Menginfakkan harta di jalan Allah dan membantu sesama adalah bukti nyata dari rasa syukur yang terpatri dalam hati.
Dengan sikap syukur yang mendalam, seseorang mampu menjalani kehidupan dengan penuh perencanaan dan kesadaran akan segala konsekuensinya. Mereka tidak terjebak dalam kesia-siaan dunia, tetapi menjadikan setiap momen sebagai peluang untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan meningkatkan amal shaleh dan kebaikan.Â
Dengan demikian, kehidupan yang dijalani menjadi sebuah perjalanan yang bernilai, bukan sekadar mengalir begitu saja, melainkan diisi dengan makna dan tujuan yang mulia.
Oleh karena itu, mari kita jadikan sikap syukur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Dengan bersyukur, kita tidak hanya mendapatkan kemudahan di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
Allah SWT tidak meminta kita untuk menghitung-hitung berapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya, melainkan kita hanya diminta untuk mensyukuri segala nikmat tersebut.Â
Menjadi orang yang tidak mau bersyukur dan hanya terus-menerus mengeluh dan meratapi keadaan, hanya akan menjadikan kita seorang yang kufur. Dan tunggulah hanya azab yang pedih yang akan kita terima kelak.
Marilah kita bersyukur dulu baru bahagia, bukan karena bahagia dulu baru bersyukur..
Akhirul kalam, beryukur pula kita kehadirat Allah SWT karena kita masih diberikan umur panjang dan kesehatan serta dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan yang penuh kemuliaan supaya kita bisa menjadi hamba yang bertaqwa.
Semoga kita semua mampu menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa bersyukur dan kelak kita semua berkumpul di tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin ya rabbal'alamin..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H