Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada "Jalan Ninja" untuk Pejalan Kaki

31 Agustus 2024   06:34 Diperbarui: 1 September 2024   05:56 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CFD di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan mobilitas, kebiasaan jalan kaki seakan menjadi budaya yang semakin tergerus di Indonesia. Baik di kota besar maupun di desa-desa, kita sering melihat masyarakat lebih memilih kendaraan, terutama sepeda motor, sebagai alat transportasi utama. Padahal, jalan kaki bukan hanya sekedar aktivitas fisik yang menyehatkan, tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang lebih sederhana dan ramah lingkungan. Namun, mengapa budaya jalan kaki seakan sulit berkembang di negeri ini?

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pejalan kaki di Indonesia adalah faktor cuaca. Dengan iklim tropis yang cenderung panas dan lembab, banyak orang merasa tidak nyaman jika harus berjalan kaki, terutama dalam jarak yang jauh. 

Kondisi ini diperburuk dengan minimnya fasilitas penunjang bagi pejalan kaki, seperti trotoar yang layak dan jalur khusus yang aman. Di banyak kota, trotoar justru seringkali dipenuhi oleh PKL, sehingga pejalan kaki terpaksa berbagi jalan dengan kendaraan bermotor.

Jarak antara lokasi yang harus dijangkau seringkali terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Di kota-kota besar, tata kota yang kurang memperhatikan jarak antar fasilitas publik membuat masyarakat lebih memilih kendaraan demi efisiensi waktu dan tenaga. 

Fenomena ini bukan hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di pedesaan, dimana aksesibilitas dan infrastruktur yang terbatas membuat penggunaan kendaraan menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan kurangnya edukasi dan kesadaran akan manfaat jalan kaki. Banyak orang belum menyadari bahwa jalan kaki tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga dapat mengurangi polusi udara dan kebisingan, serta mengurangi ketergantungan terhadap BBM. 

Edukasi dan kampanye mengenai manfaat jalan kaki perlu digalakkan kembali agar masyarakat lebih memahami pentingnya budaya ini dalam kehidupan sehari-hari.

Warga berjalan kaki. (foto Akbar Pitopang)
Warga berjalan kaki. (foto Akbar Pitopang)

Jalan Kaki Versus Rutinitas Kerja Harian

Kehidupan kerja di Indonesia memang tidak bisa dipungkiri cukup padat dan berat. Dari pagi hingga petang bahkan ada pula yang terpaksa harus lembur hingga malam. Sehingga energi kita terkuras habis di ruang kerja. Hanya akan meninggalkan sedikit semangat untuk aktivitas fisik seperti jalan kaki. 

Alih-alih menambah kebugaran, banyak dari kita yang justru lebih memilih untuk bermalas-malasan setelah seharian bekerja keras. Memang itu cukup wajar. Namun, apakah ini alasan yang tepat untuk mengabaikan manfaat besar dari jalan kaki?

Rutinitas kerja yang padat, dari lima hingga enam hari dalam sepekan, memang benar-benar menguras tenaga. Mulai dari meeting, deadline, hingga tugas-tugas yang menumpuk, semuanya berkontribusi terhadap kelelahan fisik dan mental. 

Kondisi ini membuat kita lebih memilih kendaraan sebagai moda transportasi, bahkan untuk jarak yang sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Akibatnya, budaya jalan kaki semakin terpinggirkan.

Saya mau jalan kaki. (foto Akbar Pitopang)
Saya mau jalan kaki. (foto Akbar Pitopang)

1 Hari yang Ajaib untuk Berjalan Kaki

Namun, di tengah kepadatan aktivitas, kita masih bisa memanfaatkan satu hari di akhir pekan untuk menghidupkan kembali semangat jalan kaki. 

Bayangkan, berjalan kaki di sekitar area taman kota atau kawasan perumahan yang asri. Dengan udara segar yang mengisi paru-paru, bisa menjadi momen relaksasi yang sangat dibutuhkan tubuh yang memberi kesempatan untuk pemulihan dari tekanan atau pekerjaan.

Manfaat jalan kaki di akhir pekan jauh lebih besar dari yang kita bayangkan. Selain menjaga kesehatan jantung dan paru-paru, jalan kaki juga membantu mengurangi stres yang terakumulasi selama hari-hari kerja (weekday). 

Aktivitas sederhana ini mampu melepaskan endorfin ---hormon kebahagiaan--- yang dapat memperbaiki mood dan memberi kita energi baru untuk menghadapi minggu kerja berikutnya.

Tidak perlu waktu lama atau rute yang rumit. Hanya dengan minimal 30 menit berjalan kaki di lingkungan sekitar, kita sudah bisa merasakan perubahan positif. 

Disamping itu, berjalan kaki juga memberikan kesempatan untuk lebih dekat dengan alam dan orang-orang sekitar. 

Kita bisa mengamati hal-hal kecil yang biasanya terlewatkan saat kita terburu-buru dengan kendaraan, seperti senyum ramah tetangga, kicauan burung, atau keindahan vegetasi bunga yang sedang mekar.

Memanfaatkan akhir pekan untuk berjalan kaki, biar seru bisa bareng si kecil, keluarga, atau teman. (foto Akbar Pitopang)
Memanfaatkan akhir pekan untuk berjalan kaki, biar seru bisa bareng si kecil, keluarga, atau teman. (foto Akbar Pitopang)

Tips Biar Jalan Kaki Makin Seru

Agar semangat jalan kaki ini terus terjaga, mengapa tidak menjadikannya sebagai aktivitas rutin bersama keluarga atau teman? 

Mengajak anak-anak bermain sambil berjalan kaki, atau sekadar berbincang santai dengan pasangan maupun dengan anggota keluarga kita yang lain di sepanjang trotoar, bisa menjadi quality time yang berharga. 

Ini juga bisa menjadi cara untuk menginspirasi orang lain di sekitar kita untuk memulai kebiasaan sehat ini.

Nah, jalan kaki bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga momen untuk merefleksikan diri dan menikmati hidup dengan cara yang lebih sederhana (mindful living). 

Di tengah kesibukan yang tak pernah usai, satu hari di akhir pekan bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengembalikan energi dan semangat kita melalui langkah-langkah kaki yang penuh makna. 

Jadi, mari manfaatkan hari libur kita dengan berjalan kaki, karena kesehatan adalah investasi terbaik yang bisa kita persembahkan untuk diri sendiri.

Yuk, kalau bersama-sama, kita pasti bisa!

CFD di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)
CFD di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Bagaimana dengan Car Free Day?

Di tengah gempuran modernisasi dan gaya hidup serba cepat, Car Free Day (CFD) hadir sebagai oase di tengah hiruk-pikuk kesibukan. 

Setiap Minggu pagi, beberapa ruas jalan di pusat kota ditutup untuk kendaraan bermotor yang memberi ruang bagi warga untuk menikmati udara yang lebih segar dan bergerak bebas. 

Ini bukan sekadar ajang rekreasi, tetapi juga momentum penting untuk menghidupkan kembali budaya jalan kaki yang semakin terkikis oleh kenyamanan kendaraan pribadi.

CFD seakan menjadi "jalan ninja" bagi masyarakat urban yang selama ini terjebak dalam rutinitas kerja yang padat. 

Dengan waktu yang terbatas dalam sepekan, CFD menjadi solusi efektif bagi mereka yang ingin tetap aktif dan menjaga kesehatan tanpa harus merasa terbebani oleh jadwal yang ketat. 

Selain itu, CFD juga menjadi sarana untuk merangkul kembali semangat kebersamaan di tengah masyarakat yang semakin individualistis.

Kehadiran CFD di setiap akhir pekan adalah peluang emas yang harus benar-benar dimanfaatkan. Sebagai platform kampanye gaya hidup sehat dan budaya jalan kaki. 

Pemerintah dan komunitas perlu memaksimalkan kesempatan ini untuk mengedukasi masyarakat tentang manfaat jalan kaki, baik dari segi kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Di sepanjang jalan yang dibebaskan dari kendaraan, kita bisa melihat ragam aktivitas yang mempromosikan gaya hidup sehat. Semua ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi warga untuk lebih peduli pada kesehatan mereka. 

Dengan ikut serta dalam kegiatan ini, kita tidak hanya mendukung tubuh yang lebih sehat, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan besar untuk menjadikan kota kita tetap ramah bagi pejalan kaki.

Agar CFD bisa lebih efektif dalam menghidupkan budaya jalan kaki, dukungan dari semua pihak sangat diperlukan. Pemerintah harus konsisten dalam menyediakan fasilitas yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki, seperti trotoar yang layak dan bebas hambatan PKL. 

Di sisi lain, masyarakat juga perlu menyadari pentingnya memanfaatkan CFD bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga sebagai komitmen untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.

CFD di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)
CFD di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Tidak dapat dipungkiri, CFD telah menjadi fenomena yang membantu masyarakat kembali merasakan nikmatnya berjalan kaki di tengah kota. Namun, untuk mencapai perubahan yang lebih besar, CFD harus diikuti oleh langkah-langkah konkret dalam memperbaiki infrastruktur kota dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya jalan kaki. 

Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa CFD tidak hanya menjadi acara mingguan, tetapi juga menjadi gerak langkah menuju kehidupan yang lebih sehat dan harmonis.

Juga, CFD adalah cerminan dari keinginan masyarakat untuk hidup lebih baik di tengah modernitas yang seringkali melelahkan. 

Mari kita manfaatkan setiap momen CFD sebagai "jalan ninja" kita dalam menjaga kesehatan dan merawat bumi dengan cara yang sederhana namun tetap makna. Sebab, perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten.

Terus, upaya untuk mengintegrasikan fasilitas pejalan kaki dengan transportasi publik juga perlu diprioritaskan agar masyarakat lebih tertarik untuk berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan pribadi.

Mendorong budaya jalan kaki di Indonesia tentu bukanlah perkara mudah. Namun, bila ada dukungan berbagai pihak, harapan untuk melihat lebih banyak orang berjalan kaki masih terbuka lebar. 

Dengan perubahan mindset dan perbaikan infrastruktur, Indonesia hendaknya bisa menjadi negara yang lebih peduli terhadap pejalan kaki. Supaya menciptakan lingkungan yang lebih sehat, dan tentunya lebih bersahabat.

Melalui jalan kaki, kita gerakkan tubuh serta juga menggerakkan kesadaran kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan. 

Mari bersama-sama kita dorong perubahan ini, satu langkah kecil di hari biasa maupun di akhir pekan, bisa menjadi langkah besar menuju Indonesia yang lebih baik. Aamiin..

Selamat berakhir pekan, jangan mager, ayo jalan..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi. 
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun