Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Berbagi Konten (Tanpa) Melanggar Privasi Siswa

15 November 2024   07:40 Diperbarui: 15 November 2024   09:32 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus yang sedang hangat dan viral. (TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI)

Selain etika, aspek hukum juga menjadi pertimbangan yang harus diperhatikan oleh para guru kreator konten. Dengan menyadari hak dan tanggung jawab dalam menciptakan konten, guru dapat menghindari masalah hukum di kemudian hari. 

  1. Mengajukan izin kepada orangtua atau pihak yang terlibat dalam konten dapat menjadi solusi yang bijak dan mencegah terjadinya konflik.

  1. Pemerintah seharusnya juga memainkan peran penting dalam mendorong para guru kreator konten untuk menciptakan konten-konten positif dan edukatif. Melalui sosialisasi dan bimtek, para guru dapat dibekali pemahaman mengenai literasi digital yang baik dan etika bermedia sosial. Untuk itu, pelatihan khusus mengenai literasi digital bagi guru seharusnya lebih diperbanyak oleh pemerintah atau pihak terkait. Dengan mengikuti pelatihan ini, para guru dapat lebih memahami berbagai aspek konten digital yang aman dan efektif. Mereka bisa mendapatkan panduan mengenai batasan privasi, hak cipta, dan pola komunikasi di media sosial.

Dengan demikian, setiap konten yang dibuat oleh guru benar-benar bermanfaat dan tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.

Ketika para guru kreator konten sudah memahami pentingnya literasi digital dan etika di media sosial, maka konten yang mereka hasilkan akan lebih terarah dan berdampak positif tanpa mengundang interaksi kecaman dari pihak-pihak yang tidak menyukai. 

Perlu juga disadari bahwa setiap guru kreator konten pasti menghadapi tantangan dalam menentukan batasan antara kehidupan pribadi dan profesional. Ketika seorang guru menampilkan kehidupan sehari-harinya di media sosial, ia harus cermat agar tidak menampilkan hal-hal yang berpotensi menimbulkan polemik. 

Hal ini penting demi menjaga wibawa dan kredibilitas sebagai pendidik, apalagi karena guru adalah sosok yang sering dijadikan panutan.

Penting pula bagi guru untuk memahami aspek privasi di media sosial. Banyak platform media sosial yang menyediakan opsi untuk membatasi penonton, sehingga konten yang melibatkan siswa atau aktivitas sekolah hanya bisa diakses oleh pihak-pihak yang relevan. Ini merupakan langkah preventif yang dapat membantu guru menghindari risiko yang tidak diinginkan.

Seperti contoh kasus yang viral, jika guru tersebut paham mengenai pentingnya izin dan privasi digital, mungkin masalah bisa dicegah sejak awal.

Semua upaya positif ini tetap harus diimbangi dengan kepekaan terhadap batasan-batasan tertentu yang harus dihormati, seperti tidak menyinggung pihak lain, tidak menyebarkan informasi pribadi tanpa izin, serta tidak menyalahgunakan wewenang sebagai guru. 

Kehadiran guru sebagai kreator konten diharapkan bisa menjadi angin segar dalam dunia pendidikan. Jika dilakukan dengan bijak dan penuh tanggung jawab, media sosial bisa menjadi jembatan antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan sosial di dunia maya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun