Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gangguan Kesehatan Mata Hambatan Belajar Generasi Alpha

11 Desember 2024   04:44 Diperbarui: 11 Desember 2024   11:27 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merasa kurang jelas, siswa menyalin langsung ke dekat papan tulis. Apakah ada masalah dengan kesehatan matanya? (Foto: Akbar Pitopang)

Menurut penelitian, paparan layar smartphone juga menjadi salah satu penyebab gangguan tidur pada anak. Kurangnya tidur berkualitas dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk fokus hingga menurunnya performa akademik.

Sebagai orangtua dan pendidik, kita memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi anak-anak dari dampak buruk smartphone. Bukan berarti kita harus menjauhkan mereka sepenuhnya dari smartphone tetapi batasan yang jelas harus diterapkan.

Lalu, apa saja yang bisa dilakukan orangtua?

  • Pertama, langkah awal adalah dengan menetapkan jadwal penggunaan smartphone. Misalnya, hanya boleh digunakan setelah tugas sekolah selesai atau dalam durasi tertentu setiap harinya. Konsistensi adalah kunci keberhasilan dari aturan ini.
  • Kedua, orangtua dapat mendorong aktivitas alternatif yang menarik seperti membaca buku cerita, bermain bersama, atau berolahraga. Dengan memberikan pilihan aktivitas yang variatif maka anak akan lebih mudah lepas dari ketergantungan terhadap smartphone.
  • Ketiga, penting juga untuk memberikan contoh yang baik. Anak-anak cenderung meniru perilaku orangtua mereka. Jika orangtua lebih sering berinteraksi dan menghabiskan waktu dengan smartphone maka dampaknya akan terasa. Kesadaran orangtua tetap menjadi kunci utama. kita harus terus mengingatkan bahwa masa depan anak lebih berharga dibandingkan daya tarik smartphone.

Generasi alpha masih muda sudah banyak yang berkacamata karena seringnya menatap layar smartphone. (Foto: Akbar Pitopang)
Generasi alpha masih muda sudah banyak yang berkacamata karena seringnya menatap layar smartphone. (Foto: Akbar Pitopang)
Pemerintah dan satuan pendidikan juga dapat berperan dalam kampanye kesehatan mata anak. Pemeriksaan mata yang dilakukan pihak Puskesmas di sekolah dapat menjadi langkah awal untuk mendeteksi gangguan sejak dini dan memberikan intervensi yang diperlukan.

Pun, literasi digital memang juga harus terus dikenalkan pada siswa. Anak-anak perlu diajarkan cara menggunakan teknologi secara bijak termasuk mengenal bahaya yang disebabkan smartphone.

Harapan saya sebagai seorang guru adalah ingin generasi kita dapat tumbuh dengan sehat, baik fisik maupun mentalnya. Agar mereka dapat mencapai potensi terbaiknya maka diperlukan dukungan penuh dari semua pihak.

Indahnya membayangkan dunia dimana anak-anak kita dapat memanfaatkan teknologi untuk belajar dan berkembang tanpa harus mengorbankan kesehatan mata dan masa kecil mereka. Dunia yang seperti itu (mungkin) tidak mustahil asalkan kita mau mengupayakan.

Smartphone hanyalah alat dan bukan tujuan. Anak-anak kita adalah tujuan sesungguhnya. Jangan sampai mereka kehilangan masa depan hanya karena kita lalai dalam tanggung jawab mendidik mereka tentang penggunaan smartphone.

Menjadikan pengalaman ini sebagai pengingat bahwa mari bersama-sama menciptakan dunia yang lebih sehat, lebih peduli, dan lebih ramah bagi anak-anak kita. 

Ingatlah, mata yang sehat adalah jendela menuju impian besar dari anak-anak kita. Jadi, dengan merawat kesehatan mata agar mereka dapat menatap masa depan dengan penuh percaya diri.

Literasi: 1, 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun