Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Guru Penggerak bagi Guru Agama, dan Jalan Panjang Menuju PPG

5 September 2024   11:09 Diperbarui: 5 September 2024   11:12 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan pengembangan keprofesionalan guru. (foto Akbar Pitopang)

Program Guru Penggerak (PGP) seakan menjadi upaya reformasi pendidikan khususnya pendidik di Indonesia. Dengan semakin banyaknya angkatan yang telah dilahirkan, kini program ini telah memasuki angkatan ke-12, melibatkan ribuan guru dari seluruh penjuru negeri. Namun, meski tampak mengagumkan, tidak semua pihak menyambut program ini dengan tangan terbuka. PPG masih menjadi bahan perdebatan, dimana ada guru yang begitu antusias, dan tak sedikit pula yang masih ragu atau bahkan enggan terlibat.

Pro dan kontra seputar PGP bukanlah tanpa alasan. Di satu sisi, program ini dipandang sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi guru, dua indikator yang selama ini menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan kita. 

Guru diharapkan tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga penggerak yang mampu memotivasi dan menginspirasi siswa. Peningkatan kualitas ini diyakini akan berdampak langsung pada mutu pendidikan secara keseluruhan.

Namun, di sisi lain kritik terhadap PGP juga cukup tajam. Beberapa pihak mempertanyakan efektivitas program ini dalam jangka panjang. 

Ada yang berpendapat bahwa PGP lebih menekankan pada sisi formalitas daripada substansi. Meskipun model pelatihan guru yang diberikan cukup komprehensif, namun penerapannya di lapangan masih perlu diuji lebih jauh. 

Apakah benar guru yang telah mengikuti PGP mampu mengimplementasikan perubahan yang signifikan di sekolah mereka, ataukah ini hanya menjadi beban administratif tambahan?

Daya tarik PGP memang tidak dapat dipungkiri. Banyak ilmu baru yang bisa digali, mulai dari pedagogi, inspirasi untuk berinovasi hingga strategi kepemimpinan guru yang efektif. 

Dibalik itu ada juga insentif/honor yang menjadi magnet bagi banyak guru. Pun, keikutsertaan dalam PGP seringkali dikaitkan dengan peluang menjadi calon Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah. Hal ini tentu saja menjadi daya tarik tersendiri.

Fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan penting, apakah para guru mengikuti PGP semata-mata demi ilmu dan pengembangan diri, ataukah lebih didorong oleh faktor materi dan jenjang karir? 

Hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggara PGP untuk memastikan bahwa program ini tetap fokus pada tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan, bukan sekadar menjadi batu loncatan menuju posisi yang lebih tinggi.

Salah satu tantangan terbesar dalam PGP adalah mengatasi resistensi/penolakan dari sebagian guru yang merasa program ini terlalu memberatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun