Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Bisnis Hewan Kurban Selain Menjanjikan, (Sebaiknya) Halal dan Thayyibah

12 Juni 2024   13:09 Diperbarui: 12 Juni 2024   22:50 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis hewan kurban menjamur jelang Hari Raya Idul Adha. (foto Akbar Pitopang)

Beternak hewan ternak untuk persiapan Hari Raya Idul Adha adalah peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Setiap tahunnya, permintaan untuk hewan kurban meningkat tajam seiring dengan datangnya hari raya, menciptakan pasar yang besar bagi para peternak. Dengan pengelolaan yang tepat, bisnis ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial yang menggiurkan, tetapi juga kontribusi sosial dan spiritual yang signifikan bagi masyarakat. 

Potensi besar dari bisnis hewan kurban terletak pada tingginya kebutuhan umat Muslim yang ingin melaksanakan ibadah kurban. Momen ini menjadi peluang emas bagi para peternak untuk menawarkan hewan ternak mereka, seperti sapi, kambing, dan domba. 

Harga hewan pada musim kurban menjadi daya tarik utama bagi mereka yang ingin meraih cuan. Namun, potensi ini harus diimbangi dengan manajemen yang baik agar kualitas hewan tetap terjaga dan memenuhi syarat sebagai hewan kurban.

Dalam menjalankan bisnis hewan kurban, penting untuk memahami aspek-aspek teknis dan non-teknis. Aspek teknis mencakup pemilihan hewan yang unggul, pemeliharaan yang baik, dan pengelolaan pakan yang tepat. 

Sedangkan aspek non-teknis mencakup pemahaman tentang hukum syariah terkait hewan kurban, etika bisnis, dan pelayanan kepada pelanggan. 

Kombinasi kedua aspek ini akan memastikan hewan kurban yang ditawarkan tidak hanya sehat dan berkualitas, tetapi juga sesuai dengan ketentuan Islam.

Namun, di tengah potensi besar ini, muncul tantangan etis yang perlu diwaspadai. Terdapat oknum-oknum yang memanfaatkan tingginya permintaan untuk keuntungan semata, tanpa memperhatikan kualitas dan syarat sahnya hewan kurban. 

Praktik-praktik seperti penjualan hewan yang sakit, atau tidak memenuhi syarat umur dan kesehatan sering terjadi. Hal ini tentu merugikan konsumen dan menodai makna ibadah kurban itu sendiri.

Oleh karena itu, penting bagi para pelaku bisnis hewan kurban untuk menjaga integritas dan menjalankan usaha dengan jujur. Edukasi kepada peternak dan penjual tentang pentingnya mematuhi syarat-syarat kurban dan etika bisnis yang tidak menyalahi aturan Islam harus terus ditingkatkan. 

Pemerintah dan lembaga terkait juga perlu melakukan pengawasan ketat untuk memastikan bahwa hewan kurban yang diperdagangkan memenuhi standar yang ditetapkan.

Di sisi lain, konsumen juga harus lebih cerdas dan kritis dalam memilih hewan kurban. Melakukan pengecekan kesehatan, usia, dan berat hewan sebelum membeli adalah langkah preventif yang sangat penting. 

Selain itu, memilih penjual atau peternak yang terpercaya dan memiliki reputasi baik akan mengurangi risiko mendapatkan hewan yang tidak sesuai syarat.

Hewan kurban. (foto Akbar Pitopang)
Hewan kurban. (foto Akbar Pitopang)

Pengalaman sisa dana kurban masuk kantong oknum

Menjelang Hari Raya Idul Adha, fenomena menarik sering terjadi di pasar hewan kurban. Semakin mendekati hari raya, harga hewan kurban bisa turun secara signifikan. Penurunan ini biasanya disebabkan oleh upaya pedagang untuk menghindari kerugian supaya bisa balik modal dan memastikan semua hewan terjual sebelum hari raya. 

Situasi ini tentu menguntungkan konsumen, namun menyisakan tantangan tersendiri dalam pengelolaan dana kurban.

Misalnya, panitia kurban awalnya menetapkan harga kurban sebesar 25 juta rupiah per orang. Namun, jika harga hewan turun menjelang hari raya, dana yang sudah dikumpulkan dari para jamaah bisa menjadi berlebih. Di sinilah pentingnya transparansi dalam pengelolaan dana kurban. Sisa uang yang muncul dari selisih harga tersebut harus disampaikan dengan jujur kepada para jamaah. Sayangnya, ada oknum yang tergoda untuk memanfaatkan sisa dana ini demi keuntungan pribadi, yang tentu saja tidak halal.

Mengelola dana kurban dengan jujur bukan hanya tentang menjalankan tugas dengan baik, tetapi juga menjaga amanah dari para jamaah yang telah mempercayakan dana mereka. Ketika harga hewan kurban turun dan ada sisa dana, sebaiknya mengkomunikasikan hal ini secara terbuka. 

Kejujuran dalam pengelolaan dana kurban memiliki nilai yang sangat tinggi. Ketika panitia menyampaikan sisa uang dengan jujur, hal ini bisa menumbuhkan rasa saling percaya antara panitia dan jamaah. 

Tak jarang, jamaah yang melihat kejujuran dan tanggung jawab panitia akan berbaik hati menyumbangkan sisa uang tersebut untuk pengelola/panitia. Berkah bisa datang dari arah yang tidak terduga karena kejujuran dalam mengelola amanah.

Tidak hanya bagi penjual, pembeli (panitia) juga harus mengedepankan kejujuran dan tanggungjawab dalam mengelola dana kurban. Yang juga akan memperkuat nilai-nilai keislaman yang mendasari ibadah kurban itu sendiri. 

Dengan demikian, keberkahan materi yang diraih, sejalan dengan keberkahan spiritual yang memperkaya jiwa dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

SPG sedang memberi makan hewan kurban. (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)
SPG sedang memberi makan hewan kurban. (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Menyoal strategi marketing penjualan hewan kurban lewat SPG

Belum lama ini, media sosial dihebohkan dengan sebuah konten yang memperlihatkan trik penjualan hewan kurban menggunakan jasa Sales Promotion Girls (SPG). Namun, yang menjadi perhatian publik adalah penampilan SPG yang jauh dari nilai-nilai keislaman karena tampak seksi. Meski kehadiran SPG seksi ini tidak membuat hewan kurban menjadi tidak halal, proses penjualan yang demikian menjadi tercoreng dan tidak lagi toyyibah (baik).

Penjualan hewan kurban adalah bagian dari rangkaian ibadah yang memiliki nilai sakral. Oleh karena itu, seluruh prosesnya, mulai dari pemilihan, penjualan, hingga penyembelihan, harus dilakukan dengan cara yang menghormati nilai-nilai keislaman. 

Penggunaan jasa SPG dengan penampilan yang tidak sesuai adab Islam jelas bertentangan dengan prinsip ini. Alih-alih menambah daya tarik penjualan, praktik semacam ini justru dapat menurunkan kehormatan dari proses ibadah kurban itu sendiri.

Dalam Islam, penting untuk menjaga syariat dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam aktivitas bisnis. Proses jual-beli hewan kurban harus dilakukan dengan memperhatikan adab dan etika yang sesuai dengan ajaran agama. 

Kehadiran SPG seksi dalam penjualan hewan kurban tidak hanya mengganggu kenyamanan banyak orang, tetapi juga menciptakan persepsi negatif terhadap pelaksanaan ibadah yang seharusnya dilakukan dengan penuh kesungguhan dan nuansa yang positif.

Masyarakat dan para pelaku usaha harus menyadari bahwa tujuan utama dari ibadah kurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS. 

Oleh karena itu, segala bentuk promosi dan penjualan hewan kurban hendaknya dilakukan dengan cara yang mulia dan tidak menodai nilai-nilai keislaman. Menjaga kesucian dalam proses ini akan menambah keberkahan, baik bagi penjual maupun pembeli.

***

Bisnis hewan kurban. (foto Akbar Pitopang)
Bisnis hewan kurban. (foto Akbar Pitopang)

Para pelaku bisnis hewan kurban sebaiknya fokus pada aspek-aspek yang lebih substantif dalam menjual hewan kurban, seperti kualitas hewan, pemenuhan syarat-syarat kurban, dan pelayanan yang baik. 

Memberikan edukasi kepada konsumen tentang pentingnya memilih hewan kurban yang sehat dan memenuhi syarat juga bisa menjadi strategi promosi yang lebih bermakna. 

Dengan demikian, nilai-nilai agama tetap terjaga dan proses ibadah kurban bisa dilakukan dengan penuh khidmat.

Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kemurnian dan kesucian ibadah kurban. Praktik-praktik yang tidak sesuai dengan adab Islam harus dihindari demi tercapainya tujuan ibadah yang sesungguhnya. 

Melalui kesadaran bersama dan kepedulian terhadap nilai-nilai agama, kita bisa memastikan bahwa ibadah kurban tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga toyyibah (baik) dan penuh keberkahan lewat proses jual beli atau aspek bisnisnya.

Mari kita renungkan kembali pentingnya menjaga adab dan etika dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam bisnis jual-beli hewan kurban. Agar dapat mempersembahkan yang terbaik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dengan manajemen yang baik, edukasi yang terus menerus, dan pengawasan ketat, bisnis hewan kurban dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal. Tidak hanya bagi para pelaku usaha, tetapi juga bagi masyarakat luas yang melaksanakan ibadah kurban dengan tenang dan penuh rasa syukur. 

Mengelola bisnis ini bukan hanya soal meraih keuntungan, tetapi juga menjaga nilai-nilai ibadah dan etika dalam setiap prosesnya. Wallahu a'lam bishowab.

Semoga bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun