Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Baru Kelas 1 Kok Sudah Menyontek saat Ujian?

19 Desember 2024   06:17 Diperbarui: 19 Desember 2024   13:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem pendidikan kita juga memegang peranan penting. Fokus yang terlalu besar pada angka sebagai indikator keberhasilan telah mengaburkan esensi pembelajaran sejati. Seolah-olah nilai tinggi adalah segalanya.

Akibatnya, budaya mengejar hasil dengan segala cara menjadi hal yang lumrah atau dinormalisasi. Tidak peduli bagaimana cara mencapainya sebab yang penting angka di rapor memuaskan.

Fenomena ini memiliki dampak jangka panjang. Jika dibiarkan maka generasi kita akan terbiasa dengan praktik-praktik yang mengabaikan integritas. Dalam konteks yang lebih luas, ini bisa berujung pada perilaku korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Lihatlah kondisi bangsa kita saat ini. Banyak pencapaian materi diraih dengan cara yang mencoreng nilai-nilai moral. Korupsi, nepotisme, dan kolusi menjadi bayang-bayang gelap yang terus menghantui.

Padahal, pendidikan seharusnya menjadi pondasi untuk membangun karakter bangsa. Generasi muda yang penuh integritas adalah harapan besar untuk masa depan yang lebih humanis.

Untuk itu, revolusi sistem penilaian pendidikan menjadi kebutuhan mendesak. Sistem yang ada perlu diarahkan agar lebih menekankan proses dan bukan hanya hasil akhir.

Bayangkan bila sistem pendidikan dimana siswa dihargai atas usaha dan kejujurannya. Sebuah sistem yang memberikan ruang untuk refleksi dan evaluasi diri dan bukan sekadar mengejar angka.

Dalam sistem seperti itu siswa akan belajar menghargai proses. Supaya siswa memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir melainkan sisi penting dari pembelajaran yang hakiki.

Orangtua juga perlu dilibatkan dalam perubahan ini. Mereka harus menyadari bahwa pendidikan adalah perjalanan panjang dan bukan perlombaan dalam waktu singkat.

Dengan dukungan dari orangtua, guru, dan kita semua, maka siswa dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri, mandiri, dan jujur. Ini adalah nilai-nilai yang jauh lebih berharga daripada angka di rapor.

Kemendikdasmen memiliki peran kunci dalam mewujudkan perubahan ini. Kebijakan yang berpihak pada pembentukan karakter harus diutamakan sebagaimana yang ditekankan pada Hari Guru Nasional 2024 yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun