Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengelola Kolam di Sekolah dengan Tanggung Jawab

10 Oktober 2024   05:31 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:35 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa kadang suka jatuh ke kolam dan basah kuyup di sekolah. (foto Akbar Pitopang)

Kita selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak, terutama dalam hal pendidikan. Namun, pendidikan yang baik tak hanya soal materi pelajaran dan kualitas guru. Ada faktor penting lainnya yang seringkali luput dari perhatian yaitu lingkungan sekolah. Lingkungan fisik sekolah seperti fasilitas, ruang kelas, taman, dan halaman sekolah juga memiliki peran dalam perkembangan anak didik. Karena itu, penting bagi kita untuk turut memperhatikan dan memastikan lingkungan sekolah benar-benar mendukung siswa.

Fasilitas di sekolah bukan sekadar pelengkap, melainkan sarana vital yang mempengaruhi kenyamanan dan efektivitas pembelajaran. Misalnya, ruang kelas yang memadai dengan pencahayaan yang baik, sirkulasi udara yang optimal, serta fasilitas pendukung seperti perpustakaan dan laboratorium yang representatif. 

Taman dan halaman sekolah juga memiliki fungsi yang sangat penting. Selain sebagai area bermain dan bersosialisasi, taman dapat menjadi tempat anak-anak berinteraksi dengan alam. 

Banyak studi menunjukkan bahwa lingkungan di sekolah mampu menurunkan tingkat stres serta mendorong kreativitas siswa. Oleh karena itu, kehadiran taman yang asri dan bersih di sekolah bukan hanya sekadar estetika, melainkan juga memberikan manfaat kesehatan fisik dan kesehatan mental bagi anak didik.

Namun, selain manfaat, kita juga harus waspada terhadap potensi risiko yang ada di lingkungan sekolah. Fasilitas yang tidak terawat, bangunan yang rapuh, lapangan bermain yang licin maupun berlubang, atau alat peraga yang rusak bisa membahayakan siswa. 

Oleh karena itu, orangtua perlu aktif berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk memastikan semua fasilitas dalam kondisi baik dan aman untuk digunakan.

Salah satu cara efektif bagi orangtua untuk berpartisipasi adalah melalui komite sekolah. Di sinilah para wali murid bisa menyuarakan pendapat dan saran terkait fasilitas yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. 

Dengan berkolaborasi bersama pihak sekolah, para orang tua bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan mendukung bagi semua siswa.

Dengan sinergi antara orangtua, sekolah, dan siswa, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar aman, nyaman, dan bermanfaat bagi perkembangan anak. Lingkungan yang baik tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga membentuk anak-anak menjadi pribadi yang lebih peduli dan bertanggung jawab.

Semua ini membantu menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga anak dapat fokus dan berkembang secara optimal.

Adanya Kolam di SD, Penting? | via mini zoo semut
Adanya Kolam di SD, Penting? | via mini zoo semut

Kolam Sekolah di Mata Siswa

Lalu, keberadaan kolam di taman sekolah selalu menjadi salah satu elemen favorit di banyak sekolah menambah sentuhan estetika. Di setiap sekolah sering kita temukan adanya kolam meski ukurannya kecil.

Pun di sekolah kami juga terdapat satu kolam yang berada di depan bangunan kelas yang juga menjadi spot menarik perhatian para siswa, terutama mereka yang duduk di kelas rendah seperti Kelas 1 dan Kelas 2.

Namun, pesona kolam ini datang dengan tantangannya tersendiri. Tak jarang, siswa yang masih berusia dini suka duduk-duduk di dekat kolam. 

Sayangnya, karena belum sepenuhnya paham akan risiko dan kurang hati-hati, menyebabkan dari mereka kadang-kadang ada yang terjatuh atau terpeleset ke dalam kolam. 

Seragam yang basah kuyup menjadi bukti bahwa meski kolam ini terlihat tenang, ia tetap menyimpan risiko bagi siswa fase A yang bermain di sekitarnya.

Fenomena ini sebetulnya cukup umum di banyak sekolah. Kolam memang menarik perhatian, namun keberadaannya harus diimbangi dengan pengawasan ekstra, terutama bagi anak-anak usia dini. 

Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah pemasangan pagar pembatas yang aman namun tetap estetik, sehingga siswa tidak bisa terlalu dekat dengan area berisiko. 

