Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kebijakan Zonasi PPDB dan Sekolah Negeri yang "Merger"

26 Juni 2024   04:51 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:48 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekolah tengah kota yang dulunya penuh sesak kini mulai kekurangan siswa. Fenomena ini memaksa sekolah-sekolah di tengah kota untuk beradaptasi dan mencari cara agar tetap menarik bagi para siswa dan orang tua.

Migrasi siswa dari tengah kota ke pinggiran kota membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan. Ini menimbulkan tantangan baru terutama bagi sekolah-sekolah di tengah kota khususnya terkait masalah PPDB.

Sekolah negeri merger untuk efisiensi

Kawasan SD kompleks yang merger. (foto Akbar Pitopang)
Kawasan SD kompleks yang merger. (foto Akbar Pitopang)

Dengan diberlakukannya sistem zonasi dalam PPDB, banyak sekolah di tengah kota kini menghadapi tantangan yaitu penurunan jumlah siswa yang mendaftar. 

Misalnya di Kota Pekanbaru, banyak sekolah berada dalam satu kompleks, dimana beberapa sekolah jenjang yang sama seperti Sekolah Dasar (SD) berbagi lahan yang sama. 

Saya memperhatikan sekolah yang berada dalam satu kompleks, dulunya terdapat tiga SD. Namun, karena beberapa alasan dan menurut saya juga terdampak sistem zonasi PPDB mengurangi jumlah siswa yang mendaftar, salah satu dari tiga SD tersebut terpaksa bergabung dengan sekolah lain. Kini, hanya dua SD yang tersisa di kompleks tersebut.

Fenomena merger sekolah ini tidak hanya terjadi di satu kompleks. Berdasarkan pengamatan, banyak sekolah di tengah kota Pekanbaru yang mengalami hal serupa. Sekolah-sekolah harus beradaptasi dengan jumlah siswa yang lebih sedikit. 

Efisiensi sekolah menjadi perhatian utama, sehingga beberapa sekolah harus digabungkan guna mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Efisiensi sekolah lewat merger ini tidak hanya sebatas mengurangi jumlah sekolah, tetapi juga mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan sumber daya pendidikan. 

Sekolah-sekolah yang digabungkan dapat memanfaatkan ruang kelas, guru, dan peralatan secara lebih efektif. Untuk memastikan bahwa kualitas pendidikan tetap terjaga dan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal.

Itulah dinamika yang terjadi, sekolah-sekolah tersebut harus terus berinovasi untuk mempertahankan minat orang tua dan siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun