Tantangan semakin kompleks ketika guru mencoba melibatkan siswa dalam konten tersebut, baik sebagai inspirasi maupun sebagai fokus utama.Â
Meski hal ini dapat menambah muatan sisi positif pada konten, namun melibatkan siswa sebagai subjek dalam konten media sosial perlu dipikirkan matang-matang.Â
Baru-baru ini, ada kasus yang membuat banyak guru kreator konten agaknya harus lebih berhati-hati. Seorang guru di SMPN 3 Sorong menghadapi tuntutan dari orangtua siswa karena menyebarkan video anaknya tanpa izin.Â
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya bagi guru untuk memahami etika digital dan tanggung jawab digital serta berhati-hati sebelum menyebarkan konten yang melibatkan siswa.Â
Penggunaan media sosial memang memberi banyak peluang, tetapi di sisi lain juga dapat memunculkan konsekuensi yang tidak diinginkan bila tidak disikapi dengan hati-hati.
Kejadian tersebut menjadi refleksi betapa pentingnya komunikasi yang baik antara guru dan orangtua. Ketika hubungan antara guru dan orangtua berjalan baik, banyak masalah dapat dihindari atau diselesaikan secara kekeluargaan.Â
Sayangnya, kurangnya rasa empati dan komunikasi dapat mengakibatkan kesalahpahaman yang memicu konflik. Di sinilah pentingnya bagi guru kreator konten untuk mempertimbangkan izin orangtua sebelum melibatkan siswa dalam konten yang akan dibagikan ke publik.
Karena bagaimanapun juga, setiap konten yang disebarkan ke publik akan mempengaruhi persepsi masyarakat tentang profesi guru.
Untuk itu, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan guru sebelum menyebarkan konten.
Kejadian ini bisa menjadi bahan renungan bagi guru lain yang tengah meniti jalan sebagai kreator konten. Mungkin sudah saatnya para guru kreator konten meningkatkan literasi digital dan memperdalam pengetahuan tentang etika dan tanggung jawab di media sosial dan atau dunia maya.Â