yang sudah berjuang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Tindakan seperti ini meskipun mungkin dilakukan dengan niat baik jelas masih sulit untuk bisa dibenarkan. Lingkungan pendidikan seharusnya menjadi ruang yang bebas dari beban biaya tambahan yang tidak wajar.Â
Kendati demikian, solusi bukan berarti tidak ada. Salah satu langkah yang bisa dipertimbangkan adalah memperluas cakupan MBG hingga mencakup para guru.Â
Jika memungkinkan, porsi makanan bergizi yang disediakan dapat dilebihkan untuk para pendidik terutama yang berstatus honorer.