Karena sperti yang sudah saya lakukan, ternyata tidak mempan bila hanya memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya menjaga jarak dan berhati-hati saat berada di sekitar kolam.

Jadi, meski kolam di sekolah memberikan nilai estetika, tetapi tetap penting untuk memahami dan mengelola risiko yang ada. Dengan begitu, kita tetap bisa menikmati manfaat dari adanya kolam tanpa harus khawatir akan keamanan siswa.

Siswa kadang suka jatuh ke kolam dan basah kuyup di sekolah. (foto Akbar Pitopang)
Siswa kadang suka jatuh ke kolam dan basah kuyup di sekolah. (foto Akbar Pitopang)

Kolam di Sekolah dan Resiko

Kejadian siswa fase A terjatuh ke kolam sekolah memang menimbulkan kerepotan tersendiri. Ketika seragam yang siswa kenakan basah kuyup, tentu saja hal ini membuat mereka tidak bisa melanjutkan proses belajar di kelas dengan nyaman. 

Biasanya, wali kelas akan segera menghubungi orangtua untuk mengantarkan pakaian ganti. Namun, situasinya tidak selalu sesederhana itu terutama bagi orangtua yang bekerja atau yang memiliki kesibukan di luar rumah.

Banyak orangtua saat ini baik ayah maupun ibu, bekerja di luar rumah dengan jadwal yang padat. Sehingga, ketika terjadi insiden seperti anak jatuh ke kolam dan pakaian mereka basah, tidak semua orang tua bisa langsung menjemput atau mengantarkan pakaian ganti dalam waktu singkat. 

Hal ini tentu menjadi dilema, baik bagi orangtua maupun pihak sekolah, karena kondisi anak yang tidak nyaman bisa mengganggu aktivitas belajar.

Solusi yang cukup logis, orangtua bisa dibiasakan untuk membekali anak dengan pakaian ganti di tas sekolah, terutama untuk siswa kelas rendah yang cenderung lebih aktif dan ceroboh. Ini bisa menjadi antisipasi sederhana yang sangat membantu ketika terjadi insiden kecil seperti jatuh ke kolam atau basah karena bermain di luar ruangan.

Guru membimbing siswa dalam program kolam Adiwiyata di sekolah. | via adiwiyata spenfour singaraja
Guru membimbing siswa dalam program kolam Adiwiyata di sekolah. | via adiwiyata spenfour singaraja

Antara Kolam Sekolah dan Program Adiwiyata

Dulunya, kolam-kolam ini dibuat sebagai bagian dari Program Adiwiyata, sebuah inisiatif sekolah berbasis lingkungan yang sempat booming beberapa tahun lalu. 

Program ini mendorong sekolah-sekolah untuk lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya energi alami secara baik. 

Nah, kolam di sekolah berfungsi sebagai pengumpul atau penampung air dari berbagai aktivitas, seperti air bekas cuci tangan, air wudhu, hingga air hujan, yang kemudian dimanfaatkan kembali untuk beberapa keperluan.

Air yang terkumpul tersebut bisa digunakan untuk menyiram tanaman di sekitar sekolah, mengurangi kebutuhan air bersih dan menekan penggunaan energi listrik untuk pompa air. 

Selain itu, kolam ini sering dihiasi dengan ikan atau tanaman air, yang tak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga menjadi habitat bagi ekosistem kecil yang mendukung siswa belajar tentang kehidupan alam.

Namun, seiring dengan meredupnya popularitas program Adiwiyata, banyak kolam di sekolah-sekolah yang tidak lagi terurus dengan baik. 

Fungsi ekologisnya perlahan diabaikan, dan sebagian besar kolam hanya berakhir sebagai kolam ikan atau sebatas tempat penampungan air tanpa perawatan khusus. 

Meski demikian, masih ada beberapa sekolah yang tetap memanfaatkan kolam ini dengan baik. Mereka menjaga fungsi kolam sebagai penampung air untuk menyiram tanaman atau bahkan menggunakannya sebagai sarana edukasi. 

Oleh karena itu, meskipun program Adiwiyata mungkin sudah tidak sepopuler dulu, semangat keberlanjutannya seharusnya tetap hidup di sekolah-sekolah. 

Dengan perawatan yang tepat, kolam sekolah bisa terus menjadi aset yang mendukung proses belajar siswa, sekaligus memberikan manfaat jangka panjang bagi sekolah.

Semoga ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun