Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

4 Alasan Orangtua Menikah Lagi saat Sudah Lansia

10 Maret 2024   19:34 Diperbarui: 26 Maret 2024   12:10 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan lansia. (KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO)

Pernikahan dan percintaan adalah fenomena yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Meskipun seringkali dikisahkan dalam konteks roman remaja atau percintaan di usia muda, namun cinta juga memiliki keajaiban yang tak terbatas di segala usia, termasuk pada mereka yang telah melalui berbagai fase kehidupan alias sudah lanjut usia. 

Ketika berbicara tentang cinta pada usia yang tak lagi muda, kita dihadapkan pada sebuah realitas yang penuh warna dan kompleksitas. Pada tahap ini, cinta tak lagi terjebak dalam romantisme muda-mudi yang membara, tetapi mengalami transformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam, dewasa, dan tenang.

Fenomena menikah lagi pada usia yang tak lagi muda terkumpul dari pengalaman hidup. Di sini lah benih-benih cinta telah tersemai dengan rapi, di relung hati yang telah dibentuk oleh berbagai liku-liku kehidupan. 

Pernikahan pada usia ini tidak lagi hanya berputar di sekitar penampilan fisik atau harta tetapi tumbuh dari pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai dan pengertian atas kebutuhan satu sama lain.

Menikah lagi di usia yang tak lagi muda juga membawa aspek keberanian dan ketegasan yang lebih kuat. Mereka yang telah melalui banyak hal dalam hidupnya menjadi lebih berani dalam menghadapi tantangan dan komitmen yang terkait. 

Mereka tidak lagi terburu-buru dalam mengambil keputusan, tetapi lebih berhati-hati dan penuh pengertian dalam menjalani hubungan.

Kehidupan telah membawa mereka melalui berbagai peristiwa yang mungkin meninggalkan bekas luka atau trauma. Dengan demikian, fenomena menikah lagi pada usia yang tak lagi muda adalah sebuah perjalanan yang menarik. 

https-asset-kgnewsroom-com-photo-pre-2021-10-28-20211028-nsw-orang-tua-grafik1-mumed-1635420776-png-65ed1ec9c57afb5b5547f8b2.png
https-asset-kgnewsroom-com-photo-pre-2021-10-28-20211028-nsw-orang-tua-grafik1-mumed-1635420776-png-65ed1ec9c57afb5b5547f8b2.png

Fenomena menikah di usia lanjut, terutama di kalangan para duda dan janda ---cerai mati maupun cerai hidup--- yang telah memasuki usia di atas 60 tahun, memang menjadi bukti nyata bahwa pernikahan tak mengenal batas usia. 

Meskipun bagi sebagian anak muda, mungkin sulit untuk memahami mengapa mereka yang sudah lanjut usia masih ingin mengejar kesempatan pernikahan, namun ada berbagai alasan yang melandasi keputusan tersebut.

Tentu saja, keputusan untuk menikah lagi di usia lanjut juga tidak terlepas dari berbagai tantangan. Mereka mungkin harus mengatasi stigma sosial atau pendapat miring dari keluarga tentang keputusan tersebut. 

Selain itu, ada juga pertimbangan-pertimbangan lain seperti aspek kesehatan dan keuangan yang perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan jilid kedua.

Apakah orangtua tidak bahagia bersama keluarga masing-masing?

Perjalanan pernikahan kaum lansia tidaklah selalu berjalan mulus tanpa rintangan. Salah satu tantangan utama yang sering dihadapi adalah pertentangan dari anak-anak mereka sendiri. 

Ketika orangtua menyampaikan keinginannya untuk menikah lagi, konflik antara orangtua dan anak pun dapat timbul. Anak-anak mungkin merasa tidak percaya atau bahkan marah dan kecewa atas keputusan tersebut. 

Karena bagi mereka, gagasan tentang orangtua menikah lagi mungkin terdengar tidak masuk akal atau bahkan mengancam stabilitas keluarga yang telah ada.

Dalam pikiran anak-anak, kebahagiaan orangtua seharusnya dapat ditemukan dalam hubungan keluarga yang sudah ada, baik bersama pasangan sebelumnya atau dalam lingkup anggota keluarga yang telah terbentuk. 

Anak mungkin berpendapat bahwa orangtua seharusnya fokus pada anggota keluarga yang telah ada, bersama anak-anak dan cucu-cucu, bukan mencari kebahagiaan diluar dari itu.

Namun, dari sisi orangtua, keputusan untuk menikah lagi tidaklah terkait dengan ketidakpuasan terhadap hubungan yang telah ada atau kurangnya kebahagiaan dalam lingkup keluarga yang sudah terbentuk. 

Ada beragam alasan yang mendasari keputusan tersebut. Nah, setelah ini kita akan bahas satu per satu apa saja alasan orangtua hendak menikah lagi.

Lansia menikah lagi karena butuh teman hidup. (via Kompas.com)
Lansia menikah lagi karena butuh teman hidup. (via Kompas.com)

1. Butuh teman hidup

Salah satu alasan utama mengapa para duda dan janda pada usia lanjut masih tertarik untuk menikah lagi adalah kebutuhan akan kedekatan hubungan emosional. 

Setelah kehilangan pasangan hidup yang telah menemani mereka selama bertahun-tahun, banyak dari mereka merasa kesepian dan ingin memiliki seseorang yang bisa berbagi sisa hidup mereka. 

Pernikahan menjadi cara untuk mengisi kekosongan tersebut dan memberikan mereka dukungan emosional yang mereka butuhkan di usia lanjut.

Ketika anak-anak dan cucu sudah memiliki dunia mereka sendiri yang sibuk dengan rutinitas dan aktivitas masing-masing, orangtua sering kali merasa sendirian. Meskipun tetap ada waktu dan perhatian yang diberikan kepada mereka, namun kebutuhan akan koneksi emosional dan kebersamaan yang lebih dalam kadang-kadang tidak terpenuhi.

Mereka menginginkan sosok yang dapat mereka ajak berbicara, berbagi cerita, dan mendukung satu sama lain. Teman hidup ini menjadi sosok yang memberikan rasa aman, kenyamanan, dan kehangatan dalam keseharian mereka.

Selain itu, memiliki teman hidup juga memberikan kesempatan bagi orangtua kita untuk menjalani berbagai aktivitas sosial dan hobi bersama pasangan barunya. 

Mereka bisa melakukan perjalanan, menghadiri kegiatan sosial, atau bahkan sekadar menikmati waktu bersama di rumah tanpa merasa kesepian. 

Dengan memiliki seorang teman hidup, orangtua kita merasa bahwa mereka tidak lagi harus menghadapi kesendirian di usia lanjut mereka. Mereka memiliki sosok yang dapat menemani dan mendukung mereka melalui perjalanan hidup yang tersisa. 

2. Butuh teman ngobrol

Alasan kedua yang sering menjadi pendorong bagi orangtua untuk menikah lagi adalah karena mereka memasuki fase di mana mereka butuh teman untuk berbagi cerita. 

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan akan komunikasi dan interaksi sosial semakin meningkat. Namun, anak-anak seringkali sibuk dengan tanggung jawab dan rutinitas mereka sendiri. Sehingga terkadang sulit untuk menyediakan waktu yang cukup untuk berbicara dan berbagi cerita dengan orangtua mereka yang sudah lanjut usia.

Dalam fase ini, orangtua mungkin merasa kesepian dan terisolasi karena kurangnya kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Mereka merindukan kehadiran seseorang yang dapat mereka ajak berbicara tentang berbagai hal, mulai dari kenangan masa lalu, pengalaman hidup, hingga harapan dan impian mereka di masa depan. 

Dengan memiliki pasangan hidup, mereka memiliki teman yang selalu siap mendengarkan, serta bersedia berbagi cerita dan pengalaman dengan mereka.

Selain itu, teman cerita dapat menjadi sumber dukungan emosional bagi orangtua di usia lanjut mereka. Mereka merasa lebih aman dan nyaman dalam menghadapi sisa-sisa usia hidup. 

Jadi, kebutuhan akan teman cerita menjadi salah satu alasan kuat bagi orang tua untuk memutuskan untuk menikah lagi di usia lanjut. Mereka menginginkan seseorang yang dapat mereka ajak berbicara, berbagi cerita, dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan hidup mereka yang tersisa dan merasa lebih berarti dalam kehidupan mereka di usia lanjut.

3. Mencari kebahagiaan lahir batin

Tidak hanya itu, adanya keinginan untuk mencari kebahagiaan lain juga menjadi faktor yang mendorong orangtua untuk menikah lagi. Setelah melewati masa-masa yang mungkin penuh dengan cobaan, mereka merasa berhak untuk mengejar kebahagiaan dan cinta di usia lanjut. 

Pernikahan menjadi alasan yang sering menjadi motivasi bagi orangtua untuk pemenuhan kebutuhan akan nafkah batin. Meskipun telah memasuki usia lanjut, tetapi sebagai manusia normal, orangtua tetap merasakan kebutuhan akan kebahagiaan batin. 

Mungkin pernikahan sebelumnya tidak berjalan dengan baik, dan dari pengalaman itu mereka berharap dapat menemukan kebahagiaan baru sebagai sepasang suami istri yang berangkat dari kisah pengalaman yang sama.

Kebahagiaan batin adalah kebutuhan manusiawi yang tidak mengenal usia. Orangtua kita mungkin merasa bahwa mereka masih memiliki banyak cinta dan kasih sayang yang ingin mereka bagi. 

Mereka percaya bahwa dengan menemukan pasangan hidup yang tepat, mereka dapat menemukan kedamaian, kehangatan, dan kebahagiaan batin yang mereka cari.

Dalam mencari kebahagiaan batin lewat jalan menikah lagi, orangtua mungkin lebih berhati-hati dan bijaksana. Mereka belajar dari pengalaman masa lalu dan berusaha untuk membangun hubungan yang lebih kuat. 

Keinginan untuk memperoleh nafkah batin yang berkualitas menjadi dorongan bagi orangtua untuk menjalani pernikahan kedua dengan harapan bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang mereka idamkan.

4. Menjadi ladang pahala

Selain itu, ada juga aspek spiritual yang menjadi pertimbangan. Di usia lanjut, mungkin orangtua memiliki kebutuhan untuk memiliki seseorang yang dapat membantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti mengurus rumah tangga, kesehatan, atau finansial. 

Alasan ini sering menjadi motivasi bagi orangtua untuk menikah lagi karena keinginan untuk menjadikan pernikahan sebagai ibadah yang dapat mendatangkan pahala dan kebaikan. 

Banyak orangtua yang aktif mengikuti pengajian dan berbagai kegiatan keagamaan, dan mereka meyakini pernikahan sebagai cara lain untuk menggapai pahala dari Allah SWT.

Dalam pandangan agama, pernikahan dipandang sebagai ibadah yang mulia. Ketika seorang suami dan istri saling melayani dan mengurus satu sama lain dengan penuh kasih sayang dan ketulusan, mereka sedang menjalankan perintah agama dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam membangun hubungan yang harmonis dan penuh berkah.

Bagi orangtua yang aktif dalam kegiatan keagamaan, menikah lagi menjadi kesempatan untuk mengabdikan diri mereka dalam melayani pasangan hidupnya. 

Orangtua melihat pernikahan sebagai ladang pahala yang luas, di mana setiap tindakan kebaikan yang mereka lakukan dalam menjalani peran sebagai suami atau istri akan mendatangkan keberkahan dan pahala yang besar di sisi Allah SWT.

Dengan memahami bahwa pernikahan adalah ibadah yang dianjurkan oleh agama, orangtua di usia lanjut merasa bahwa mereka dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas ibadah mereka. 

Dengan demikian, motivasi untuk menikah lagi bagi orangtua bukan hanya berasal dari keinginan untuk mencari kebahagiaan pribadi, tetapi juga dari keinginan untuk mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah pernikahan. 

Karena lansia berhak bahagia di hari tuanya. ((Freepik/jcomp via Kompas.com)
Karena lansia berhak bahagia di hari tuanya. ((Freepik/jcomp via Kompas.com)

***

Secara garis besar, fenomena menikah lagi di usia lanjut menunjukkan bahwa kebutuhan akan koneksi emosional, dukungan, dan kebahagiaan tidak mengenal usia. 

Meskipun jalan menuju pernikahan di usia lanjut mungkin penuh dengan tantangan dan cibiran. Namun bagi sebagian orangtua, keinginan untuk menemukan pasangan hidup yang baru tetap menjadi bagian penting dari pengalaman hidup mereka.

Selain itu, para orangtua yang memutuskan menikah lagi mungkin juga merasa bahwa mereka masih memiliki hak untuk mengejar kebahagiaan pribadi mereka sendiri, meski di usia lanjut. 

Setelah bertahun-tahun mengabdikan diri untuk anak, cucu dan keluarga, mungkin mereka merasa bahwa saatnya untuk fokus pada kebutuhan dan keinginan pribadi mereka sendiri. 

Tentu saja, keputusan orangtua untuk menikah lagi tidaklah mudah dan seringkali harus menghadapi berbagai konflik dan tantangan, baik dari anak-anak mereka maupun dari gunjingan masyarakat sekitar. 

Namun, bagi orangtua ini kebahagiaan pribadi dan kebutuhan emosional yang tetap menjadi hal yang penting, bahkan di usia lanjut. 

Dan meskipun perjalanan kisah pernikahan kaum lansia mungkin penuh dengan rintangan, namun mereka tetap berjuang untuk menemukan makna dan kebahagiaan dalam hidup mereka yang tersisa, bahkan di tengah arus waktu yang tak terelakkan.

Literasi: satu, dua, tiga, empat.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun