Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Optimalisasi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah

11 Oktober 2024   10:32 Diperbarui: 11 Oktober 2024   23:12 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Membangun sekolah tanpa kekerasan di era Kurikulum Merdeka. (Foto: Akbar Pitopang)

Upaya pencegahan kekerasan di sekolah harus dimulai dengan menciptakan dialog dan keterbukaan. Siswa perlu merasa aman untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi, baik di sekolah maupun di rumah. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator sangat penting. Guru tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga perlu menjadi pembimbing yang dapat mendeteksi tanda-tanda masalah pada siswa sejak dini.

(infografik: andri/kompas.id)
(infografik: andri/kompas.id)

Kurikulum Merdeka sebenarnya memberi peluang besar bagi sekolah untuk lebih fleksibel dalam merancang program pencegahan kekerasan. Namun, sekali lagi, ini semua memerlukan komitmen dan waktu, yang sayangnya seringkali terbatas.

Disamping itu, sekolah juga perlu melibatkan orangtua dalam upaya pencegahan kekerasan. Kolaborasi antara sekolah dan keluarga sangat penting, karena lingkungan rumah memainkan peran besar dalam membentuk perilaku anak. 

Sekolah seharusnya dapat mengadakan sosialisasi, seminar ataupun workshop bagi orangtua tentang bagaimana mendeteksi tanda-tanda kekerasan pada anak dan bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak mereka.

Namun, pada akhirnya, kunci dari keberhasilan pencegahan kekerasan di sekolah adalah komitmen bersama. TPPK perlu didukung dengan pelatihan yang memadai, waktu yang cukup, serta dukungan dari seluruh komunitas sekolah.

Dalam proses ini, pendidikan akademis yang baik harus sejalan dengan pengembangan karakter. Kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, seni, maupun beladiri, bisa menjadi sarana bagi siswa untuk mengekspresikan diri mereka secara positif dan membangun hubungan sosial yang sehat.

Maka, penting bagi sekolah untuk terus melakukan evaluasi terhadap efektivitas program-program pencegahan yang ada. Setiap TPPK dan pihak sekolah perlu duduk bersama untuk menilai apakah upaya yang dilakukan sudah memadai atau perlu ditingkatkan. 

Tanpa evaluasi yang berkelanjutan, sulit untuk mengetahui apakah program pencegahan yang diterapkan sudah berjalan sesuai harapan.

Dengan begitu, TPPK tidak hanya sekadar ada di atas kertas, tetapi benar-benar berfungsi sebagai “agen perubahan” anti kekerasan di lingkungan sekolah.

Pencegahan kekerasan di sekolah memang bukan tugas yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Dengan sinergi yang baik antara semua pihak, serta pemanfaatan sumber daya yang ada, kita dapat menciptakan sekolah yang bebas dari kekerasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun