Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kekerasan dan Kegagalan Ekosistem Pendidikan

3 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 3 Oktober 2024   21:01 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak kecil menikmati lukisan pada Pameran Speak Up 2: On Bullying & Intolerance di Jakarta, (20/7/2024). | KOMPAS/IGNATIUS NAWA TUNGGAL

Kekerasan di dunia pendidikan Indonesia semakin marak, ibarat jamur yang tumbuh subur di musim hujan. Berita tentang kekerasan verbal, fisik, hingga kekerasan seksual bermunculan dari berbagai daerah di tanah air. Sungguh ironis, pendidikan yang seharusnya menjadi ruang aman untuk tumbuh kembang generasi penerus bangsa, justru kerap menjadi lahan subur bagi tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.

Kasus kekerasan di sekolah dan kampus menunjukkan adanya celah besar dalam sistem pendidikan kita. Jika ditelusuri lebih dalam, kekerasan ini tidak datang secara tiba-tiba. Ia adalah hasil dari sistem yang sudah lama diterapkan, namun sayangnya gagal membentengi lingkungan pendidikan dari budaya kekerasan. 

Sistem yang bermasalah ini ibarat penyakit kronis, yang tak pernah benar-benar disembuhkan, hanya dirawat seadanya, dan kini kambuh dengan dampak yang lebih luas.

Fenomena kekerasan di dunia pendidikan tidak hanya melibatkan individu, tapi juga lingkungan sosial dan struktural yang mendukung atau bahkan mengabaikan perilaku tersebut. 

Baik dari siswa, guru, hingga sistem pengelolaan sekolah, semuanya berperan. Namun, seringkali respons terhadap masalah ini masih terfokus pada pelaku saja, tanpa melihat akar permasalahan yang lebih dalam ---mungkin budaya kekerasan ini sudah seperti benalu yang subur.

Memang benar, banyak sekolah dan kampus sudah berupaya menciptakan lingkungan yang ramah dan bebas kekerasan. Namun, sayangnya, upaya ini sering terbentur oleh regulasi dan birokrasi yang kurang mendukung. 

Reformasi sistem pendidikan yang menekankan pentingnya empati, kesejahteraan mental, serta pendidikan karakter perlu lebih serius diimplementasikan, agar kekerasan tak lagi menjadi bagian dari dunia pendidikan.

Jika selama ini sudah ada kebijakan, regulasi dan program mengenai hal tersebut. Maka ada baiknya untuk benar-benar lebih diperhatikan kembali.

Pendidikan sejatinya adalah tempat untuk mencetak generasi yang "manusiawi" yang cerdas, kritis, dan berakhlak. Namun, tanpa perubahan mendasar dalam sistem yang ada, kekerasan akan terus merongrong kualitas pendidikan di Indonesia. 

Kini saatnya kita semua, mulai dari pemerintah, pendidik, hingga masyarakat, bersatu untuk memutus mata rantai kekerasan dalam dunia pendidikan. Karena hanya dengan sistem yang sehat dan manusiawi, kita bisa mewujudkan pendidikan yang benar-benar membebaskan, bukan justru menindas.

Perlu dikaji tentang kekerasan di dunia pendidikan karena kegagalan mewujudkan pembelajaran menyenangkan. | Foto Akbar Pitopang
Perlu dikaji tentang kekerasan di dunia pendidikan karena kegagalan mewujudkan pembelajaran menyenangkan. | Foto Akbar Pitopang

Menggali Akar Kekerasan dalam Dunia Pendidikan Formal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun