Nah, bagi pasangan muda yang tinggal di perantauan, dilema ini menjadi semakin kompleks. Tanpa adanya dukungan dari orangtua atau keluarga yang biasanya bisa membantu merawat anak, mereka harus mencari solusi lain untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan perawatan yang layak.Â
Daycare menjadi pilihan yang tak terhindarkan. Namun, seperti yang banyak dirasakan oleh orang tua lainnya, keputusan ini tidak selalu mudah. Rasa cemas dan kekhawatiran sering kali menghantui, terutama ketika mendengar cerita-cerita mengerikan tentang kekerasan di daycare.
Pengalaman ini tidak hanya sekedar cerita belaka. Banyak yang mengalami langsung termasuk rekan kerja sekaligus atasan saya saat dulu masih bekerja di perusahaan swasta. Anaknya menjadi korban penganiayaan oleh pengasuh di daycare. Kasus ini meninggalkan luka yang mendalam dan trauma bagi rekan saya tersebut. Trauma ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang mengalami langsung, tetapi juga oleh banyak orangtua yang merasakan kekhawatiran serupa.
Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk selalu mendengarkan dan memperhatikan perubahan perilaku anak. Anak-anak seringkali tidak bisa mengungkapkan apa yang mereka alami, tetapi perubahan dalam perilaku mereka bisa menjadi tanda bahaya. Komunikasi yang terbuka dengan anak dapat membantu mengidentifikasi masalah sejak dini.Â
Tidak ada yang lebih berharga dari keselamatan dan kesejahteraan anak-anak kita. Yang paling masuk akal memang sang ibu sebaiknya dirumah saja untuk merawat anak-anak.
Keputusan untuk menitipkan anak di daycare adalah keputusan yang sangat personal dan rumit. Dilema ini memang nyata, diperlukan kesadaran dan langkah-langkah pencegahan yang tepat. Kita bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita, baik di rumah maupun di luar (baca: daycare).
Menghapus Stigma Patriarki dalam Mengasuh AnakÂ
Stigma patriarki yang menganggap pengasuhan anak sebagai tugas eksklusif seorang ibu harus dihapuskan. Peran ayah dalam keluarga juga harus diakui dan dihargai. Mengasuh anak bukanlah tugas yang memalukan atau mengurangi kejantanan seorang pria. Sebaliknya, ini adalah bentuk cinta dan tanggung jawab yang harus diemban bersama oleh kedua orangtua.Â
Pengalaman pribadi saya membuktikan bahwa berbagi tanggung jawab mengasuh anak saat istri bekerja bukan hanya meringankan beban, tetapi juga mempererat ikatan keluarga.
Banyak suami yang masih terjebak dalam rasa gengsi dan malu untuk mengambil peran aktif dalam mengasuh anak. Padahal, menjadi ayah yang terlibat bukan hanya tentang menyediakan kebutuhan materi, tetapi juga tentang hadir secara emosional dan fisik dalam kehidupan anak.Â
Keterlibatan mengasuh anak secara langsung memberi kesempatan untuk memahami kebutuhan dan karakter anak, serta memberikan teladan yang positif. Dengan mengesampingkan stereotip patriarki, kita dapat menciptakan lingkungan keluarga yang lebih inklusif dan mendukung.
Dalam upaya menghindari potensi risiko seperti penganiayaan di daycare, ayah juga dapat mengambil peran yang lebih besar dalam pengasuhan.Â