Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Transisi PAUD ke SD, Seni Menghadirkan Kelas 1 Menyenangkan

23 September 2024   13:52 Diperbarui: 24 September 2024   12:56 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wali Kelas 1 bersama anak didinya. (foto Akbar Pitopang)

Pendidikan adalah jembatan yang menghubungkan masa depan anak-anak kita. Salah satu fase penting dalam perjalanan pendidikan seorang anak adalah transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD). Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) memahami pentingnya fase ini dengan meluncurkan kebijakan "Transisi PAUD ke SD Menyenangkan." Kebijakan ini diharapkan dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan ramah bagi siswa baru di SD, mengurangi tekanan yang mungkin mereka hadapi di awal masa belajar.

Pada kenyataannya, pola pembelajaran di PAUD dan SD sangat berbeda. Siswa PAUD lebih fokus pada proses pengenalan melalui bermain dan eksplorasi. Di SD, guru seringkali dihadapkan pada tuntutan target pencapaian pembelajaran yang lebih tinggi, terutama dalam hal literasi dan numerasi. 

Banyak guru merasa perlu menekan siswa untuk segera menguasai kemampuan membaca dan berhitung. Namun, hal ini seringkali tidak sesuai dengan kesiapan mental dan kemampuan anak-anak yang baru saja menyelesaikan fase PAUD mereka.

Bagi anak-anak yang baru beranjak dari PAUD ke SD, pengalaman belajar di SD bisa menjadi hal yang sangat menantang. Banyak dari mereka yang masih memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang rendah. 

Pada masa PAUD, anak-anak lebih banyak bermain sambil belajar, dan hanya sedikit yang benar-benar diajarkan cara membaca dan berhitung secara formal. 

Oleh karena itu, jika di awal kelas satu SD, siswa langsung dihadapkan pada tuntutan yang tinggi, hal ini bisa memicu kecemasan yang berpengaruh negatif terhadap perkembangan mereka.

Wali Kelas 1 bersama anak didinya. (foto Akbar Pitopang)
Wali Kelas 1 bersama anak didinya. (foto Akbar Pitopang)

Mendorong pendekatan yang lebih holistik dan fleksibel dalam masa transisi ini. Salah satu kunci keberhasilan adalah memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, dimana siswa dapat beradaptasi dengan ritme dan metode pembelajaran di SD tanpa merasa terbebani. 

Guru di SD diharapkan untuk tidak terlalu menekankan kemampuan literasi dan numerasi pada tahap awal, tetapi lebih fokus pada pengembangan kemampuan sosial-emosional, serta rasa percaya diri anak.

Penggunaan metode pembelajaran yang kreatif dan interaktif, seperti permainan edukatif dan kegiatan kelompok, dapat menjadi solusi yang efektif. Dengan cara ini, anak-anak dapat mengembangkan rasa senang dan semangat belajar yang alami, tanpa tekanan yang berlebihan. 

Di sisi lain, kolaborasi antara guru SD dan orangtua juga penting untuk memastikan bahwa proses transisi ini berjalan mulus. Pertukaran informasi terkait perkembangan anak saat di PAUD dapat menjadi acuan bagi guru SD dalam menyesuaikan metode pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun