Namun, praktik ini tidak bebas dari risiko dan konsekuensi. Salah satu masalah yang sering muncul adalah keterlambatan siswa datang ke sekolah.Â
Jarak yang jauh antara rumah di pinggiran kota dan sekolah di pusat kota menyebabkan siswa harus menempuh perjalanan yang lebih panjang setiap hari. Kondisi lalu lintas perkotaan yang seringkali macet memperparah situasi ini, sehingga siswa berisiko terlambat tiba di sekolah.Â
Keterlambatan ini dapat berdampak negatif pada proses belajar mengajar, mengurangi waktu belajar efektif siswa tersebut, dan mempengaruhi disiplin serta prestasi akademik mereka.
Selain itu, perjalanan yang panjang dan melelahkan setiap hari juga dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental siswa. Mereka harus bangun lebih pagi dan pulang atau sampai dirumah lebih lama, yang berarti waktu istirahat mereka berkurang.Â
Hal ini bisa berpengaruh pada tingkat konsentrasi dan energi siswa selama di sekolah, serta mengurangi waktu untuk belajar mandiri dan aktivitas lain di rumah.Â
Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan yang parah dan menurunkan kualitas hidup siswa.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa semua sekolah, baik di pusat kota maupun pinggiran kota, memiliki kualitas pendidikan yang setara.
Disamping itu, solusi transportasi yang lebih baik bagi siswa yang harus menempuh perjalanan jauh juga perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, meskipun siswa harus bersekolah jauh dari rumah, perjalanan mereka bisa lebih nyaman dan tepat waktu.
Meski imbas dari sistem zonasi, tetap diharapkan masalah ketidakseimbangan distribusi siswa dan risiko keterlambatan dapat diminimalisir. Tujuannya untuk pemerataan pendidikan, tanpa mengorbankan kenyamanan dan kualitas hidup siswa.
Semoga bermanfaat..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==