Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Debut Si Kecil di TK: Tiket Pertama ke Dunia Pendidikan

13 Agustus 2024   07:54 Diperbarui: 13 Agustus 2024   12:07 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan ini adalah momen yang sangat emosional bagi kami. Mendaftarkan anak ke TK menandai babak baru dalam kehidupannya. Sekaligus mengingatkan kami akan cepatnya waktu berlalu. 

Ada rasa haru dan bahagia yang membuncah ketika melihatnya siap untuk memasuki dunia baru, dunia belajar dan bermain yang akan membentuk pondasi masa depannya.

Mengantarkan anak ke TK bukan hanya tentang membawanya ke sekolah, tetapi juga tentang memberikan sayap untuk terbang lebih tinggi. Di sekolahnya ia akan belajar bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang penting.

TK menjadi tempat dimana anak-anak bisa menjelajahi dunia dengan cara mereka sendiri, sambil terus merasakan dukungan dan kasih sayang dari orangtua dan guru-guru yang berdedikasi.

Kami sebagai orangtua juga belajar banyak dalam proses ini. Menyaksikan anak kami tumbuh dan berkembang memaksa kami untuk terus beradaptasi dan memberikan yang terbaik. 

Setiap momen dalam perjalanan ini adalah kenangan yang tak ternilai, mengajarkan kami tentang kesabaran, kasih sayang, dan kebahagiaan yang sejati.

Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan khawatir yang menyertai langkah ini. 

Suasana lingkungan TK. (Foto Akbar Pitopang)
Suasana lingkungan TK. (Foto Akbar Pitopang)

Bagaimana jika dia tidak bisa beradaptasi? Bagaimana jika dia merasa kesepian? 

Namun, melihat antusiasme si kecil saat pertama kali memakai seragam TK, rasa khawatir itu perlahan-lahan terkikis. Semangat dan rasa ingin tahunya membuat kami yakin bahwa dia akan baik-baik saja, bahkan lebih dari itu, dia akan bersinar. Insya Allah.

Seiring dengan berjalannya waktu, kami menyadari bahwa setiap langkah kecil menuju gerbang TK adalah langkah besar menuju masa depan. Pengalaman ini mengajarkan kami untuk menghargai setiap detik, setiap momen, dan setiap pelukan. 

Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan momen berharga, dan momen ini adalah salah satunya.

Maka, untuk semua orangtua yang tengah berada di tahap yang sama, mari sama-sama kita nikmati setiap momen anak-anak kita tumbuh begitu cepat. Dan sebelum kita menyadarinya, mereka sudah siap menghadapi dunia dengan keberanian dan kemandirian. 

Mari kita rayakan setiap langkah ini, dan bersiaplah untuk menyaksikan keajaiban yang akan mereka ciptakan di dunia ini.

TK adalah tempat menggali bakat dan minat anak. (Foto Akbar Pitopang)
TK adalah tempat menggali bakat dan minat anak. (Foto Akbar Pitopang)

Bijak Memilih Model Pembelajaran di TK, Langkah Awal Fondasi Masa Depan Si Kecil

Masa belajar di TK ---atau ada yang dimulai dari PAUD--- adalah fase krusial dalam perjalanan pendidikan anak. Di sinilah mereka pertama kali berkenalan dengan dunia pendidikan formal, sambil tetap menikmati masa kanak-kanak yang penuh keceriaan. 

Sebagai orangtua, menemukan sekolah yang tepat menjadi tugas penting karena pilihan ini berpengaruh jangka panjang terhadap motivasi dan perkembangan belajar si kecil.

TK bukan sekadar tempat bermain, melainkan juga wadah untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan soft skills yang esensial. Di sini, anak-anak mulai menemukan bakat dan minat mereka melalui berbagai kegiatan yang dirancang khusus. Mulai dari seni dan kerajinan hingga kegiatan fisik dan sains sederhana, TK menyediakan lingkungan yang mendukung eksplorasi dan ekspresi diri.

Pemilihan sekolah yang tepat harus mempertimbangkan beberapa faktor penting. Kurikulum yang digunakan menjadi salah satu hal utama, karena ini menentukan pendekatan pengajaran dan materi yang akan disampaikan. Kurikulum yang baik tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kemampuan sosial anak.

Proses bimbingan belajar anak TK di sekolah bersama gurunya. (Foto Akbar Pitopang)
Proses bimbingan belajar anak TK di sekolah bersama gurunya. (Foto Akbar Pitopang)

Jam belajar harian juga perlu diperhatikan. Anak-anak di usia TK masih memerlukan waktu bermain yang cukup untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan istirahat. 

Jam belajar yang terlalu panjang dapat membuat anak cepat lelah dan kehilangan minat. Sementara jam belajar yang terlalu singkat mungkin tidak cukup untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal.

Kapasitas kelas dengan jumlah siswa yang proporsional juga sangat penting. Kelas yang terlalu penuh dapat mengurangi perhatian guru terhadap setiap anak. Sedangkan kelas dengan jumlah siswa yang wajar memungkinkan interaksi yang lebih personal dan pengawasan yang lebih baik. Selaku orangtua, kami berdua memang sangat memastikan bahwa sekolah yang dipilih dapat memberikan perhatian individual yang cukup untuk setiap anak.

Serta yang paling penting adalah kesiapan anak untuk belajar dan pergi ke sekolah juga harus menjadi pertimbangan. Memaksa anak yang belum siap hanya akan menimbulkan stres dan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dengan anak dan pemahaman terhadap kebutuhannya sangat penting dalam memilih TK yang tepat. 

Dengan demikian, masa belajar di TK dapat menjadi fondasi yang kuat untuk perjalanan pendidikan anak di tahap-tahap berikutnya.

Menemukan TK impian memilih sekolah terbaik untuk si buah hati. (Foto Akbar Pitopang)
Menemukan TK impian memilih sekolah terbaik untuk si buah hati. (Foto Akbar Pitopang)

Nikmati Masa TK Bersama Si Kecil Tanpa Terjebak Target Ambisi

Pada fase awal pendidikan di TK, sangat penting bagi orangtua untuk tidak terlalu keras dalam memaksa anak untuk belajar dan mencapai target-target yang telah direncanakan. Memahami situasi dan level kemampuan anak adalah kunci utama. 

Dengan demikian, model pembelajaran yang diterapkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik anak, sehingga mereka dapat belajar dengan baik tanpa merasa tertekan.

Penting untuk diingat bahwa masa TK adalah waktu bagi anak untuk belajar tapi tetap sambil bermain. Ini adalah cara alami bagi mereka untuk mengeksplorasi dunia dan memahami konsep-konsep dasar. 

Bermain di sini bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga tentang pembelajaran yang menyenangkan. Melalui permainan, anak-anak mengembangkan berbagai keterampilan, seperti motorik, kognitif, dan sosial yang akan menjadi dasar bagi pembelajaran formal di masa depan.

Proses bimbingan belajar bersama orangtua di rumah. (Foto Akbar Pitopang)
Proses bimbingan belajar bersama orangtua di rumah. (Foto Akbar Pitopang)

Orangtua sebaiknya tidak menetapkan target yang terlalu tinggi atau terlalu banyak tekanan pada anak. Setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan memaksakan target yang tidak realistis hanya akan menimbulkan stres bagi anak dan orangtua itu sendiri. 

Sebaliknya, dengan memahami dan menghargai kemampuan anak, orangtua dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu anak mencapai potensinya dengan cara yang lebih alami dan menyenangkan.

Menyesuaikan model pembelajaran dengan minat dan gaya belajar anak juga sangat penting. Beberapa anak mungkin lebih suka belajar melalui kegiatan fisik, sementara yang lain mungkin lebih menikmati aktivitas seni atau musik. Menemukan metode yang paling sesuai dengan anak akan membuat proses belajar menjadi lebih efektif dan kondusif. 

Sebagaimana dalam penerapan Kurikulum Merdeka bahwa gaya belajar anak dapat terbagi menjadi auditori, visual dan kinestetik. Anak yang menikmati pembelajaran karena sesuai gaya belajarnya akan lebih termotivasi dan bersemangat untuk terus belajar.

Yang terpenting adalah anak tetap menikmati proses belajarnya. Ketika anak merasa senang dan tidak tertekan, mereka akan lebih terbuka untuk menerima pengetahuan baru dan mengembangkan keterampilan. 

Orangtua dan guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menyenangkan akan membantu anak meraih potensi kesuksesan tanpa mengorbankan kebahagiaan, kesejahteraan maupun kesehatan mental.

Peran orangtua dalam masa-masa penting di TK. (Foto Akbar Pitopang)
Peran orangtua dalam masa-masa penting di TK. (Foto Akbar Pitopang)

Bergantian Mengantar-Jemput Anak, Menghindari Generasi Fatherless dan Patriarki

Proses mengantar dan menjemput anak ke sekolah menjadi salah satu momen menarik. Di antara kami berdua sebagai orangtua, kami bergantian dalam menjalankan tugas ini. Kami berdua bekerja, siapa pun yang memiliki waktu lebih fleksibel akan mengantar atau menjemput anak dengan senang hati.

Mengantar dan menjemput anak bukanlah tugas eksklusif bagi emak-emak. Para ayah yang peduli dengan tumbuh kembang anak harus terlibat aktif dalam hal ini. Dengan ikut serta dalam aktivitas tersebut, ayah bisa menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang sama besar dengan ibu. Ini merupakan bentuk nyata komitmen dalam mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.

Keterlibatan ayah dalam aktivitas mengantar dan menjemput anak juga merupakan upaya untuk menghindari fenomena "fatherless" yang banyak terjadi pada generasi saat ini. Ketika ayah terlibat aktif, maka anak-anak merasa diperhatikan dan didukung, yang berdampak positif pada perkembangan emosional dan sosial mereka. 

Kehadiran ayah dalam kehidupan sehari-hari anak memberikan rasa aman dan meningkatkan rasa percaya diri anak.

Selain itu, momen mengantar dan menjemput anak adalah waktu berharga untuk mempererat ikatan keluarga. Banyak hal yang bisa dibicarakan, dari cerita tentang kegiatan di sekolah hingga harapan dan impian anak. Ini adalah kesempatan emas bagi orangtua untuk mendengarkan dan memahami dunia anak mereka. 

Kolaborasi antara ayah dan ibu dalam menjalankan tugas ini menunjukkan bahwa kedua orangtua sama-sama berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi anak mereka. Dengan begitu, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, perhatian, dan dukungan dari kedua orangtua.

Menyiapkan bekal sehat dan bergizi untuk anak. (Foto Akbar Pitopang)
Menyiapkan bekal sehat dan bergizi untuk anak. (Foto Akbar Pitopang)

Melawan Gula Berlebih, Menyiapkan Bekal Sehat Sejak Dini

Memastikan anak mendapatkan asupan makanan yang sehat adalah salah satu prioritas orangtua. Kami selalu menyiapkan bekal untuk dibawa anak ke sekolah. Istri dengan dedikasinya, bangun pagi-pagi untuk memasak dan menyiapkan bekal sebelum berangkat ke sekolah. 

Jika waktu tidak memungkinkan untuk memasak, kami memilih untuk membeli makanan. Namun, tetap dengan pertimbangan yang matang mengenai menu dan jenis makanan sehat yang akan dibawa anak ke sekolah.

Menyiapkan bekal sendiri memberikan kami kendali penuh atas kualitas dan kandungan gizi makanan yang dikonsumsi anak. Kami berusaha keras menghindarkan anak dari makanan yang kurang sehat seperti makanan ringan, permen, dan berbagai jenis minuman kekinian yang jelas mengandung gula berlebih. 

Fokus kami adalah memberikan makanan yang seimbang dan bergizi, yang tidak hanya enak tetapi juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Bekal sehat tidak hanya bermanfaat dari segi gizi, tetapi juga membantu anak untuk lebih fokus dan berenergi sepanjang hari di sekolah. Menu yang kami siapkan biasanya terdiri dari karbohidrat, protein, sayuran, dan atau buah-buahan. 

Kami juga memastikan variasi dalam menu agar anak tidak bosan dan tetap antusias untuk makan bekalnya setiap hari. 

Kami percaya bahwa kebiasaan makan sehat ini akan menjadi fondasi yang kuat bagi anak dalam menjalani kehidupan yang sehat di masa depan.

Keterlibatan dalam menyiapkan bekal juga memperlihatkan kepedulian dan perhatian terhadap kebutuhan anak. Ini adalah salah satu cara menunjukkan cinta dan dukungan, sekaligus mendidik anak tentang pentingnya memilih makanan yang sehat. 

Anak akan belajar bahwa makanan sehat tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga dapat dibuat menarik dan lezat menggugah selera.

Nah, upaya kami dalam menyiapkan bekal sehat setiap hari adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan anak. 

Di masa mendatang, kami percaya bahwa apabila anak terbiasa dengan pola makan sehat, ia akan lebih siap menghadapi tantangan hidup dengan tubuh yang kuat dan pikiran yang jernih. Insya Allah.

Semoga pengalaman ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun