Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Berbohong untuk Alasan Anak Tidak Masuk Sekolah

17 Oktober 2024   13:31 Diperbarui: 17 Oktober 2024   19:31 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bohong itu bagaikan bola salju, yang terus bergulir semakin besar. Saya selalu menyampaikan kepada anak didik bahwa satu kebohongan akan mengundang kebohongan-kebohongan lain setelahnya. Semakin siswa mencari-cari alasan dan berbohong, semakin sulit kebohongan untuk dihentikan. 

Nah, ketika anak mengetahui bahwa orangtua berbohong, hal ini bisa menciptakan rasa bingung dan kehilangan pegangan. Anak yang seharusnya melihat orangtua sebagai role model justru akan meniru cara melakukan kebohongan yang sama.

Membiasakan kejujuran sejak dini adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh anak, tetapi juga masyarakat. Anak-anak yang tumbuh dengan nilai-nilai kejujuran akan menjadi individu yang dapat dipercaya, dihormati, dan mampu memegang amanah di masa depan.

Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan juga bagian dari peran orangtua di rumah. Dengan berperilaku jujur dalam hal-hal kecil, orangtua mengajarkan anak pentingnya nilai integritas dan memberikan dasar yang kokoh untuk kehidupan yang lebih bertanggung jawab.

Kesalahan dalam menyampaikan informasi kepada guru mungkin tampak sepele, tetapi ini bisa menjadi awal dari kebiasaan buruk untuk generasi. Oleh karena itu, mari kita cegah sejak dini dengan membiasakan diri bersikap jujur dalam setiap kesempatan.

Kita tidak ingin menciptakan situasi dimana anak merasa harus berbohong untuk menyenangkan orangtua atau melindungi mereka dari rasa malu. Lingkungan keluarga yang jujur dan terbuka akan mendorong anak untuk selalu berkata apa adanya.

Dalam menjalin hubungan yang baik dengan guru, sikap keterbukaan dan transparansi orangtua sangat dibutuhkan. Ini akan menciptakan komunikasi yang baik, yang pada akhirnya bermanfaat untuk mendukung perkembangan pendidikan anak.

Sebagai orangtua, kita harus memahami bahwa sikap yang kita tunjukkan akan menjadi cermin bagi anak-anak kita. Jadi, mari kita tunjukkan sikap yang penuh kejujuran dan integritas, agar anak-anak kita dapat mencontoh dan menerapkannya di kehidupan mereka.

Pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga ada di rumah. Pendidikan karakter yang baik adalah sinergi dan kolaborasi guru dan orangtua, sekolah dan keluarga. 

Dengan begitu, kita dapat membentuk generasi yang jujur, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan dunia dan masa depan.

Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri dan tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kejujuran adalah nilai yang tidak bisa ditawar. Karena hanya dengan nilai-nilai yang baik, kita bisa berharap generasi mendatang akan menjadi lebih baik dari kita hari ini. Aamiin YRA..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun