Di era serba digital ini, perkembangan teknologi telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk pada profesi guru. Tidak hanya mengajar dan mendidik, kini banyak guru yang meluangkan waktu untuk menjadi kreator konten (content creator). Guru membuat video pembelajaran, berbagi inspirasi, menceritakan kehidupan guru, bahkan melibatkan siswa dalam beberapa kontennya.Â
Ini bukan hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga sebagai bentuk adaptasi guru terhadap era digital yang terus berkembang.Â
Dengan menjadi kreator konten, guru memiliki kesempatan untuk menginspirasi masyarakat luas, mengimbangi media sosial dengan konten edukatif, dan tentunya menjadi kreator konten sebenarnya juga bisa menjadi sarana bagi guru untuk mengekspresikan diri di luar lingkungan sekolah.Â
Hal ini penting, mengingat profesi guru kerap kali dibebani dengan berbagai tuntutan administratif, yang kadang membuat kreativitas menjadi terbatas. Dengan menjadi kreator konten, mereka memiliki medium untuk berbagi ilmu secara lebih fleksibel dan menyenangkan, tanpa batasan waktu atau ruang kelas.Â
Bahkan, banyak guru yang merasa lebih dekat dengan murid-muridnya karena melalui konten mereka, murid bisa melihat sisi lain dari gurunya.
Tidak hanya itu, guru yang aktif di media sosial juga bisa menjadi role model bagi siswa tentang bagaimana menggunakan teknologi secara produktif. Guru bisa membuktikan bahwa konten yang bermanfaat dan inspiratif bisa tetap populer dan disukai banyak orang.
Di tengah maraknya konten yang kurang mendidik, keberadaan guru sebagai kreator konten edukatif bisa membantu menyeimbangkan arus informasi dan hiburan di media sosial.Â
Namun, keberhasilan seorang guru dalam dunia konten tidak semata-mata bergantung pada kemampuannya beradaptasi dengan teknologi. Dukungan dari pemerintah, terutama melalui inisiatif yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek dulu, telah membuka peluang bagi para pendidik untuk lebih kreatif lewat berbagi konten.Â
Hingga saat ini, masih ada wadah apresiasi bagi guru kreator konten yang terpilih untuk diundang menghadiri puncak perayaan Hari Guru Nasional (HGN) di Jakarta. Ini tentu saja menjadi hal yang menarik dan kesempatan yang patut dicoba.
Di samping itu, melalui konten yang mereka buat, para pendidik ini juga dapat memberikan contoh teladan dalam menggunakan media sosial untuk hal-hal positif.
Menjadi kreator konten, tentu saja bukanlah hal yang mudah. Guru perlu memikirkan ide konten yang menarik sekaligus edukatif.Â
Tantangan semakin kompleks ketika guru mencoba melibatkan siswa dalam konten tersebut, baik sebagai inspirasi maupun sebagai fokus utama.Â
Meski hal ini dapat menambah muatan sisi positif pada konten, namun melibatkan siswa sebagai subjek dalam konten media sosial perlu dipikirkan matang-matang.Â
Baru-baru ini, ada kasus yang membuat banyak guru kreator konten agaknya harus lebih berhati-hati. Seorang guru di SMPN 3 Sorong menghadapi tuntutan dari orangtua siswa karena menyebarkan video anaknya tanpa izin.Â
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya bagi guru untuk memahami etika digital dan tanggung jawab digital serta berhati-hati sebelum menyebarkan konten yang melibatkan siswa.Â
Penggunaan media sosial memang memberi banyak peluang, tetapi di sisi lain juga dapat memunculkan konsekuensi yang tidak diinginkan bila tidak disikapi dengan hati-hati.
Kejadian tersebut menjadi refleksi betapa pentingnya komunikasi yang baik antara guru dan orangtua. Ketika hubungan antara guru dan orangtua berjalan baik, banyak masalah dapat dihindari atau diselesaikan secara kekeluargaan.Â
Sayangnya, kurangnya rasa empati dan komunikasi dapat mengakibatkan kesalahpahaman yang memicu konflik. Di sinilah pentingnya bagi guru kreator konten untuk mempertimbangkan izin orangtua sebelum melibatkan siswa dalam konten yang akan dibagikan ke publik.
Karena bagaimanapun juga, setiap konten yang disebarkan ke publik akan mempengaruhi persepsi masyarakat tentang profesi guru.
Untuk itu, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan guru sebelum menyebarkan konten.
Kejadian ini bisa menjadi bahan renungan bagi guru lain yang tengah meniti jalan sebagai kreator konten. Mungkin sudah saatnya para guru kreator konten meningkatkan literasi digital dan memperdalam pengetahuan tentang etika dan tanggung jawab di media sosial dan atau dunia maya.Â
Selain etika, aspek hukum juga menjadi pertimbangan yang harus diperhatikan oleh para guru kreator konten. Dengan menyadari hak dan tanggung jawab dalam menciptakan konten, guru dapat menghindari masalah hukum di kemudian hari.Â
Mengajukan izin kepada orangtua atau pihak yang terlibat dalam konten dapat menjadi solusi yang bijak dan mencegah terjadinya konflik.
Pemerintah seharusnya juga memainkan peran penting dalam mendorong para guru kreator konten untuk menciptakan konten-konten positif dan edukatif. Melalui sosialisasi dan bimtek, para guru dapat dibekali pemahaman mengenai literasi digital yang baik dan etika bermedia sosial. Untuk itu, pelatihan khusus mengenai literasi digital bagi guru seharusnya lebih diperbanyak oleh pemerintah atau pihak terkait. Dengan mengikuti pelatihan ini, para guru dapat lebih memahami berbagai aspek konten digital yang aman dan efektif. Mereka bisa mendapatkan panduan mengenai batasan privasi, hak cipta, dan pola komunikasi di media sosial.
Dengan demikian, setiap konten yang dibuat oleh guru benar-benar bermanfaat dan tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
Ketika para guru kreator konten sudah memahami pentingnya literasi digital dan etika di media sosial, maka konten yang mereka hasilkan akan lebih terarah dan berdampak positif tanpa mengundang interaksi kecaman dari pihak-pihak yang tidak menyukai.Â
Perlu juga disadari bahwa setiap guru kreator konten pasti menghadapi tantangan dalam menentukan batasan antara kehidupan pribadi dan profesional. Ketika seorang guru menampilkan kehidupan sehari-harinya di media sosial, ia harus cermat agar tidak menampilkan hal-hal yang berpotensi menimbulkan polemik.Â
Hal ini penting demi menjaga wibawa dan kredibilitas sebagai pendidik, apalagi karena guru adalah sosok yang sering dijadikan panutan.
Penting pula bagi guru untuk memahami aspek privasi di media sosial. Banyak platform media sosial yang menyediakan opsi untuk membatasi penonton, sehingga konten yang melibatkan siswa atau aktivitas sekolah hanya bisa diakses oleh pihak-pihak yang relevan. Ini merupakan langkah preventif yang dapat membantu guru menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Seperti contoh kasus yang viral, jika guru tersebut paham mengenai pentingnya izin dan privasi digital, mungkin masalah bisa dicegah sejak awal.
Semua upaya positif ini tetap harus diimbangi dengan kepekaan terhadap batasan-batasan tertentu yang harus dihormati, seperti tidak menyinggung pihak lain, tidak menyebarkan informasi pribadi tanpa izin, serta tidak menyalahgunakan wewenang sebagai guru.Â
Kehadiran guru sebagai kreator konten diharapkan bisa menjadi angin segar dalam dunia pendidikan. Jika dilakukan dengan bijak dan penuh tanggung jawab, media sosial bisa menjadi jembatan antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan sosial di dunia maya.Â
Guru bisa menjadi garda depan dalam menciptakan generasi yang beretika, bertanggung jawab, dan cerdas digital.
Dengan adaptasi, kolaborasi, dan pengembangan diri, profesi guru bisa berkembang selaras dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi utamanya sebagai pendidik.Â
Jika guru menghasilkan konten bermanfaat, bukan tidak mungkin media sosial akan dipenuhi oleh nilai-nilai edukatif yang inspiratif. Anak-anak akan lebih banyak melihat konten yang mendidik daripada konten yang tidak bermanfaat. Dan guru akan mendapatkan apresiasi yang tinggi di mata masyarakat.
Dengan upaya ini, profesi guru akan tetap relevan dan dihormati di era digital. Dilihat sebagai pilar pengetahuan yang adaptif dan selalu berinovasi untuk kepentingan siswa dan masyarakat luas.Â
Melalui peran ganda sebagai pendidik di dunia nyata dan inspirator di dunia digital, guru bisa memberikan dampak yang besar bagi perkembangan bangsa.
Mari kita berharap bahwa setiap guru yang terjun bebas ke dunia konten bisa terus mengingat esensi dari profesi mereka, yakni mendidik, menginspirasi, dan memberikan yang terbaik untuk generasi.Â
Mereka adalah agen perubahan yang berperan penting dalam membentuk masyarakat yang lebih baik. Aamiin..
Semoga ini bermanfaat..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H