Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pusaka Cinta Tjiptadinata Effendi dan Roselina di Rumah Gadang Kompasiana

25 Oktober 2024   17:48 Diperbarui: 26 Oktober 2024   14:37 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak cinta sejati. Happy diamond wedding anniversary, Opa dan Oma. | Sumber foto: Roselina Tjipadinata)

Di tengah derasnya arus informasi dan kecepatan dunia yang semakin menderu, ada kisah yang selalu memberikan kehangatan dan kedamaian. Kisah yang bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang bagaimana cinta itu tumbuh, dijaga, dan dipelihara seiring waktu. 

Itulah kisah dari Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina, dua sosok yang telah menjadi ikon dalam dunia Kompasiana, sekaligus menjadi panutan dalam hidup dan cinta sejati.

Ketika kita membuka halaman demi halaman artikel di Kompasiana, seringkali kita disuguhi pandangan, pendapat, dan cerita yang penuh makna dari para Kompasianer. Namun, di antara semua itu, ada sosok Opa dan Oma yang selalu menebar pesan penuh kehangatan. 

Opa dan Oma bukan sekadar penulis, tetapi juga pemberi nasehat, pembimbing, dan sumber inspirasi yang tidak pernah berhenti membagikan kearifan hidup yang sederhana namun sarat makna.

Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, dua nama yang selalu diucapkan dengan penuh rasa hormat dan cinta. Ada yang memanggil dengan Opa dan Oma, Ayahanda dan Bunda, Apak dan Mande, Om dan Tante, dan sebagainya. Saya pun kerap menyapa dengan panggilan Omcip dan Bundo.

Opa dan Oma bukan hanya tokoh utama dalam cerita, tetapi juga menjadi layaknya teman, sahabat, bahkan seperti kakek-nenek yang akrab bagi semua Kompasianer. 

Mereka adalah penulis dengan pesan yang dalam, yang mengajarkan kita tentang hidup, cinta, dan keluarga melalui setiap kalimat yang dirangkai.

Lahir dan tumbuh besar di Ranah Minang, tepatnya di Solok dan Payakumbuh, Opa dan Oma membawa semangat dan kearifan lokal yang kaya dalam banyak artikel yang Opa dam Oma pernah tulis. 

Kehangatan itu tidak pernah luntur, meski kini mereka jauh di Australia, tempat mereka merajut cerita baru bersama anak-cucu. Seberapa jauh pun jarak, hati mereka tetap di sini, menyapa kita dengan setiap artikel yang diposting di Kompasiana.

Tak terhitung sudah berapa kali artikel Opa dan Oma menyentuh hati, memberikan motivasi, dan menginspirasi kita semua disini. 

Seperti pelita di tengah kegelapan, tulisan-tulisan Opa dan Oma memberikan sinar bagi kita yang mungkin sedang dirundung keresahan atau kekhawatiran. 

Dalam setiap kata, tersimpan doa-doa yang tulus, harapan yang sederhana, namun mengena di hati.

Tulisan Opa dan Oma memang berbeda. Opa dan Oma tidak bicara dengan lantang, tidak pula dengan argumen yang berbelit. Namun, setiap kata yang mereka rangkai, bagai tetes embun di pagi hari yang menyejukkan. 

Seolah kita duduk di teras rumahnya Opa dan Oma, menikmati sore sambil mendengarkan cerita penuh makna yang mengingatkan kita akan pentingnya bersyukur dan mencintai orang-orang di sekitar kita.

Mungkin itulah mengapa Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina begitu dicintai oleh para Kompasianer. Mereka hadir bukan sekadar sebagai penulis, tetapi juga sebagai keluarga. 

Kakek-nenek yang selalu hadir dengan cinta dan perhatian, yang mengingatkan kita pada nilai-nilai luhur yang kadang terlupakan di tengah kesibukan.

Mungkin satu hal yang boleh saya ceritakan terus adalah perihal Opa dan Oma yang memberikan kenang-kenangan berupa lukisan Cleopatra di atas kertas papirus asli dan dikirim langsung dari Australia.

Sebuah hadiah sederhana, namun memiliki makna mendalam. Itu bukan sekadar benda, melainkan simbol dari hubungan silaturahmi yang terjadi secara virtual tapi dengan kemurahan hari yang terbentang melintasi jarak dan waktu.

Saat ini, Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina merayakan ulang tahun pernikahan ke-60. 

Enam puluh tahun, bukan waktu yang singkat untuk sebuah ikatan pernikahan. Dalam jangka waktu itu, Opa dan Oma telah melalui berbagai suka dan duka, tawa dan air mata, namun tetap setia menjaga cinta mereka.

Enam puluh tahun adalah perjalanan panjang yang penuh dengan pelajaran hidup. Bagaimana mencintai dengan sabar, memahami tanpa harus banyak bicara, dan merangkul perbedaan sebagai bagian dari harmoni. 

Semua itu telah ditunjukkan oleh Opa dan Oma, tidak hanya dalam kehidupan nyata mereka, tetapi juga dalam setiap pesan yang mereka sampaikan kepada kita.

Usia pernikahan Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina adalah bukti bahwa cinta sejati tidak akan pernah pudar. Cinta yang tumbuh tidak hanya karena sebuah keputusan, tetapi karena pilihan untuk terus bersama, saling menghargai, dan mendukung apapun yang terjadi. 

Cinta yang selalu ada, tanpa syarat, tanpa pamrih.

Sebagai generasi yang lebih muda, kita belajar banyak dari kisah Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina. Kita belajar bahwa cinta bukan hanya tentang kata-kata manis, tetapi juga tentang ketulusan untuk terus berjalan bersama, bahkan ketika jalan itu terasa sulit dan berliku. 

Kita belajar bahwa kesetiaan adalah kunci dari segala hubungan, dan bahwa cinta sejati adalah tentang memberi, bukan hanya menerima.

Dalam setiap artikel tentang nasehat pernikahan yang mereka tulis, tersirat pesan yang begitu kuat. Cinta adalah perjuangan, dan perjuangan itu indah ketika dijalani bersama dengan penuh ketulusan. 

Tidak ada yang lebih menginspirasi dari melihat pasangan yang tetap saling menyayangi meski waktu telah membawa begitu banyak perubahan pada fisik yang menua.

Pada kesempatan ini, kita ikut merayakan cinta Opa Tjiptadinata Effendi kepada Oma Roselina. Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan harapan bahwa kita semua bisa mengikuti jejak langkah mereka. 

Semoga cinta kita pun akan bertahan sekuat dan setangguh cinta mereka, meski cobaan dan rintangan mungkin akan selalu ada.

Selamat ulang tahun pernikahan ke-60, Opa Tjiptadinata Efendi dan Oma Roselina. Semoga kebahagiaan selalu menyertai dan semoga kisah cinta itu terus menjadi inspirasi bagi kami. 

Happy Diamond Wedding Anniversary, Opa dan Oma. Pelita cinta Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina terus bersinar, menjadi pelita bagi kami yang masih belajar tentang arti dari cinta sejati.

Sebagai kado,
dari ananda, Akbar Pitopang,
Salam hormat dan sehat selalu, Omcip dan Bundo..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun