Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menavigasi Merdeka Belajar di Era Kolaborasi AI

2 Mei 2024   05:48 Diperbarui: 6 Mei 2024   02:29 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan/artificial intelligence/AI untuk proses belajar. (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Ini memungkinkan kita untuk secara kritis mengevaluasi dan berpartisipasi dalam pengembangan dan implementasi AI tersebut.

Dengan demikian, sambil memanfaatkan potensi yang ditawarkan oleh AI dalam meningkatkan pembelajaran, kita memastikan bahwa AI benar-benar menjadi alat yang memberdayakan dalam memajukan pendidikan, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.

Sebagai bagian dari komunitas pendidikan, kita harus bersedia terlibat dalam perubahan yang dihadirkan oleh AI, sambil tetap menghargai nilai-nilai dan prinsip-prinsip inti dari proses pendidikan yang telah terbentuk. 

Serta penggunaannya selalu berpihak pada kemajuan pendidikan yang berkelanjutan.

Mengenai dukungan untuk "bergerak bersama" 

Dukungan dari berbagai pihak sangat penting dalam memajukan dunia pendidikan, dan politisasi serta segelintir kepentingan tidak boleh menghalangi perkembangannya. 

Tema Hardiknas yang mengajak untuk "Bergerak Bersama" seharusnya menjadi panggilan bagi semua stakeholder dalam pendidikan dan diluar pendidikan untuk bekerja sama demi kemajuan pendidikan bangsa.

Kasus seperti penahanan alat belajar siswa tunanetra SLB di Jakarta oleh Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun merupakan contoh yang sangat memprihatinkan. Meskipun ada dalih "miscommunication".

Tindakan semacam itu tidak hanya menghambat proses pendidikan siswa tersebut, tetapi juga mencederai prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. 

Pendidikan haruslah menjadi prioritas utama yang dilindungi dan didukung oleh semua pihak, tanpa terkecuali.

Peristiwa seperti ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa pentingnya menjaga keberlangsungan dan kepentingan belajar harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan dan tindakan yang diambil. 

Selain itu, pentingnya komunikasi yang efektif dan jelas antara berbagai instansi dan pihak terkait juga harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat merugikan siswa, sekolah ataupun dunia pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun