Selain itu, memilih penjual atau peternak yang terpercaya dan memiliki reputasi baik akan mengurangi risiko mendapatkan hewan yang tidak sesuai syarat.
Pengalaman sisa dana kurban masuk kantong oknum
Menjelang Hari Raya Idul Adha, fenomena menarik sering terjadi di pasar hewan kurban. Semakin mendekati hari raya, harga hewan kurban bisa turun secara signifikan. Penurunan ini biasanya disebabkan oleh upaya pedagang untuk menghindari kerugian supaya bisa balik modal dan memastikan semua hewan terjual sebelum hari raya.Â
Situasi ini tentu menguntungkan konsumen, namun menyisakan tantangan tersendiri dalam pengelolaan dana kurban.
Misalnya, panitia kurban awalnya menetapkan harga kurban sebesar 25 juta rupiah per orang. Namun, jika harga hewan turun menjelang hari raya, dana yang sudah dikumpulkan dari para jamaah bisa menjadi berlebih. Di sinilah pentingnya transparansi dalam pengelolaan dana kurban. Sisa uang yang muncul dari selisih harga tersebut harus disampaikan dengan jujur kepada para jamaah. Sayangnya, ada oknum yang tergoda untuk memanfaatkan sisa dana ini demi keuntungan pribadi, yang tentu saja tidak halal.
Mengelola dana kurban dengan jujur bukan hanya tentang menjalankan tugas dengan baik, tetapi juga menjaga amanah dari para jamaah yang telah mempercayakan dana mereka. Ketika harga hewan kurban turun dan ada sisa dana, sebaiknya mengkomunikasikan hal ini secara terbuka.Â
Kejujuran dalam pengelolaan dana kurban memiliki nilai yang sangat tinggi. Ketika panitia menyampaikan sisa uang dengan jujur, hal ini bisa menumbuhkan rasa saling percaya antara panitia dan jamaah.Â
Tak jarang, jamaah yang melihat kejujuran dan tanggung jawab panitia akan berbaik hati menyumbangkan sisa uang tersebut untuk pengelola/panitia. Berkah bisa datang dari arah yang tidak terduga karena kejujuran dalam mengelola amanah.
Tidak hanya bagi penjual, pembeli (panitia) juga harus mengedepankan kejujuran dan tanggungjawab dalam mengelola dana kurban. Yang juga akan memperkuat nilai-nilai keislaman yang mendasari ibadah kurban itu sendiri.Â
Dengan demikian, keberkahan materi yang diraih, sejalan dengan keberkahan spiritual yang memperkaya jiwa dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.